25 - Hal Buruk

440 43 53
                                    

Malam ini, Devan dan teman-temannya berkumpul di rumah Reza, tidak di warung kopi seperti biasanya.

Hal itu disebabkan karena mereka sedang ingin bermain play station bersama.

Kebetulan, orang tua Reza sedang pergi ke luar kota karena ada urusan disana. Jadi, teman-temannya bisa bebas melakukan apa saja.

Devan duduk di sofa sebelah Vano, menonton Iqbal dan Reza yang sedang sibuk bertanding sepak bola pada play station.

Farel hanya sibuk dengan ponselnya sedari tadi, sambil tersenyum-senyum. Sudah tertebak, pasti ia sedang chatting dengan cewek-ceweknya.

Dan Rangga, dari tadi tidak kelihatan setelah meminta password wifi rumah Reza, dan menyendiri menonton video, entah video apa.

"GOL!" Iqbal berteriak heboh. Ia berhasil membobol gawang Reza, dengan skor 3-2.

"Itu cuma keberuntungan," elak Reza tak terima.

"Iri bilang bos," ucap Iqbal sambil meragakan tubuhnya seolah mengejek Reza.

"Gantian, dong." Vano duduk di karpet, menggeser Reza dan Iqbal agar menjauh.

"Sama gue, Van." Devan ikut duduk di bawah, dan menyambar stick dari tangan Reza.

Akhirnya, Iqbal dan Reza mengalah, membiarkan gantian Devan dan Vano bermain.

Reza beranjak menuju dapur, hendak membuat secangkir kopi.

Iqbal duduk di sofa, menonton pertandingan diantara Devan dan Vano sambil memakan camilannya.

"Lo gak buatin gue?" tanya Iqbal kepada Reza yang kembali dengan secangkir kopi di tangannya.

"Buat sendiri lah sono." Reza meletakkan cangkirnya di meja, kemudian duduk di sebelah Iqbal.

"Tamu adalah raja, Za. Harusnya lo yang buatin," bantah Iqbal.

"Biasanya juga pada buat sendiri-sendiri. Ngomong aja kalau lo males," cibir Reza.

"Ya udah kalau lo peka, sana buruan buatin," ucap Iqbal memerintah.

Reza langsung menjitak kepala Iqbal, "Lo dibiarin malah ngelunjak, ya."

Iqbal meringis kesakitan, "Si Rangga mana ya, kok gak kelihatan? Mau gue suruh bikinin kopi, nih."

"Rel, Rangga mana?" tanya Iqbal kepada Farel yang sedari tadi sibuk menyendiri, sibuk dengan ponselnya.

Farel mengendikkan bahunya, "Tadi sih terakhir bilangnya ke kamar mandi."

"Lama banget dari tadi ke kamar mandi gak balik-balik," cibir Iqbal.

"Tadi sih terakhir dia minta disambungin wifi biar bisa nonton video. Eh ... Jangan-jangan?" Reza menatap Iqbal yang duduk disampingnya.

Iqbal ikut menatap Reza, nampaknya ia tahu kemana pikiran Reza pergi, "Jangan-jangan dia habis nonton video ehem-ehem, terus sekarang lagi ehem-ehem juga?"

Tanpa berbasa-basi lagi, Iqbal dan Reza langsung berlari menuju kamar mandi, mengecek apakah pikiran kotor mereka terhadap Rangga benar adanya.

Farel hanya menggelengkan kepalanya, acuh, dan kembali fokus pada ponselnya.

Sedangkan Devan dan Vano tidak terlalu peduli dengan apa yang baru saja dibahas oleh teman-temannya, karena sedang fokus pada permainan.

Iqbal dan Reza berjalan mengendap-endap ketika semakin dekat dengan kamar mandi.

Mereka mendekatkan telinga ke pintu, mencuri dengar apa yang sedang dilakukan Rangga di dalam sana.

Tidak ada suara apapun. Yang terdengar hanya suara gemericik air dari keran.

Why Him? [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang