19 - Bali dan Kenangannya

515 54 17
                                    

Alana menenggelamkan tubuhnya di bath-up yang penuh berisi air hangat.

Pagi ini, Alana bangun lebih awal dari teman-temannya, karena ia tidak bisa tidur nyenyak. Masalah semalam masih menghantui pikirannya.

Alana mengecek ponsel yang tergeletak disampingnya. Ia memutar sebuah lagu yang menenangkan.

Jujur saja, ia rutin mengecek ponselnya beberapa kali, karena ia berharap mendapatkan klarifikasi dari Vano. Tapi, ternyata kenyataan manis tidak berpihak kepadanya. Vano sama sekali tidak menghubunginya, walaupun sekadar untuk menyapa.

Jam masih menunjukkan pukul setengah enam pagi. Alana masih memiliki waktu untuk berendam dan berdiam diri, selagi teman-temannya belum bangun, karena sarapan akan diadakan pukul setengah tujuh.

Alana semakin terhanyut dengan hangatnya air yang menelungkup tubuhnya. Hingga tak terasa, matanya tiba-tiba sudah terpejam.

Beberapa menit kemudian, ketukan pintu terdengar. Sehingga, Alana kembali terbangun dari tidurnya.

"Al? Lo di dalem?" Shireen mengetuk dengan pelan. Sebenarnya, ia masih sangat mengantuk, tapi alarm ponselnya terus-menerus berbunyi, sehingga mau tidak mau ia harus terbangun.

"Iya," jawab Alana.

Karena sadar teman-temannya sudah bangun, Alana pun memutuskan untuk segera mandi, sebelum mereka berteriak merepotkan.

Setelah berganti dengan pakaian yang akan digunakannya berlibur hari ini, Alana pun keluar dari kamar mandi.

"Lo bangun pagi banget, Al," ucap Shireen yang hendak bergantian masuk kamar mandi.

"Hmm, iya. Gak tahu juga." Alana langsung melenggang pergi menuju kaca rias.

Ternyata, teman-temannya belum sepenuhnya bangun. Yang benar-benar sudah mengumpulkan nyawanya hanya Shireen. Aura sudah terduduk di kasur, tapi matanya masih setengah menutup. Sedangkan Andin, masih berbalut selimut tebal.

Tentang masalah semalam, teman-teman Alana memang tidak tahu. Alana sengaja menyembunyikan, karena ia malas untuk menjelaskan, dan pasti kedepannya akan menjadi repot.

Akhirnya, Alana semalam kembali ke kamar dengan berpura-pura baik-baik saja. Walaupun Shireen sempat memergoki hidung Alana yang tampak merah seperti habis menangis, tapi Alana berhasil mengelabuhi, dan Shireen pun percaya begitu saja.

Alana berkaca sejenak. Kemudian ia duduk di kursi, mengoleskan sunscreen dan menaburkan bedak di wajahnya, serta mengoleskan liptint pada bibirnya, agar terlihat fresh dan tidak pucat.

Hari ini, Alana terlihat cantik dan simpel dengan mengenakan celana jeans pendek dan kaos, kemudian dipadukan dengan cardigan. Serta rambutnya yang dikuncir kuda setengah.

Sambil menunggu teman-temannya bersiap, Alana duduk di balkon, mengamati langit yang tampak cerah.

Pukul setengah tujuh pagi, Alana dan teman-temannya bergegas menuju ruang makan untuk sarapan bersama.

Alana hanya mengambil semangkuk bubur ayam, dan roti dengan selai di atasnya, serta teh hangat. Ia tipe orang yang malas makan makanan berat ketika pagi hari.

Pukul delapan pagi, rombongan SMA Mandala Raya kembali melanjutkan perjalanan dan wisata ke Desa Batu Bulan untuk menyaksikan pertunjukan tari barong dan keris.

Pertunjukan tari barong dan keris mengisahkan perseteruan abadi antara sosok barong yang menjadi simbol kebaikan dengan rangda yang menjadi simbol kebatilan. Kedua tokoh itu terlibat pertarungan imbang yang tidak berkesudahan, karena tidak dapat saling menjatuhkan. Pertarungan tersebut memiliki filosofi bahwa dalam kehidupan, kebaikan dan keburukan akan selalu hadir berdampingan dan saling menyeimbangkan.

Why Him? [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang