17 - Berangkat Study Tour

500 61 17
                                    

Hari demi hari mulai berganti. Dan tak terasa, tepat pada hari ini, SMA Mandala Raya akan berangkat ke Bali dalam rangka study tour, selama lima hari, empat malam.

Matahari bersinar cerah pagi ini, tidak ada awan gelap yang menghalangi.

Jadwal pemberangkatan akan dilaksanakan pada pukul delapan pagi.

Dan pada pukul tujuh, Alana sudah siap untuk berangkat. Namun, sebelumnya, ia mengecek sekali lagi barang-barangnya di koper dan di tas ransel.

Ia berkaca sebentar, memandangi penampilannya. Apakah sudah rapi dan sopan, atau belum. Dengan mengenakan celana baggy pants dan sweater oversize, Alana merasa sudah cocok.

Tiba-tiba, pintu kamarnya terdengar di ketuk oleh seseorang.

Setelah di buka, berdirilah Devan yang sudah rapi, dengan memakai celana jogger dan hoodie berwarna abu-abu, serta tas ransel yang menempel di punggungnya. Sungguh sangat simpel.

"Berangkat, yuk. Udah setengah delapan, nih," ucapnya.

Alana menganggukkan kepalanya. Ia langsung mengunci kamar kostnya, setelah merasa semua aman dan akan baik-baik saja.

"Udah gak ada yang ketinggalan, kan?" tanya Devan dalam perjalanan menuju sekolah.

"Semoga aja enggak," jawab Alana.

"Kost udah aman?"

"Aman."

Sesampainya di sekolah, halaman depan sudah dipenuhi oleh dua belas bus yang berjajar, karena setiap kelas menggunakan satu bus.

"Bus kita nomor berapa, ya?" tanya Alana mengedarkan pandangannya, mencari teman-temannya.

"Sepuluh." Devan ikut mencari keberadaan bus kelas mereka.

Beberapa detik kemudian, Devan langsung menarik Alana untuk mengikutinya. Dan Alana pun paham, karena ia juga melihat teman-teman satu kelasnya yang melambaikan tangan memberikan isyarat.

"Jangan lupa, koper lo taruh di bagasi," ucap Devan ketika mereka telah berada disamping bus.

"Iya iya, masa mau gue bawa ke dalem, sih," cibir Alana. Ia kemudian menarik kopernya menuju bagasi.

Devan mengamati Alana yang sedikit kesulitan untuk mengangkat kopernya, "Bisa, gak?"

"Bisa," jawab Alana yang masih bersusah payah.

"Lama. Kalau gak bisa, bilang aja kali, keburu ketinggalan lo nanti. Makanya, bawa barang yang penting-penting aja, gak usah semuanya di bawa. Jadi berat, kan," omel Devan sambil mengambil alih koper Alana kemudian memasukkannya ke bagasi.

"Berisik." Alana langsung melenggang pergi begitu saja, memasuki bus.

Ternyata, di dalam bus sudah ramai, hampir semua kursi sudah terisi penuh.

Alana mengingat-ingat dimana letak kursinya berada. Tapi, tanpa bersusah payah mencari, ia sudah melihat Andin, yang akan menjadi teman sebangkunya sedang melambaikan tangan.

"Cepet banget lo udah sampai," ucap Alana ketika ia sudah duduk di kursinya.

"Iya, dong. Gue semangat banget, nih. Gak sabar pengen buruan sampai disana." Andin benar-benar tampak gembira. Alana hanya bisa ikut tersenyum senang, karena jujur saja, ia juga tidak sabar.

"Eh, Al. Tolong taruhin tas gue ke bagasi atas, dong, biar tempatnya gak sempit," ucap Andin setelah beberapa menit mereka hanya saling diam, karena fokus pada ponsel masing-masing.

Wajar saja jika Andin menyuruh Alana, dan tidak melakukannya sendiri, karena Alana yang duduk dipinggir, dan Andin duduk dipojok dekat jendela.

Alana meletakkan tasnya di bawah, ia tak ingin menaruhnya di atas, karena malas ribet jika ada barang penting yang ingin diambilnya.

Why Him? [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang