sembilan belas

1.5K 309 49
                                    

"Sihoon-samchon?"


Sihoon hampir saja menjatuhkan karangan bunga ketika suara menggemaskan tersebut tiba-tiba mengagetkannya. Si surai pirang menunduk lantas mendapati gadis kecilnya yang nampak begitu manis dengan surai madunya yang dihiasi penjepit berbentuk bunga matahari.


Sihoon berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan si kecil lantas tersenyum, dalam hati menahan mati-matian kedua lengannya yang berusaha merengkuh Seonjoo menuju dekapnya. "Apa yang Seonjoo lakukan disini?" Sihoon tentu bingung, gadis sekecil Seonjoo berada dirumah abu tanpa orang dewasa disisinya. Apa ia berhalusinasi?



"Mengunjungi kakek!" Jawab si manis antusias.


Sihoon tersenyum dengan jari-jarinya yang perlahan membelai pipi gembil gadis kecilnya. Omong-omong kakek.. apa orang tua Hangyul telah wafat? Mengapa ia tak tahu?


"Bersama siapa? Paman Yunseong?"




"Dengan papa! Paman Sihoon belum berkenalan dengan papa Seonju, ayo bertemu dengan papa! Papa Seonju tampan lho."



Sihoon mematung. Ia belum siap bertemu dengan Hangyul lagi, atau mungkin tak akan pernah siap.



"Seonjoo-ya-- beruang kecil papa mencari--"




Si kecil lantas mendekati sosok tinggi tersebut. "Pa, itu paman Sihoon yang menemani Seonju menunggu papa menjemput. Paman Sihoon ini papa Seonju! Papa tampan kan?" Celoteh Seonjoo ceria, berbanding terbalik dengan atmosfer kedua orang dewasa yang saling membisu tanpa satupun yang enggan menyapa.



Mengapa rasanya seperti sebuah kebetulan yang telah diatur dengan seapik mungkin? Kali kedua mereka bertemu namun rasa sesak masih saja memukul dadanya dengan kuat. Sihoon tak mengerti mengapa takdir seolah mempermainkannya.


"Papa dan paman Sihoon kenapa diam?"


Lamunan keduanya terputus. Sihoon tersenyum tipis, memberanikan diri menyodorkan lengan untuk menyapa pria tinggi tersebut lebih dahulu.


"Kim Sihoon." Bisiknya lirih meski Sihoon telah berusaha sekuat mungkin agar tak membuat suaranya bergetar.


Hangyul mau tak mau menyambutnya. Meremat telapak tangan Sihoon dengan lembut. "Lee Hangyul, senang berkenalan denganmu." Bahkan telapak tangannya pun masih terasa hangat seperti dahulu.


Sihoon yang lebih dulu menarik diri. Berlama-lama berada sedekat ini baik dengan puterinya maupun Hangyul hanya membuat dadanya sesak.


"Maaf, aku pamit lebih dulu. Seonjoo, paman pergi ya, sampai nanti." Kakinya ia bawa dengan cepat tanpa ingin mendengar balasan kedua sosok yang menatapi punggung Sihoon yang semakin menjauh.




"Pa, apa Seonju bisa bertemu lagi dengan paman Sihoon?"




Hangyul tersenyum tipis. Mengusak gemas surai madu puterinya dengan kedua lengan yang ia bawa untuk mendekap putetinya dalam gendongan. Hangyul sendiri ragu, apa Sihoon masih sudi bertatap muka dengannya setelah sekian banyak kesakitan yang Hangyul curahkan dimasa lalu.



"Semoga sayang." Papa tidak bisa memberikanmu banyak janji, maaf Seonjoo-ya.




➖➖➖➖




Hangyul masih tak mengerti mengapa kedua tungkainya membawa ia kedepan pintu utama restoran dimana Sihoon bekerja. Hangyul sepenuhnya sadar, ia tidak sedang tidur sembari berjalan atau sejenisnya. Hanya saja ia tak mengerti mengapa tindakannya seberani ini, berniat menemui Sihoon dan bicara empat mata.


Smiling Flower ; Lee Hangyul + Kim Sihoon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang