ponsel untuk jin

914 45 0
                                    

      Apakah kematian itu amat menyakitkan? Menakutkan? Jika tidak, mengapa aku tega membohongi jimin? Aku sekarat dalam berpura pura sehat di depannya. Tumor atau kanker?aku tidak peduli apa namamu, sebesar apa kamu di otakku, sehingga mampu membuatk aku pingsan?atau,bahkan membuat nafasku terhenti? Padahal, kamu begitu kecil. Tempatmu hanya bersarang di otakku, hanya mengambil sedikit tempat disana, di belakang otakku.ya tuhan, sebenarnya aku sangat takut. Kekhawatiran jimin sempat membuatku tersadar dan semakin takut.

     Jin mengambil kertas, lalu menggambar sesuatu, berbentuk bulat seperti kepala. Jin menuliskan titik hitam di dalam gambar itu, lalu dibulatkan sebesar jempol jari tangan di dalamnya. Dari bulatan kecil, jin membuat panah keluar dari gambar itu. Lalu,diujung panah, jin menuliskan nama jisoo, jimin, dan nama nama keluargannya. Kemudian,nama jisoo ia coret. Jin sendiri tidak tahu apa artinya. 

     Apakah nama nama yang tertera di ujung panah itu nama yang akan selalu ada dihatinya? Atau, nama orang orang yang akan membantunya untuk melenyapkan bulatan hitam di dalam gambar itu?

    Jin memutuskan untuk kembali ke rumah sakit menemui dokternya. Pria bijak itu menyambutnya dengan ramah.

   "annyeong hasimika, bagaimana keadaanmu? Mari,silahkan masuk."dokter menyuruh jin masuk keruangannya.

  "tidak begitu baik, uisa. Kamsahamnida. Kedatanganku ke sini hanya ingin minta resep obat "ucap jin dengan ramah dan juga tersenyum. Jin sudah duduk di depan uisa nim. Pria itu menatap jin dengan penuh prihatin. Namun, sebagai dokter yang tidak punya pilihan,dokter itu menuliskan resep yang di minta oleh jin. Setelah menerima kertas resep obat dari uisa nim, jin pergi.

     Berselang beberapa waktu setelah jin keluar, jimin yang bermaksud masuk keruangan dokter song melihat jin baru saja dari sana. Sebelum jimin mengeluarkan suaranya untuk memanggil, jin sudah menghilang. Jimin buru buru masuk keruangan dokter song dengan penuh tanda tanya tentang kedatangan jin.

    "permisi, uisa."ujar jimin lalu masuk kedalam ruangan dokter song.

    "nee jimin ah.. Kamu ada tugas sore ini? "dokter song meletakkan map yang berisi data para pasiennya di meja.

    "aniya,hanya saja ingin menyerahkan file saja. Oh ya,uisa,tadi saya melihat pasien seorang pria. Apa dia dari sini?"jimin bertanya sembari meletakkan filenya di atas meja dokter song.

   "betul. Kasihan namja itu. Ini kedua kalinya namja itu datang kesini. Ada tumor di otak bagian belakangnya. Sepertinya, tidak ada kemungkinan untuk di operasi. Selain biayanya sangat mahal. Sepertinya, tidak ada kemungkinan sembuh. Dia juga tidak ingin dioperasi karena anak orang tidak punya. Saya sudah menyarankan untuk mengurus jaminan kesehatan sebagai orang tidak mampu. Kamu tahu sendiri, kan? Di tempat kita ini, prosedurnya sangat rumit. Apalagi,dia juga anak rantau,"tutur dokter itu.

    "maksud uisa, apakah pria itu bernama kim seokjin?"

   "nee. Saya punya foto hasil CT scan -nya. Umurnya tidak lebih dari enam bulan lagi, terhitung dari dua minggu lalu. Kamu mau lihat fotonya? "ujar dokter song membuat jantung jimin berdetak sangat kencang.

    Jimin langsung berlari keluar membuat seniornya kebingungan. Jimin mencari jin di tempat pengambilan obat, tapi diantara banyak orang yang mengantri jimin tidak melihat jin. Lututnya gemetar, ingin berteriak memanggil nama jin. Namun, mulutnya terasa terkunci, dadanya terasa bergetar dan bergemuruh tidak karuan.

   "ya tuhan...., bagaimana aku menghadapinya? Pikir jimin.

  "percayalah,aku tidak apa apa. kata jin tergiang lagi di telinga jimin.

my only one (END) Yoonjin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang