33 - Kelam Yang Sesungguhnya

999 44 18
                                    

⚠️ Part ini mengandung bawang.

p.s: direkomendasikan untuk membaca sambil mendengarkan musik melow.

✏✏✏✏

Alarm di ponsel Alana yang sudah diaturnya semalam terus berbunyi beberapa kali, tapi gadis itu masih meringkuk di dalam selimut tebalnya.

Untung saja, cahaya matahari menyelinap masuk menembus kaca jendela dan gorden di kamarnya. Jadi, mau tidak mau ia harus bangun dan melihat jam dinding di depannya.

Pukul 08.27

"HAH? SETENGAH SEMBILAN? KESIANGAN!" teriak Alana. Ia langsung berlari menuju kamar mandi, dan bersiap dengan cepat untuk menuju terminal, menemui Devan. Ia tidak boleh tidak bertemu Devan untuk terakhir kalinya.

Hanya perlu sepuluh menit untuk Alana sudah rapi dengan pakaian casualnya. Ia tidak peduli apabila penampilannya berantakan dan tidak cocok, ia juga tidak peduli apabila wajahnya masih terlihat seperti baru bangun tidur, yang terpenting ia harus buru-buru berangkat menuju terminal.

Baru keluar dari kamar, Alana sudah mendapati kamar Devan yang kosong, karena terlihat dari jendela yang tidak tertutupi gorden.

Alana langsung berlari meninggalkan pekarangan kost, mencari kendaraan umum, dan melaju menuju terminal.

✏✏✏✏

Letak terminal sudah tidak jauh lagi, tapi kendaraan umum yang ditumpangi Alana tidak dapat mengantarkan sampai ke dalam, karena bukan rute-nya.

Akhirnya, mau tidak mau, Alana harus turun dan berjalan sedikit agar bisa masuk ke terminal.

Belum jauh ia berjalan dan memasuki area terminal, ia melihat seseorang yang berdiri beberapa meter darinya hendak menyabrang jalan.

"Devan!" teriak Alana sambil melambaikan tangannya.

"Hai, Al! Bye!" balas Devan melambaikan tangannya juga ke arah Alana.

Baru saja Alana berkedip satu kali, sebuah tragedi mengerikan terjadi tepat di depan matanya.

Sebuah truk bermuatan oleng dan banting stir ke arah trotoar yang dipijaki Devan, hingga berhasil menghantam tubuh cowok itu dengan keras.

Bola mata Alana membesar, dan jantungnya tercekat. Ia syok dan tidak percaya dengan tragedi yang baru saja terjadi di depannya.

Suara tubrukan dan hantaman terdengar mencekik telinga, sampai akhirnya truk itu berhenti karena menabrak pohon yang besar.

Kejadian itu begitu cepat, tapi terasa lambat bagi Alana. Dunia Alana menjadi hampa, hanya dipenuhi dengan orang-orang yang berteriak ketakutan.

Alana linglung. Ia mencoba melangkahkan kakinya yang tiba-tiba terasa membeku, untuk mendekat ke arah truk yang sudah penuh dikerubungi oleh massa.

Alana merasakan lututnya menjadi lemas dan ingin jatuh, ketika melihat darah mengalir dari bawah truk.

Polisi dan ambulans tiba-tiba datang, membantu evakuasi korban kecelakaan yang baru saja terjadi.

Seseorang ditarik keluar dari kolong truk. Alana tergelak saat melihat orang yang baru saja di lihatnya beberapa menit yang lalu kini tergeletak dengan genangan darah yang merembet membasahi aspal.

Tubuh Devan kini sangat mengerikan, penuh luka dan goresan yang nampak dalam, dengan darah dimana-mana. Terlihat sangat menyakitkan.

Tangan yang tadi melambai pada Alana, kini tergeletak lemas tak berdaya. Mulutnya pun yang tadi mengucapkan kalimat terakhir, "Hai, Al! Bye!" Kini sudah mengeluarkan darah dengan deras.

Why Him? [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang