Keringat dingin sebesar biji jagung perlahan mengaliri pelipis. Sihoon tengah dalam rasa sakit luar biasa yang tak dapat ia jelaskan dengan akal sehat. Tulang punggung beserta tulang ekornya terasa remuk redam, pun dengan rasa sakit seolah tersengat listrik yang berpusat diperut buncitnya semakin membuat Sihoon ingin menyerah.
Air matanya menetes, ia sudah tak tahan lagi.
Suntikan anestesi berhasil membuat rasa pedih yang sejak tadi Sihoon derita perlahan menghilang berganti kegugupan luar biasa. Mulai berpikir kemungkinan terburuk bayinya tak selamat akibat benturan keras yang ia alami tadi.
"Sihoon kendalikan dirimu. Tenang Sihoon."
Tak dipungkiri jika saat ini pun Hangyul ikut cemas melihat jemari Sihoon yang gemetar.
"Ba-bagaimana jika ia tak selamat? Ba-bagaimana jika ia--" Linangan air mata sudah tak bisa ia hentikan. Hatinya seperih itu bahkan hanya membayangkan hal buruk pada bayinya.
"Tidak akan Sihoon, bayi kita akan baik-baik saja tenanglah." Perempuan itu harus membayar setimpal. Umpat pria tersebut menahan amarah.
Bayi kati ya? Bolehkah Sihoon menaruh harapan lebih tinggi lagi?
"Operasinya akan kami mulai, tuan Lee tak bisa menemani selama proses berlangsung. Ini sudah menjadi kebijakan rumah sakit kami."
Hangyul mengangguk. "Aku mengerti. Tenang dan teruslah fokus Sihoon-ah. Aku percaya padamu." Dikecupnya dahi basah Sihoon, dan perlahan sosok Hangyul mulai luput dari pandangannya.
"Selamat Sihoon-ssi! Bayinya perempuan, sangat sehat dan sempurna."
Tidak mungkin..
▪️ smiling flower ▪️
Hangyul memutus sambungan telepon. Ia baru saja mendapatkan kabar jika wanita gila itu berhasil ditemukan. Ia menyeringai samar, salah besar jika Yeri berniat bermain dengannya. Hangyul pastikan wanita itu untuk membayar apa yang ia lakukan.
"Operasinya berhasil. Kondisi Sihoon-ssi dan bayi anda baik."
Bohong jika Hangyul tak merasa lega. Ia lega luar biasa, hati yang sejak tadi resah perlahan ringan berkat kabar yang dibawa Yunseong.
"Bagaimana dengan jenis kelaminnya?"
Yunseong tak lantas menjawab menimbulkan kecurigaan dalam diri Hangyul. "Anda diminta masuk oleh dokter Cho."
"Hangyul-ah, cepat skin to skin!"
Hangyul yang baru saja masuk kedalam ruangan langsung diburu dengan perintah sang dokter yang memintanya melakukan kontak sentuhan dengan bayinya.
"Tunggu- Seungyoun, apa jenis kelaminnya?" Meski begitu pria tampan tersebut tetap menuruti titah dokter.
"Perempuan."
Gerakan Hangyul pada kancingnya otomatis berhenti. Tangannya terkepal erat diikuti dengan rahang tegasnya yang mengeras. "Brengsek-- Kim Sihoon. Kau membuang uang dan waktuku hanya demi bayi ini."
"Berhenti bertanya dan lekas lakukan-- ya! Apa yang kau lakukan Lee?!" Hardik Seungyoun marah. Ayolah ini bukan saatnya untuk itu.
"Minta Yunseong melakukannya. Dia bukan anakku. Perjanjian kita batal-- Kim Sihoon."
Bersamaan dengan munculnya Yunseong, Hangyul kembali berujar angkuh. "Bunuh bayinya. Jika perlu, bunuh juga ibunya."
"Jangan gila Lee! Putrimu baru saja lahir ia banyak membutuhkan perawatan medis mengingat usia kandungan Sihoon!"
Teriak Seungyoun tak terima. Tentu saja, ia seorang dokter dan ia juga jelas mengetahui keadaan pasiennya. Katakanlah begitu. Tolol jika Hangyul berniat membawa bayi rapuh tersebut tanpa persetujuannya. Seungyoun tak gentar meski ia termasuk dokter pribadi keluarga si chaebol, ia yang benar di sini.
"Berhenti ikut campur. Ini masalahku dan si tidak berguna ini. Bawa dia Yunseong."
Sihoon lantas bangun, mengabaikan sengatan nyeri di area bawah perutnya. Menarik paksa jarum infus yang tersemat menyebabkan koyakan yang dialiri darah segar, ia tak peduli. Kaki letihnya ia bawa untuk mengejar punggung Yunseong yang mendekap putri kecilnya. Sihoon terisak. Tidak- tidak boleh.. jika Hangyul tak menginginkan putrinya biarkan Sihoon yang merawatnya! Biarkan Sihoon yang menjaga bayinya!
"Tidak- Yunseong-ssi berhenti! Kumohon berhenti! Jangan-- jangan membawanya huks- jangan sakiti putriku! Yunseong-ssi! Huks-- H-hangyul-ah kumohon.."
Bahkan entah sejak kapan piyama pasien yang ia kenakan telah beraroma anyir dengan rembesan darah disana. Sekali lagi Sihoon tak peduli. Bayinya lebih penting saat ini bahkan jika ia mati sebab kehilangan banyak darah pun, Sihoon tetap tak peduli. Ia butuh bayinya. Ia butuh putri kecilnya yang wajahnya pun belum sempat ia lihat.
Langkahnya terhuyung. Kepalanya tiba-tiba berputar disusul dengan pandangannya yang mulai mengabur. "Hangyul.. Hangyul-ah kumohon-"
"Sihoon-hyung! Ya Tuhan- siapa saja tolong! Kakakku membutuhkan pertolongan segera!"
Sihoon menyernyit. Minhee? Ah- bocah tinggi itu nampak sehat, syukurlah.
"Minhee-ya.. mereka membawanya- mereka akan melenyapkan gadis kecilku- Minhee-- huks.. Hangyul akan membunuhnya."
Meski tak menyahuti racauan Sihoon, Kang Minhee terisak pedih di sana.
yg minta double up done yaw ;;)
selamat membaca
KAMU SEDANG MEMBACA
Smiling Flower ; Lee Hangyul + Kim Sihoon ✔
FanfictionLee Hangyul konglomerat yang menginginkan keturunan tanpa terlibat status pernikahan. Sementara Kim Sihoon pemuda yang tak biasa hidup dalam kemiskinan, menginginkan kehidupan nyaman tanpa niat berusaha keras. Hingga satu tawaran menggiurkan menggod...