22 - Jalan Kehidupan

470 50 50
                                    

Hari demi hari berlalu. Sudah sekitar seminggu setelah acara study tour, Alana menjalani hidupnya lagi dengan normal.

Malam ini, Andin tiba-tiba menghubungi Alana, Shireen, dan Aura agar menginap di rumahnya, karena dia sendirian di rumah, orang tuanya lembur bekerja.

Akhirnya, mau tidak mau, Alana pun berangkat menuju rumah Andin bersama Shireen menggunakan ojek online.

Sesampainya di rumah Andin, Alana sempat terpukau beberapa saat ketika melihat kemegahan rumah sahabatnya itu. Tidak heran jika terkadang gadis itu sering memborong barang-barang tanpa memandang harganya terlebih dahulu, sebab dia memang anak dari orang yang berada.

"Buset, ini beneran rumahnya Andin?" tanya Alana berdiri di depan gerbang yang menjulang tinggi.

"Enggak. Ini rumah orang tuanya Andin," jawab Shireen sambil menekan bel.

Gerbang besar itu terbuka, sehingga memperlihatkan rumah yang semakin terlihat megah.

"Temennya non Andin, ya?" tanya seorang pria paruh baya yang bekerja menjadi satpam.

"Iya, Pak," jawab Shireen ramah. Sedangkan Alana hanya menebar senyumnya.

"Silakan, langsung masuk saja," ucap satpam itu.

"Terima kasih, Pak." Shireen dan Alana menganggukkan kepalanya, kemudian berjalan menuju pintu utama.

Alana memandangi sekitarnya. Ada kolam ikan yang dihiasi dengan tumbuhan dan bunga warna-warni. Ini sudah seperti istana bagi Alana. Halamannya benar-benar luas, sepertinya cukup untuk olahraga pagi satu RT.

"Jalan dari gerbang ke rumah udah kayak keliling lapangan beberapa kali," keluh Alana.

Shireen hanya terkekeh dan menggelengkan kepalanya.

Belum sempat mengetuk pintu atau menekan bel, pintu sudah terbuka.

Andin langsung memeluk kedua sahabatnya itu, dan menarik mereka untuk masuk.

"Kalian lama banget, sih. Aura udah nungguin daritadi, tuh," ucap Andin berjalan mendahului.

"Si Alana tuh, lelet," jawab Shireen.

Alana hanya sibuk memandangi keadaan di dalam rumah Andin. Kalau suasana di luar rumah bagus, pasti di dalam rumahnya semakin bagus. Alana suka melihat hal-hal yang dapat memanjakan matanya.

Warna hitam dan putih yang mendominasi hampir di semua bagian, membuat rumah mewah itu tampak terlihat minimalis. Dan Alana suka melihatnya, tidak berlebihan.

Foto-foto keluarga terpasang rapi di tembok. Vas bunga, miniatur, dan barang-barang antik lainnya tersusun rapi di rak yang ada di sudut ruangan.

Di tengah ruangan juga ada sofa besar yang terlihat sangat empuk. Alana harus mencobanya nanti, pasti sangat nyaman duduk disana.

Alana menyusuri satu per satu anak tangga menuju ke lantai dua mengikuti Andin.

Melihat lantainya saja membuat Alana harus sedikit berhati-hati ketika berpijak, karena takut kotor. Jujur saja, wajah Alana kalah glowing dengan lantai di rumah Andin.

Andin membukakan pintu salah satu ruangan, dan memasukinya.

Alana dan Shireen pun mengikuti jejak gadis itu.

Aroma vanilla semerbak menyerbu pernapasan ketika Alana baru saja memijakkan kaki ke dalam ruangan bernuansa pink itu.

Di dalam, ada Aura yang sedang duduk di karpet dan menatap layar laptop sambil memakan camilannya.

Why Him? [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang