Epilog 6: Proposal Cinta ✅

1.4K 212 49
                                    


"Pagi Pak Ian." Sapaan ramah mulai dari penjaga gerbang, mahasiswa hingga ibu-ibu kantin kampus  menjadi makanan sehari-hari bagi Ian yang memang dikenal sebagai dosen favorit yang selain tampan juga ramah dan murah nilai.

"Pagi," balas Ian sambil terus berjalan menuju ke dosenat untuk absen menggunakan finger print

"Pagi, Pak Ian," sapa salah satu mahasiswa yang Ian ingat adalah koordinator mata kuliah yang dia ajar, Raehan.

"Pagi, kamu mau ngumpulin tugas?" Raehan mengangguk lalu memberikan setumpuk tugas milik teman-temannya.

"Udah semuanya?"

"Sudah Pak." Ian mengangguk lalu tersenyum singkat.

"Bagus, hari ini presentasi, 'kan? Tolong persiapkan LCD-nya saya ke kelas sebentar lagi."

"Baik pak." Ian menepuk bahu Reyhan singkat lalu kembali berjalan menuju ke arah dosenat sambil membawa tumpukan dokumen.

"Gimana?" Reyhan kaget saat seorang gadis berambut pendek yang juga teman satu angkatan, walaupun beda kelas muncul di belakangnya.

"Lo bisa nggak sih kalo dateng itu ngomong dulu, salam dulu kek. Kaget gue anjir!" maki Reyhan, tapi gadis itu hanya terkekeh saja dia sudah kebal dengan segala amukan dari pacarnya itu.

"Sorry-sorry, tapi gimana lo kasih ke Kak Ian?"

"Sopan dikit napa sih jadi orang dia tuh dosen lo."

"Gue masih sopan kali masih manggil dia kak. Lagian masih semuda itu masa dipanggil pak sih." Rani memang benar-benar berani dan ceplas-ceplos persis seperti sang kakak mungkin memang dari pabriknya sudah begitu.

"Ya, ya, serah lo deh. Biar tenang hidup lo, aman gak ganggu gue." Rani mencibir lalu kembali menanyakan pertanyaannya tadi.

"Gimana? Udah belum?"

"Udah udah! Aman, tapi ntar kalo Pak Ian marah lo yang nanggung ya, takut gue." Reyhan memang belum pernah melihat Ian marah, tapi berdasarkan pengalaman, orang yang baik dan ramahnya minta ampun seperti Ian, saat marah akan seperti Hulk.

"Tenang aja gak bakal marah dia sama lo, apalagi sama gue."

"Ya ya, gue balik kelas dulu harus siapin LCD buat kelas ntar."

"Iya deh yang kormat rajin." Rani tertawa lalu pergi begitu saja meninggalkan Reyhan.

"Untung sayang."

"Gue juga sayang lo," teriak Rani tanpa malu, sementara Reyhan harus menutup wajahnya, kekasihnya itu sama sekali tak punya rasa malu.

"Kupingnya kayak abangnya tajem banget."

Kelas yang diampu Ian sudah dimulai, LCD sudah dinyalakan dan empat orang sudah berada di depan kelas untuk menjelaskan materi yang mereka bawakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelas yang diampu Ian sudah dimulai, LCD sudah dinyalakan dan empat orang sudah berada di depan kelas untuk menjelaskan materi yang mereka bawakan. Tak ada yang aneh semuanya baik-baik saja, hanya ada beberapa mahasiswa yang tampak belum menguasai materi mungkin mereka adalah parasit dalam grup atau mungkin mereka memang seperti itu.

✅𝕃𝕠𝕧𝕖 𝔾𝕒𝕞𝕖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang