Kinan tengah asik menonton drama Hotel Del Luna entah untuk ke berapa kali dia tak ingat. Kinan bahkan masih saja menyiapkan tisu jikalau ia tak bisa menghalau air mata untuk turun dari matanya.
Namun, dalam hitungan detik kehikmatan yang sudah tercipta langsung hilang begitu saja sejak sang saudara kembar yang menyebalkan melebihi abang tukang parkir kini merebahkan diri menjadikan punggung Kinan sebagai bantal.
"Minggir berat tau kepala lo apa sih isinya? Perasaan otak juga nggak punya," katanya mencoba menggeser badannya agar kepala Katon bisa menyingkir dari punggungnya.
"Enak aja, pala gue isinya otak ya ini semua emang lo isinya drama doang," sindir Katon lalu mendudukkan diri setelah dirasa cukup menyiksa kembarannya.
"Ada apa lo ke sini? Gue tahu lo nggak mungkin tiba-tiba masuk kamar gue tanpa niat busuk."
"Ya Allah lo nih bisa nggak sih nggak suudzon sekali aja sama gue."
"Nggak bisa," kata Kinan masih melihat drama di laptopnya.
"Gue tanding besok." Kinan memutar bola matanya, biasanya juga kalau dia tanding nggak sampai ngerepotin orang.
"Terus? Lo mau gue ngedukun biar lo menang gitu?" Memang punya saudara kembar yang mulutnya suka tidak di-filter itu memang sesuatu sekali.
"Mulut lo itu ya!"
"Kenapa seksi? Udah tau kali," katanya.
Kadang Katon sendiri tak tahu dari mana Kinan selalu mendapatkan kepercayaan diri yang sangat besar itu. Entah dari boneka doraemon yang dipajang di kasur atau dari sang abang yang sedang berada di Jepang.
"Sumpah setiap hari gue bisa heran kenapa lo itu bisa sepercaya diri itu. Tobat woi tobat."
"Alah langsung aja deh gak usah banyak bacot! Lo mau gue ngapain?" tanya Kinan. Dia sedang tak memiliki daya semangat untuk adu bacot dengan saudara kembarnya ini.
"Besok nonton gue," suruh Katon.
"Ogah."
"Gue nonton semua pertunjukan lo ya! Bales kek, nonton balik."
"Gue nggak pernah nyuruh lo dateng."
Memang kadang rencana Katon buat membuang Kinan jauh-jauh harus dilaksanakan. Gadis ini semakin hari semakin menyebalkan.
"Nan lo gitu banget sih. Gue masih adek lo lho. Care dikit kek." Kinan menutup laptopnya lalu memandang Katon.
"Lo putus sama cewek lo?" Dia menggeleng.
"Terus kenapa tiba-tiba nyuruh gue dateng? Bukannya lo paling ogah kalo gue nontonin lo tanding?"
Ya itu benar Kinan selalu dilarang ikut oleh Katon karena biasanya kata-kata penyemangat yang dilontarkan Kinan berisi tentang betapa payahnya Katon.
"Ini beda Nan."
"Bedanya?"
"Cewek gue nggak ada temen nonton, lo temenin gih." Kinan memandang Katon dengan pandangan 'siapa lo nyuruh gue'.
"Apa untungnya buat gue?" tanya Kinan.
Hal itu wajar Kinan adalah orang yang realistis dia akan melakukan sesuatu yang dirasa akan memberi keuntungan untuknya.
"Banyak."
"Apa?"
"Lo bisa berhenti jadi uler di ruma— aaah sakit kampret." Katon menekik kesal gara-gara Kinan mencubit pinggangnya hingga rasanya ginjalnya ikut terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅𝕃𝕠𝕧𝕖 𝔾𝕒𝕞𝕖
RomanceBerawal dari saling mengaku sebagai idola kampus, tujuh lelaki saling bertaruh untuk menjadikan wanita pertama yang melewati pintu dari lapangan indoor untuk membuktikan kepopuleran mereka. Namun, sayangnya gadis yang masuk ke lapangan indoor di ken...