cerita hangyul

1.2K 243 12
                                    

Hangyul menyimpan ponselnya kedalam saku celana. Menatap kedua tungkainya tanpa pikiran berarti, hanya memandang keduanya kosong dengan hati tak tenang.

Baru saja ia mendapatkan kabar dari bawahannya jika wanita gila itu telah berhasil mereka ringkus. Maka selanjutnya Hangyul hanya perlu satu kali memerintah dan mari ucapkan selamat tinggal pada Han Yeri untuk selamanya.

Tidak, ia tidak membunuh istrinya tersebut. Hanya mengasingkan perempuan sakit jiwa itu sejauh mungkin dari jangkauan dunia luar. Jauh, dan hampir tak tersentuh khalayak. Hingga semua orang akan lupa perlahan-lahan dengan eksistensinya disisi Hangyul. Itulah ganjaran yang harus Yeri terima atas apa yang telah ia perbuat kepada propertinya.

Ruang operasi nampak sangat sibuk meski tak ada suara apapun yang Hangyul tangkap dari balik kamar tersebut. Sihoonnya tengah berjuang didalam sana. Setelah insiden kecelakaan yang menimpa Sihoon dan bayinya, Seungyoun berkata jika bayinya harus dikeluarkan segera jika tak ingin hal buruk menimpa Sihoon atau bayi mereka.

Hangyul tak punya banyak pilihan, meski belum genap tiga puluh tujuh minggu bayinya harus dilahirkan secepat mungkin.

Berulang kali berpikir, mungkin-- Hangyul akan meminta Sihoon untuk bertahan disisinya setelah ini. Bertahan dalam artian, selalu bersamanya, mendampinginya bersama bayi mereka. Hangyul pikir, cinta datang karena terbiasa maka seperti itulah ia saat ini. Perasaannya pada Sihoon perlahan berubah, dari hanya sekedar objek obsesi balas dendam, hingga menimbulkan perasaan mengelitik didada.

Semoga pria kecil itu mau mengabulkan pintanya.

Lamunannya berhenti manakala jerit tangis begitu kuat menyapanya. Bayinya telah lahir. Hangyul tersenyum. Senyuman yang hampir tak pernah ia tunjukan kepada siapapun termasuk ayahnya. "Kau berhasil, Sihoonie."


➖➖➖

Hangyul akui ia kalap kala itu. Mengamuk didalam ruangan berbau obat-obatan dengan aroma anyir darah yang bercampur jadi satu. Memaki Sihoon yang terlihat lemah dengan wajahnya yang pucat pasi tanpa belas kasih. Menginjak harga diri pria kecil itu dengan serangkaian umpatan tak berpendidikan dihadapan banyak orang. Lantas berakhir dengan membawa paksa bayi baru lahir tersebut bersamanya, tanpa menghitaukan rintihan Sihoon dibelakangnya yang melangkah dengan susah payah.

Jika dikatakan kecewa, maka ia kecewa. Kecewa dengan keadaan bukan dengan Sihoonnya meski saat itu sulit untuk ia akui secara gamblang. Egonya terlalu ia junjung tinggi berbanding dengan rasa ibanya yang tak sampai satu ruas jari.

Bayi dengan kulit kemerahan yang nampak sangat kecil dalam rengkuhan Yunseong nyatanya adalah darah dagingnya. Bayi mungil yang Hangyul tolak keberadaanya hanya karena ia seorang puteri kecil yang jauh dari harapannya selama beberapa bulan belakangan. Meski sekilas, Hangyul dapat melihat dengan jelas jika bayi kemerahan itu sangatlah mirip dengan ibunya. Dan itu juga, yang menjadi salah satu alasan mengapa Hangyul begitu menolaknya. Karena ia dapat melihat pantulan Kim Sihoon disana. Membuat rasa bersalahnya mengambil alih hatinya yang keras.




















smiling flower ; cerita hangyul

























Hangyul melirik Yunseong yang memasuki unitnya dengan sosok kecil dalam gendongannya. Terlihat kesulitan saat salah satu tangannya menenteng tas jinjing ramah lingkungan yang berisikan beragam kebutuhan si bayi, mulai dari susu hingga diapers. Sementara Hangyul nampak acuh didepan televisi menyala dengan laptop dipangkuannya.

Smiling Flower ; Lee Hangyul + Kim Sihoon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang