Kinan duduk di kursi menanti anggota lain yang akan ikut rapat untuk mengisi acara kampusnya. Dari jauh ada seorang pria dengan senyum seterang mentari mendekat lalu dengan lancang duduk di samping Kinan yang ingin pulang.
"Udah dateng semua kan?" tanya Randy sie acara yang membuat Kinan membatalkan janji nontonnya dengan Adit yang kebetulan baru datang dari Jepang beberapa hari yang lalu.
"Ya mana gue tau gue kan gak tau," gerutu Kinan yang membuat Putra mendengus menahan tawa.
"Oke jadi bisa kita mulai ya." Segala kata yang diucapkan Randy sama sekali tak masuk ke telinga Kinan dia sudah sangat ingin pulang apalagi perutnya terus merasa tak enak sejak tadi siang, ditambah Randy yang membuatnya lebih berlama-lama di area kampus. Apa lelaki itu tak tahu bahwa Kinan tak suka berlama-lama di kampus?
"Jadi udah jelas ya yang ngisi acaranya?"
Semuanya menjawab iya sementara Kinan hanya mengangguk tanpa tahu isi yang dikatakan Randy toh nanti juga pasti ada yang mengingatkan.
"Oke jadi rapat bisa kita akhiri dan jangan lupa persiapkan dengan baik terutama Kinan dan Putra." Kinan langsung melotot tak selow ketika namanya disebut.
"Tunggu gue ngapain sama Putra?" Kinan meruntuk mulutnya yang membuat ia menjadi bahan untuk ditatap secara masal.
"Lo nggak dengerin gue?" Mampus-mampus dalam hati Kinan mengucapkan itu karena dia ingat Diana pernah mengatakan bahwa Randy itu cukup menakutkan saat marah.
"Dia dengerin lo, dia ngomong sama gue. Bahas soal musikalisasi puisi cuma gue bikin dia kesel tadi."
Jawaban yang sangat tidak sinkron dengan apa yang sempat diucapkan oleh Kinan tadi, tapi Randy memakluminya atau mungkin dia sudah lupa apa yang sempat dikatakan oleh Kinan tadi.
"Ya sudah kalian boleh bubar." Kinan dengan malas berdiri, tapi tak lama kemudian Putra menekan pundaknya agar tetap duduk.
Merasa bahwa Putra melakukan hal yang tidak sopan Kinan hampir saja melepaskan bacotan saktinya, tapi semuanya terhenti saat Putra membisikkan sesuatu padanya yang membuat wajahnya memerah.
"Banyak?" bisik kinan pada Putra dan Putra mengangguk dan kini Kinan mulai gelisah pantas saja perutnya tak enak sejak tadi ternyata dia dalam masa siklusnya.
"Berdiri."
"Lo gila ya," bisik Kinan tajam.
"Terus lo mau di sini selamanya gitu."
"Ya nggak lah ini gue nunggu mereka keluar."
"Mereka bakal di sini sampai ntar malem. Mau di sini lo?"
"Ya gue harus gimana dong?"
"Makanya ikutin gue. Berdiri dan gue anter lo ke kamar mandi."
"Kenapa lo nggak pinjemin jaket lo aja sih?" Keduanya masih saling bisik-bisik.
"Terus lo mau semua orang tau kalo lo lagi bulanan gitu? Gue sih nggak masalah."
"Ya nggak gitu juga."
"Ya udah percaya sama gue." Sekarang Kinan berdiri dan tepat setelah Kinan berdiri putra langsung merapat di belakangnya hingga bagian belakang celana kinan yang bernoda tak terlihat.
"Sekarang jalan," bisik Putra sementara yang lain melihat mereka dengan aneh.
"Wuih udah deket aja tuh, bisa tiba-tiba dapet kabar jadian nih," celetuk seseorang yang tak Kinan lihat wajahnya, tapi jika dia tahu nanti dia pastikan lelaki itu akan merasakan jurus kick the ball jutsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅𝕃𝕠𝕧𝕖 𝔾𝕒𝕞𝕖
RomanceBerawal dari saling mengaku sebagai idola kampus, tujuh lelaki saling bertaruh untuk menjadikan wanita pertama yang melewati pintu dari lapangan indoor untuk membuktikan kepopuleran mereka. Namun, sayangnya gadis yang masuk ke lapangan indoor di ken...