4 - Siapa?

978 118 34
                                    

Malam ini, Devan sedikit kesulitan untuk tidur, karena terus kepikiran dengan kejadian tadi sore. Devan berpikir, apakah Alana baik-baik saja? Apa saja yang diutarakan oleh teman-temannya kepada Alana? Apakah mereka berbuat macam-macam pada gadis itu?

Devan benar-benar merasa bersalah kepada Alana. Mengapa ia tidak memberitahu teman-temannya terlebih dahulu, bahwa Alana bukan tukang delivery seperti yang mereka ucapkan tadi, tentu saja itu akan melukai hati Alana. Padahal, kedatangan Alana dengan niat baik.

Sebenarnya, tadi Devan ingin mengejar Alana, ketika gadis itu berlalu tanpa ucapan pamit. Tapi, dirinya masih bingung dengan kejadian apa yang sedang terjadi. Sehingga, tubuhnya menahan agar tidak mengejar Alana. Akhirnya, setelah tahu kejadian yang sebenarnya, kini ia hanya bisa termenung dengan rasa bersalah di dalam kamar kostnya.

Devan ingin sekali datang ke kamar Alana sekarang juga, untuk meminta maaf. Tapi, ini sudah terlalu larut malam. Pasti Alana sedang beristirahat, dan itu justru akan semakin mengganggu Alana.

Akhirnya, Devan memutuskan untuk memaksakan dirinya tidur. Dan meminta maaf kepada Alana besok pagi.

✏✏✏✏

Di lain sisi, Alana sedang membereskan kasurnya untuk tidur.

Setelah kejadian tadi sore, yang benar-benar menguras tenaganya, Alana ingin sekali segera merebahkan tubuhnya pada kasur yang empuk.

Sebenarnya, Alana sedikit kesal dengan sikap Devan dan teman-temannya tadi. Dengan santainya, mereka mengira Alana adalah tukang delivery. Padahal, Alana sudah mengumpulkan niat sekuat tenaga untuk datang kesana dengan baik. Tapi ternyata, niat baiknya tak dianggap. Bahkan membuahkan ucapan terima kasih saja tidak.

Untung saja, Alana benar-benar berhutang budi pada Devan. Sehingga, ia masih bisa mengontrol emosinya agar tidak menyumpah serapahi Devan dan teman-temannya. Kalau saja tidak demi membayar hutang, Alana tidak akan pernah mau menginjakkan kakinya ke halaman kost laki-laki aneh itu.

"Huft, akhirnya selesai juga. Saatnya istirahat," ucap Alana merebahkan tubuhnya.

Sesaat kemudian, ponselnya tiba-tiba menyala, menandakan bahwa ada pesan masuk. Alana langsung meraih benda pipih yang berada di meja kecil sebelah kasurnya itu, untuk melihat dari siapa pesan yang baru masuk tersebut.

08xxxx94020
Ini bener nomor cewek yang tadi nganterin makanan ke rumah Devan, bukan?

Alana mengerutkan keningnya, bingung. Nomor siapa itu? Mengapa dia bisa tahu kejadian tadi sore? Dan darimana dia mendapatkan nomor Alana? Pertanyaan-pertanyaan itu sudah memenuhi memori kepala Alana.

Alana Meisie
Sp y?

08xxxx94020
Gue cuma mau bayarin makanan yang lo anter tadi. Gue lihat, lo belum dibayar sama Devan, ya? Padahal makanannya udah dihabisin sama temen-temen gue.

Alana Meisie
Gue bkn delivery.

08xxxx94020
Terus?

Alana Meisie
Gue gak kenal sama lo. Gak usah banyak tanya. Kalo gue bilang gak, ya gak.

08xxxx94020
Eh, santai dulu. Gue temennya Devan, yang biasanya juga ikut nongkrong di kost-an nya dia. Lo gak perlu tahu nama gue, cepat atau lambat, gue yakin lo pasti bakalan tahu sendiri.

Why Him? [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang