21 - Kembali Normal

443 43 23
                                    

Study tour ke Bali telah usai, dan sekarang rombongan SMA Mandala Raya sudah pulang ke rumah masing-masing dengan selamat.

Hari ini, pihak sekolah sengaja memberikan libur untuk para muridnya, agar digunakan beristirahat setelah menempuh perjalanan jauh.

Setelah kejadian malam terakhir di Bali saat itu, Alana menjadi merasa hidupnya semakin hampa. Tapi, di lain sisi ia teringat perjuangan teman-temannya untuk menyelamatkan dirinya.

Alana merasa bahwa masih banyak orang yang peduli dan selalu mendukungnya. Jadi, ia harus semangat menjalani hidup, untuk dirinya dan untuk orang-orang disekitarnya.

Pagi ini, Alana sudah memasak makanan untuk sarapan. Menu hari ini adalah soto ayam spesial dari resep neneknya secara turun temurun. Alana sudah handal dan yakin jika masakannya kali ini enak, karena ia memang sudah diajari sejak masih belia.

Oleh sebab itu, kali ini Alana berinisiatif untuk membagikan makanan kepada Shireen dan Devan, selaku tetangga kost dan sebagai ucapan terima kasih perihal kejadian di Bali.

Alana memakai maskernya sebelum keluar kamar, karena tamparan yang diberikan oleh Wisnu kemarin nampaknya benar-benar sangat keras, hingga menyisakan memar merah di pipinya. Dan itu harus ditutupi agar tidak mengundang kabar-kabar buruk dari orang-orang.

Alana beranjak menuju kamar Shireen yang ada di sebelahnya terlebih dahulu. Ia mengetuk pintu kamar Shireen beberapa kali, tapi tak ada jawaban. Alana yakin, pasti gadis itu masih tidur dan meringkuk di dalam selimutnya.

Akhirnya, mau tidak mau, Alana berpindah menuju kamar Devan. Sebenarnya, ia sendiri tidak yakin bahwa cowok itu sudah bangun pagi-pagi seperti ini, Shireen saja belum bangun apalagi dia. Tapi, tidak ada salahnya untuk mencoba. Jadi, Alana mengetuk pintu kamar Devan.

Tanpa menunggu lama, pintu pun terbuka, memperlihatkan Devan dengan wajah bantalnya.

Alana melepas maskernya terlebih dahulu, sebelum mulai berhadapan dengan Devan.

Devan mengucek matanya yang masih tampak berat, "Kenapa, Al? Pagi-pagi buta udah mampir aja. Kangen?"

Alana melototkan matanya, "Nyawa lo dikumpulin dulu. Jangan ngigo. Nih, gue bawain sarapan, spesial sebagai ucapan terima kasih karena kemarin lo udah nolongin gue." Ia pun menyodorkan nampan yang diatasnya ada semangkuk nasi, soto ayam, dan beberapa tempe goreng.

"Apa gini rasanya bangun pagi tiba-tiba udah dimasakin sama istri?" Devan tersenyum dan menerima nampan yang diberikan Alana.

"Iya. Tapi, bukan gue istrinya." Alana menjulurkan lidahnya.

"Yah, gak asik, dong." Devan mengubah wajahnya pura-pura kecewa.

Alana hanya terkekeh, "Ya udah, gue balik, ya?"

Devan langsung menarik pergelangan tangan Alana sebelum gadis itu benar-benar beranjak pergi.

Alana menatap tangannya yang digenggam oleh Devan, "Kenapa?"

"Kayak biasa, dong. Sarapan bareng," pinta Devan.

Alana menggelengkan kepalanya, "Enggak. Gue belum beresin alat-alat masak."

"Bentar doang, Al. Temenin gue. Gue juga mau ngomong sesuatu sama lo." Devan menarik Alana untuk duduk di teras.

Akhirnya, Alana pun sudah duduk bersebelahan dengan Devan.

Devan melahap makanannya, dan Alana menatapnya senang.

"Tumben masakan lo lebih enak dari biasanya, Al," ucap Devan di sela-sela ia mengunyah makanannya.

Why Him? [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang