31 - Semakin Renggang dan Jauh

408 35 8
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian mengerikan di club saat itu, membuat Alana menjadi takut untuk sekadar menyapa Devan kembali.

Hubungan mereka benar-benar sudah renggang, dan jauh, seperti dua orang asing yang saling tak mengenal.

Ditambah lagi, Vano semakin mempersulit keadaan. Alana mengingat ulang kejadian seminggu yang lalu itu.

Saat itu, pagi-pagi sebelum Alana bangun dari tidurnya, suara ketukan pintu terdengar. Sehingga mau tidak mau, ia harus beranjak mencuci mukanya dan menemui orang yang ada di depan kamarnya.

Setelah pintu terbuka, nampaklah Vano yang sudah berdiri dengan raut cemas terlukis jelas di wajahnya yang tampan.

Tanpa aba-aba, cowok itu langsung merengkuh tubuh Alana ke dalam pelukannya.

"Al, kamu gak apa-apa? Aku denger cerita dari Reza. Maafin aku, karena gak ada disamping kamu disaat kamu terluka," bisik Vano.

Sekarang, Alana paham mengapa Vano datang pagi-pagi seperti ini, dan langsung memeluknya  secara tiba-tiba.

"Aku udah gak apa-apa kok, Van. Makasih udah peduli." Alana melukiskan senyumnya.

Vano melepaskan pelukannya, "Cowok itu emang bener-bener keterlaluan, Al. Dia harus diberi pelajaran."

Alana membelalakkan matanya, dan menggeleng dengan cepat, "Maksud kamu? Nggak. Nggak, Van. Kamu jangan macem-macem."

Tanpa mendengarkan ucapan Alana, Vano langsung beranjak pergi menuju kamar yang berada diseberang kamar Alana.

Vano mengetuk pintunya dengan kasar. Tapi, tak ada jawaban. Tanpa menunggu lama lagi, ia langsung mendobrak pintu itu dan menerobos masuk.

Dilihatnya Devan yang masih tertidur diatas kasurnya yang tampak berantakan.

Vano langsung mencengkeram kerah kemeja Devan, dan mengangkatnya.

Merasakan kehadiran seseorang, Devan mulai membuka matanya.

Sebelum Devan benar-benar sadar, Vano langsung melayangkan pukulannya ke rahang Devan dengan keras hingga membuat cowok yang masih lemas itu jatuh terkapar.

"Denger, ya! Siapapun lo, kalau macem-macem sama Alana, bakal habis ditangan gue." Vano menatap Devan tajam.

Devan hanya meringis kesakitan. Ia meraba ujung bibirnya yang berdarah karena terhantuk benda yang ada disekitarnya ketika ia terlempar tadi.

Tidak membiarkan Devan bebas begitu saja, Vano langsung mengangkat tubuh cowok itu kembali, dan menendang perutnya dengan brutal.

Lagi-lagi, Devan terjatuh tak berdaya.

"Dulu, lo yang selalu ingetin gue biar gak nyakitin Alana. Tapi, sekarang apa yang lo perbuat? Lo udah nyakitin Alana dari hati hingga fisiknya! Cuma cowok brengsek dan cupu kayak lo yang berani macem-macem sama cewek. Lo juga pengecut, Dev. Cuma bekal omong doang. Kelakuan lo gak ada yang sama kayak ucapan lo." Vano menyeringai, "Emang bener, ya. Apapun makanannya, minumnya pasti jilat ludah sendiri."

Vano kembali melayangkan pukulannya kepada Devan, tidak membiarkan cowok itu untuk bangkit dan melawan. Emosinya tak terkontrol lagi. Vano membabi-buta.

Tiba-tiba, Alana datang. Ia terlambat, karena sudah melihat Devan yang terkapar lemas tak berdaya.

Gadis itu langsung berlari menghampiri Vano yang masih memukuli Devan dengan brutal.

Why Him? [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang