18 - Selamat Datang di Bali

570 61 29
                                    

Jam menunjukkan pukul satu dini hari. Setelah perjalanan yang panjang, akhirnya mereka hampir sampai di pelabuhan untuk melakukan penyebrangan.

Alana terbangun dari tidurnya, ketika tour leader membangunkan mereka dengan mikrofon yang bergema digendang telinganya.

Alana mengucek matanya yang masih terasa berat. Ia memandang Andin disampingnya, yang masih terlelap.

Ia pun membangunkan Andin dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya, "Ndin, bangun. Udah sampai, nih."

Andin mengubah posisi tidurnya, membelakangi Alana, "Bentar, lima menit lagi."

"Lima menit lagi, gigi lo maju. Lo kira ini bangun pagi sekolah?" omel Alana gemas.

"Berisik." Andin menutup wajahnya dengan selimut.

Alana hanya menggelengkan wajahnya, tak habis pikir.

Ia kemudian memilih untuk mengaca, dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

AC bus semakin lama semakin dingin, membuat tidur Alana semalam tidak begitu nyenyak, karena harus sibuk memperbaiki selimutnya yang sering terbuka, apalagi bagian kaki.

Tapi, ada sesuatu yang tidak ia perhatikan sebelumnya. Ada sebuah hoodie berwarna abu-abu menempel di tubuhnya.

Alana mengamati hoodie itu, seperti pernah lihat sebelumnya. Ia pun mengingat-ingat kembali.

Beberapa detik kemudian, ia ingat. Ia langsung memutar tubuhnya ke belakang, melihat Devan.

Cowok itu masih tertidur, dengan tangannya yang bersedekap, untuk menghalau dingin.

Alana tidak bisa melihat baju yang dipakai cowok itu, karena tertutupi selimut.

Bagaimana bisa hoodie Devan ada pada Alana? Apa yang terjadi semalam, setelah Alana tidur lebih dahulu?

Tiba-tiba, lampu dalam bus dinyalakan. Tour leader membangunkan mereka sekali lagi, karena letak pelabuhan semakin dekat.

Devan mengerjapkan matanya beberapa kali, karena tersorot lampu.

Ia meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa pegal. Dan kemudian, ia melihat Alana yang sedang menatapnya.

"Udah bangun, Al? Tumben," ucap Devan menyibakkan rambutnya ke belakang, agar lebih rapi.

"Hm. Ini hoodie lo kenapa ada di gue?" tanya Alana to the point.

"Pakai aja dulu. Semalem, gue lihat lo kayaknya kedinginan banget," jawab Devan santai.

Alana menatap cowok itu. Hanya menggunakan kaos lengan panjang berwarna hitam.

"Lo ... Gimana? Emang gak kedinginan?" tanya Alana merasa tidak enak.

"Santai aja kali, Al. Gue udah biasa," jawab Devan.

Alana menganggukkan kepalanya, "Thanks." Ia pun kembali ke kursinya, dan memakai hoodie itu. Jujur, ia memang masih merasakan dingin di sekujur tubuhnya.

Bus mulai memasuki pelabuhan yang tampak luas. Alana sibuk mengamati pemandangan sekitarnya. Ternyata, truk dan bus lain masih banyak berlalu lalang pada jam segini.

Andin menguap, ia memaksakan matanya untuk terbuka, walaupun rasanya sangat berat, "Jam berapa, Al? Kita sampai mana?" tanyanya pada Alana.

Alana melirik sahabatnya itu, "Nyawa lo tuh, kumpulin dulu. Lihat sekeliling, kita sampai mana."

"Ribet banget sih lo, Al. Tinggal jawab aja napa." Andin menegakkan tubuhnya, kemudian melihat keluar jendela. "Lah? Kita udah sampai pelabuhan?"

"Menurut lo?"

Why Him? [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang