28 - Danau Si Saksi Bisu

379 40 47
                                    

Hari minggu yang cerah. Matahari bersinar terang, ditemani awan putih, di langit yang biru.

Pagi ini, Alana sudah siap dengan dress casual pendek dengan rambutnya yang dikepang satu.

Ia memandangi penampilannya di kaca, dan tersenyum manis. Semoga saja outfit nya kali ini tidak salah.

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu.

Alana langsung bergegas keluar dengan menggotong keranjang rotannya.

Vano menganga melihat penampilan Alana dari atas hingga bawah. Gadis itu terlihat lebih kalem dan feminim dengan dress berwarna pastel yang dikenakannya.

Alana menggigit bibir bawahnya ketika Vano menatap penampilannya, "Kenapa, Van? Gue kelihatan aneh, ya?"

Vano langsung menggeleng dengan cepat, "Oh, enggak kok, Al. Lo ... Kelihatan lebih manis."

Alana tersenyum, dan menundukkan kepalanya, menyembunyikan pipinya yang tiba-tiba terasa panas.

"Kita berangkat sekarang?" tawar Vano.

Alana menganggukkan kepalanya. Kemudian, mereka beranjak memasuki mobil, setelah menyimpan keranjang rotan yang dibawa Alana di bagasi, dan melakukan perjalanan.

Seperti janji Vano kala itu, ia akan mengajak Alana jalan-jalan. Dan tepat pada hari ini, ia menepati janjinya. Ia akan mengajak Alana pergi ke suatu tempat, refreshing dan mengutarakan suatu hal.

"Emang kita mau kemana sih, Van? Sampai lo suruh gue bawa bekal segala," ucap Alana membuka percakapan.

"Piknik biasa kok," jawab Vano simpel.

Alana kembali diam. Ia tidak ingin banyak bicara, karena takut mengganggu Vano yang sedang fokus menyetir.

Lagu tahun 90'an mengalun dengan tenang.

Alana menumpu dagunya ke arah jendela, mengamati jalanan dan pohon-pohon yang ia lewati.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, Vano pun menghentikan mobilnya tepat di sebuat tempat.

Alana yang awalnya terkantuk-kantuk, langsung menegakkan tubuhnya memandang sekitar.

"Udah sampai, Al. Ayo, keluar." Vano membukakan pintu untuk Alana.

Alana keluar dari mobil, dan tubuhnya langsung diterpa oleh angin sepoi-sepoi yang sejuk.

Alana menarik napasnya dalam-dalam, membiarkan oksigen banyak terhirup ke badannya.

Vano sedang mengangkut barang-barang keluar dari bagasi mobil. Alana langsung menyusul, hendak membantunya.

"Biar gue bantu, Van," ucap Alana sambil menggotong keranjang rotannya keluar dari bagasi.

Vano langsung menahan tangan Alana, dan merebut keranjang itu dari tangannya, "Gak usah, Al. Biar gue aja. Lo tunggu aja disana." Vano menunjuk ke arah bawah pohon beringin yang sangat besar, hingga menciptakan tempat yang teduh.

"Biarin gue bawa keranjangnya, Van. Please." Alana memasang wajah memelasnya.

Vano menghela napas panjang, "Ya udah."

Mereka pun langsung beranjak menuju tempat yang teduh, dan Vano menggelar karpet disana, sedangkan Alana menata bekal yang tadi dibawanya di dalam keranjang.

Setelah semuanya siap, Vano dan Alana langsung duduk bersebelahan, memandang lurus ke danau yang luas didepannya.

Ya, mereka sedang berada di sebuah danau dengan halaman sekitar yang sangat luas. Kebetulan, hari ini tempat itu tampak sepi. Jadi, Vano dan Alana bisa lebih leluasa.

Why Him? [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang