3 - Ternyata Dia ...

1.1K 126 49
                                    

Matahari siang ini begitu panas, membuat Alana merasa gerah, ditambah dengan tenggorokan yang super kering. Ia ingin segera membeli segelas es jeruk yang segar.

Hari ini, Alana sedang makan siang di kantin bersama Shireen. Akhirnya, ia dapat bertemu kembali dengan gadis itu, setelah sekian lama tak pernah bertemu.

"Lo mau beli apa? Biar gue pesenin. Lo cari tempat duduk aja," ujar Alana kepada Shireen.

"Gue mie ayam sama es teh, jangan lupa sama kerupuknya," jawab Shireen kemudian melenggang pergi setelah Alana menganggukkan kepalanya mengerti.

Akhirnya, Alana menuju ke warung kantin yang menjual mie ayam. Ia memang sengaja menyamakan menu makanan dengan Shireen, karena terlalu malas jika harus pesan lagi ke warung yang lain.

Setelah mendapatkan makanan, Alana mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Shireen sambil membawa satu nampan berisi dua mangkuk mie ayam, satu gelas es teh dan es jeruk, serta dua kerupuk.

Tapi, setelah matanya menemukan keberadaan Shireen, ia merasa ada yang aneh. Shireen tengah berbicara dengan seorang cowok yang tidak asing bagi Alana. Alana mencoba mengingat-ingat siapa cowok itu.

Hey! Itu cowok yang sering ditemuinya akhir-akhir ini.

Alana mengamati mereka berbincang selama beberapa detik, kemudian cowok itu pergi meninggalkan Shireen. Alana langsung menghampiri Shireen dengan pikiran yang terus bertanya-tanya mengenai cowok itu.

"Ren, lo ngobrol sama siapa tadi?" tanya Alana sambil meletakkan nampan diatas meja.

"Siapa? Devan?" Apa laki-laki itu bernama Devan? Alana harus terus menggali jawaban dari Shireen dengan hati-hati, agar gadis itu tak curiga.

"Gak tahu. Cowok yang barusan ngobrol sama lo," ucap Alana terus memancing.

"Oh, iya, namanya Devan," jawab Shireen. Huft, kenapa Shireen harus menjawab sesingkat itu, Alana ingin terus bertanya, tapi takut jika Shireen merasa curiga, tapi jika tak ditanyakan ia bisa mati penasaran.

"Emm, ada urusan apa sama lo?" tanya Alana hati-hati.

"Gak ada apa-apa. Eh, bentar deh, bukannya lo satu kelas sama dia? Kok belum kenal, sih?" Alana ingin menepuk jidat sekarang juga, bodohnya ia. Mengapa harus salah pertanyaan seperti ini?

"Emm, kayak pernah lihat sih emang di kelas, tapi gak kenal. Males kenalan," jawab Alana yang hanya bisa nyengir tanpa dosa.

"Lo pasti kebanyakan diem di kelas kan, Al? Lo tuh harus sering-sering beradaptasi sama sekitar lo, kenalan kek sama temen-temen sekelas lo," ucap Shireen setelah menelan sesuap mie ayamnya. Alana hanya bisa diam mendengar ucapan Shireen. Yang diucapkan Shireen memang benar, selama sekolah Alana hanya diam di kelas tak memperhatikan lingkungan sekitarnya.

"Lo pasti gak tahu kan kalau Devan satu kost-kostan sama kita?" tanya Shireen setelah merasa Alana tak membalas ucapannya.

"Tahu kok."

"Tahu darimana?"

"Waktu itu, dia pernah bilang ke gue. Tapi, gue gak gubris, gak guna juga," jawab Alana acuh.

"Dia sempet kasih tahu lo, berarti kalian pernah ngobrol dong? Tapi kok lo gak kenal sama dia? Aneh," cibir Shireen.

"Emang aneh dia tuh. Gue gak pernah ngajak ngobrol dia, dia aja yang selalu ajak ngobrol gue, tapi gak pernah gue dengerin. Dan anehnya lagi, dia gak pernah memperkenalkan diri, main omong aja kayak udah pernah kenal sebelumnya, kan gue jadi risih," cerocos Alana kesal.

Why Him? [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang