23 - Buntung atau Beruntung?

405 40 43
                                    

Pagi ini, Alana, Andin, Shireen, dan Aura berangkat bersama menuju sekolah, karena semalam mereka menginap di rumah Andin.

Keempat cewek itu berjalan beriringan melewati koridor yang menghubungkan parkiran menuju kelas masing-masing.

Andin menguap, sehingga menularkan kepada Shireen dan Aura untuk ikut menguap. Sedangkan Alana sedang memaksakan matanya yang terasa berat untuk tetap terbuka.

Semalam, Shireen, Andin, dan Aura melanjutkan menonton drama Korea hingga tengah malam. Alana memilih untuk tidur terlebih dahulu, tapi tidurnya tidak nyenyak, karena teman-temannya yang terus berisik.

Alhasil, sekarang jadilah mereka berangkat sekolah dengan keadaan terkantuk-kantuk, karena kurang tidur.

"Gue pengen buruan sampe kelas, mau tidur." Andin melangkahkan kakinya lebih cepat. Di ikuti oleh Shireen dan Aura.

Alana yang masih merasakan tubuhnya belum siap untuk menjalankan aktivitas, hanya dapat berjalan lemas, tak bersemangat.

Tiba-tiba, seseorang mengagetinya dari belakang, dengan menepuk pundaknya keras.

"Woi, Al! Lo darimana aja? Semalem kamar lo sepi banget, kayak kosong gitu. Sekarang, lo tiba-tiba udah ada disini," ucap Devan menyejajarkan langkahnya disebelah Alana, sambil merangkul gadis itu.

"Berat, Dev." Alana menyingkirkan tangan Devan yang masih bertengger di pundaknya. "Gue semalem nginep di rumahnya Andin."

"Oh, pantesan. Terus, kenapa sekarang lo jadi lemes gini?" tanya Devan menatap wajah Alana yang tidak fit.

"Ngantuk. Tidur gue gak nyenyak," jawab Alana.

"Lo, sih. Ngapain ada acara nginep di rumah orang segala." Devan langsung menggandeng tangan Alana. "Ayo, buruan ke kelas. Bel masuk bunyi bentar lagi." Kemudian ia menarik gadis itu untuk berjalan lebih cepat.

Alana hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah Devan yang buru-buru itu.

✏✏✏✏

Pelajaran mulai berlangsung.

Jam pertama hari ini adalah matematika, pelajaran yang paling tidak disukai oleh Alana, karena ia tidak begitu pandai berhitung.

Andin yang biasanya aktif dalam pelajaran ini, tiba-tiba tidak bersemangat karena rasa kantuk yang semakin menjadi-jadi.

Begitupun dengan Alana, yang biasanya bingung dengan materi yang dijelaskan, kali ini semakin bingung karena ia tidak fokus sebab mengantuk.

Karena tidak kuat menahan untuk terus membuka mata, akhirnya tanpa sadar, Andin dan Alana sudah tertidur di bangkunya.

Andin menelungkupkan kepalanya ke tangan yang bersedekap di meja. Sedangkan Alana hanya menunduk ketiduran.

Devan yang duduk di belakang bangku Alana merasa aneh karena tumben gadis itu tidak garuk-garuk kepala saat pelajaran matematika, karena biasanya Alana selalu melakukan hal itu saat kebingungan dan tidak paham. Di tambah lagi, Andin yang tampak tidak heboh dan bersemangat seperti biasanya.

Devan langsung menggoyang-goyangkan bangku Alana untuk memastikan. Tapi, cewek itu masih diam saja.

"Al, lo tidur? Bangun. Nan-" Belum sempat Devan menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Bu Tika selaku guru matematika menatap tajam kearahnya.

"Devan, kamu kenapa malah berisik sendiri disaat jam pelajaran saya?" tanya Bu Tika menginterogasi.

Devan menelan ludahnya susah payah, malah jadi dia yang kena marah.

Why Him? [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang