14 - Tentang Devan dan Vano

538 77 20
                                    

"Eh, gue gak sabar banget berangkat ke Bali." Aura membuka pembicaraan.

Saat ini, mereka tengah berada di kantin. Dan memang benar, SMA Mandala Raya akan mengadakan study tour ke Bali bulan depan.

Berita itu sudah valid, karena telah diumumkan secara langsung oleh kepala sekolah. Jadi, murid-murid pasti sedang sibuk membicarakannya sekarang.

"Bener banget. Gue juga udah gak sabar," sahut Andin sambil memasukkan kentang goreng ke dalam mulutnya.

"Gue juga, sih. Tapi, rasanya males, soalnya ribet harus pulang dulu ke rumah, ambil barang-barang yang perlu, sama pamit ke keluarga," ucap Shireen.

"Iya juga ya, lo kan nge-kost." Aura mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kalau lo gimana, Al?" tanya Andin kepada Alana yang sedang sibuk membaca novelnya.

Alana mendongakkan wajahnya, "Ya gitu."

Sebenarnya, Alana sedikit sensitif dengan pembahasan seperti ini. Tapi, teman-temannya tidak salah. Mereka tidak tahu mengenai masa lalu Alana yang kelam. Toh, Alana juga tidak pernah bercerita, jadi wajar saja jika mereka tidak tahu.

Tiba-tiba, Alana merasakan sesuatu yang dingin menempel di pipinya.

"Air putih dingin. Gue tahu lo suka air putih." Vano menyodorkan sebotol air mineral kepada Alana.

Alana mengerjapkan matanya beberapa kali, tak mempercayai apa yang baru saja dilakukan oleh Vano.

Darimana Vano tahu bahwa Alana menyukai air mineral?

Dan sejak kapan, Vano berani melakukan hal senekat ini?

"Mau gak, nih?" tanya Vano karena Alana tidak segera menerima pemberiannya.

"E-Eh, iya, makasih, Van." Akhirnya Alana menerima air mineral itu dengan gugup.

Setelah itu, Vano beranjak pergi untuk bergabung bersama teman-temannya di meja lain.

Teman-teman Alana melongo melihat kejadian yang baru saja terjadi. Bahkan, kentang goreng yang tadi sudah berada di dalam mulut Andin, ikut keluar saking kagetnya.

"Al ... Lo?" Shireen berucap dengan hati-hati, karena masih tidak percaya dengan yang barusan terjadi.

"Woi, Al! Eh, ada minuman, nih." Tiba-tiba, Devan datang dan menyambar air mineral pemberian Vano yang sama sekali belum dibuka oleh Alana, alias masih bersegel.

"Ih, apaan sih lo. Gak sopan banget, main nyerobot punya orang aja," omel Alana segera merebut botol itu dari Devan.

"Ya elah, Al, kayak sama siapa aja," balas Devan kemudian melenggang pergi begitu saja menyusul teman-temannya.

"Al ... Lo?" Kini, Shiren, Andin, dan Aura kompak mengucapkan kalimat yang sama.

Alana menatap teman-temannya bingung, "Apaan? Kalian kenapa?"

"Lo gila ya, Al?" Shireen menatap Alana dengan tajam. Begitupun teman-temannya.

Alana merasa seperti sedang diinterogasi, padahal dia tidak merasa melakukan kesalahan apapun, "Hah? Maksud lo?"

"Lo ngembat cowok sekali dua?" tanya Andin melahap kentangnya dengan tidak selera.

"Gue gak nyangka, Al. Ternyata, lo bar-bar juga," sahut Aura menggeleng-gelengkan kepalanya.

Alana semakin bingung kemana arah pembicaraan teman-temannya, "Apa, sih? Kalian ngomong apaan? Gue gak paham."

"Devan and Vano are your boyfriend, right?" Alana membelalakkan matanya, kaget. Bagaimana bisa teman-temannya berpikir hingga sejauh itu?

Why Him? [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang