15. Sebuah Keputusan

2K 329 47
                                    

Sebagai makhluk jomblo setelah memutuskan keempat pacarnya Aksa kini ikut perkumpulan GGS di sebuah cafe di daerah Menteng. Ke tujuh lelaki itu hanya membicarakan hal hal tak jelas selama beberapa menit mulai dari sandal Ian yang hilang pas jumatan hingga rencana Putra untuk mengadopsi anak kucing untuk menakuti kakak perempuannya yang semua sahabatnya tahu bahwa Putri—kakak Putra— adalah jelmaan dari medusa saking galak dan bar-barnya.

Obrolan mereka semakin tak terarah setiap menitnya hingga sebuah nama membuat mereka terdiam. Apalagi jika bukan nama Kinan. Ketujuh lelaki tampan itu langsung menoleh ke arah sumber suara.  Beberapa tahu siapa yang sedang bicara sementara Ian si anak Umi tak tahu siapa lelaki yang duduk di seberang mereka.

"Dia lagi ngomongin Kinan bukan sih?" tanya Ian dan lainnya malah menyuruh Ian diam karena mereka ingin tahu apa yang dibicarakan mantan Kinan itu dengan wanita di depannya.

"Diem dulu sih!" suruh Barchan galak.

Dan dalam sekejap mereka mencondongkan telinga mereka ke arah Sean yang sedang berbicara dengan Karina.

"Gue udah ngomong sama Kinan kemaren." Ketujuh lelaki itu malah deg-degan takut jika setelahnya Sean memberitahukan bahwa ia balikan dengan Kinan.

"Dia udah ngasih tau kenapa dia mutusin gue." Sean menatap Karina yang terlihat tak nyaman sedangkan tujuh pangeran itu makin menajamkan pendengarannya karena rasa penasaran.

"Kenapa?" tanya Karina terlihat jelas ada rasa takut di sana.

"Gara-gara lo."

Lutfi hampir mengumpat untung Elang langsung siaga menutup mulutnya sebelum dua orang di seberangnya sadar mereka menguping.

"Gimana bisa gara-gara gue?" Tak hanya Karina tujuh lelaki itu juga harap harap cemas dengan jawaban dari Sean.

"Dia bilang kalo gue terlalu deket sama lo dibanding sama dia. Dan gue emang ngerasa selama gue pacaran sama Kinan, lo sering banget tiba-tiba nelpon gue dan bilang kalo lo ada masalah."

Jika dilihat lebih teliti dahi Karina sekarang berkeringat, terlihat jelas dia tak suka dengan bahan pembicaraan yang satu ini.

"Gue emang ada masalah waktu itu," kata Karina sedikit berlebihan.

"Gue sama sekali ngerasa kalo masalah lo itu nggak se-urgent itu sampai gue harus dateng ke tempat lo waktu itu. Lo sengaja kan waktu itu?"

"Mampus lo!" Putra sudah masuk ke dalam drama itu.

"Gue nggak sengaja Sean. Itu anak emang lagi adu domba kita. Dia nggak suka sama pertemanan kita selama ini. Dia cuma iri karena lo peduli sama gue," katanya dengan nada bicara yang sudah tinggi.

"Dia nggak kayak gitu Karina."

"Nggak kayak gitu gimana Sean, lo tau? Dia nampar gue di kampus terus nyuruh gue ninggalin lo?" Sean kaget dia berpikir bahwa Kinan bukan orang yang akan melakukan hal seperti itu. Dan reaksi serupa juga didapat dari tujuh orang yang sedang menguping.

"Emang bener Kinan kayak gitu?" bisik Ian pelan.

"Gue tau dia galak, tapi menurut gue dia nggak nyampe main tangan deh," kata Aksa.

"Dia bohong," timpal Rayan yang kala itu melihat kejadian secara langsung.

Dan rupannya suara Rayan cukup keras hingga Sean dan Karina sadar tentang keberadaan mereka di sana.

"Lo ngomong apa barusan?" tanya Sean dan Rayan merasa ia perlu meluruskan semuanya sebagai manusia yang sempat pernah ingin menjadi power ranger merah yang akan membasmi kejahatan.

✅𝕃𝕠𝕧𝕖 𝔾𝕒𝕞𝕖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang