empat

2.4K 517 56
                                    

Satu minggu Sihoon rasakan bagaimana rasanya seperti di neraka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu Sihoon rasakan bagaimana rasanya seperti di neraka. Tidak, ia tidak berlebihan atau terlalu hiperbola, tetapi sungguh rasa sakit seusai operasi baru terasa setelah pengaruh anestesi hilang sepenuhnya. Rasa nyeri, sakit, perih bercampur jadi satu. Belum lagi obat-obatan yang harus ia minum dengan rutin agar tubuhnya menerima organ baru tersebut.

Berapa kali pun berpikir, ini memang gila. Menyuruh lelaki mengandung dengan cara menanam rahim, Sihoon pikir Lee Hangyul punya kelainan. Dan tololnya Sihoon menerima tawaran tersebut.

Pagi hari tadi si tanpa ekspresi, Hwang Yunseong sudah mendatangi bangsal rawatnya di kelas vvip (sungguh kekuatan orang kaya). Pria tampan berekspresi minim itu berkata jika Sihoon sudah diperbolehkan pulang dan merawat luka pasca operasi di kediamannya yang baru. Maksudnya kediamannya dengan Lee Hangyul selama mereka terlibat perjanjian sinting.

"Dan ini-- sertifikat rumah lama mu. Hangyul sudah melunasi hutang-hutang ayahmu pada bank dan rumah itu sekarang resmi menjadi milikmu."

Sihoon hampir saja menjerit jika saja ia tak melihat bagaimana datarnya wajah Yunseong. Apa orang kaya memang selalu seperti itu? Mendapatkan apapun dengan mudah contohnya. Ayolah dulu Sihoon pun pernah seperti itu jika ia lupa.

"Kondisimu akan terus dikontrol oleh dokter pribadi keluarga Lee. Dan sekarang Hangyul tengah menunggumu di sana. Sebaiknya, persiapkan dirimu Sihoon-ssi."

Sihoon tertunduk. Menatap bagian bawah perutnya yang terkadang mendatangkan sensasi nyeri tak terkira.

"Yunseong-ssi, apa aku-- benar-benar bisa mengandung setelah ini?"

Yunseong melirik lewat ekor matanya. "Kita tak akan tahu sebelum mencobanya."

Pria itu ada benarnya.

Sihoon kira, chaebol macam keluarga Lee akan tinggal di mansion mewah bak istana ditengah-tengah kota. Namun tidak, saat ini Yunseong justru membawa mobilnya menuju daerah pegunungan dengan udara bersih jauh dari polusi kendaraan. Benar bukan perkiraannya jika Lee Hangyul memiliki kelainan aneh.

"Kau ingin membuangku?"

Yunseong tak menggubrisnya hanya menjawab singkat hingga membuat si manis ingin memukul wajah batunya. "Berhenti berucap bodoh dan tak masuk akal Sihoon-ssi."

Lihat bukan bagaimana menyebalkannya kekasih si bocah Kang. Lihat saja, Sihoon akan menyumpah serapahinya nanti.

"Ini salah satu kediaman Hangyul. Untuk rumah dan segala fasilitas yang kami janjikan, akan diberikan setelah kontrak berakhir berikut dengan bayaranmu."

Sihoon mencoba abai ketika hawa dingin menusuk hatinya. Ia tak peduli, bukankah sejak awal ia memang menginginkan uang? Setidaknya dengan melakukan hal tersebut membawanya kepada uang yang ia inginkan.

➖➖➖

Sesosok butler langsung menghampiri kedatangan Sihoon dan Yunseong. Ia menunduk penuh hormat. "Tuan Lee sudah menunggu anda diruangannya."

"Lanjutkan pekerjaanmu, biar aku yang mengantarnya menuju Hangyul."

Si butler pamit undur diri sebelumnya sempat melempar senyuman kecil untuk Sihoon. "Sihoon-ssi, ayo." Kemudian kembali mengekori Yunseong di depannya.

Keduanya berhenti di depan pintu jati kokoh yang terlihat tak tersentuh oleh orang sembarangan. Setelah mengetuk dua kali, Yunseong membuka pintu tanpa ijin seseorang yang tengah menunggu si manis di dalam sana.

Sihoon berdebar tak karuan begitu menatap wajah dingin Lee Hangyul yang sedang menantangnya untuk saling beradu pandang.

Sial, sangat tampan! Batin Sihoon menjerit iri.

Rambutnya sekelam langit malam. Sorot matanya kala menatap Sihoon bak serigala yang baru saja menemukan kelinci kecil sebagai mangsanya.

Sihoon tak bohong jika sekarang ini ia berkeringat dingin. Nyatanya aura Lee Hangyul tidak main-main.

Orang ini berbahaya. Bisik Sihoon pada dirinya.

"Keluarlah. Tinggalkan aku berdua saja dengan Sihoon." Perintahnya dengan suara dalam yang semakin membuat Sihoon gugup setengah mati.

Yunseong menarik diri, menuruti perintah bosnya dengan suka hati tanpa peduli dengan Sihoon yang menatapnya penuh harap.

Keduanya terdiam cukup lama. Dengan Sihoon yang terus menolak kontak dengan Hangyul, sementara si pria masih asik memandangi kegugupan si manis. Astaga menggemaskan sekali.

"Sihoon?"

"Y-ya?"

Hangyul hampir saja terkekeh jika saja ia tak bisa menahannya dengan baik. "Siap mengandung anakku?"

Setelah sekian lama, ia mengangkat wajah. Memandang wajah tampan si chaebol yang menginginkan jawabannya segera.

"Kau menginginkan uangku bukan? Maka jadilah anak manis dan menurut dengan peraturan."

Sihoon menahan napasnya. Ada setitik sesak di sana ketika pria tersebut berkata demikian meski kenyataan memanglah seperti itu.

"Ingat, Sihoon. Aku-- menginginkan anak laki-laki. Aku tak menerima selain itu, kau tau makna dari tidak menerima kan?" Seringainya sembari membelai pipi tembab si manis.
















"Aku akan membunuhnya. Dengan atau bukan dengan tanganku."

Yang Kang Minhee katakan jelas benar. Lee Hangyul tak sebaik yang ada dalam bayangannya.



























aku mau ngeralat sedikit masalah transplantasi rahim ini ;; ternyata si penerima rahim ini gak bisa hamil dg cara yg 'biasa'. karena indung telur tdk terhubung ke rahim sehingga harus melakukan metode invitro fertilization (bayi tabung). 

karena disini udah terlanjut ditulis bisa :') jadi anggap aja sihoon bisa bunting tanpa bayi tabung/?
bingung ga? aku aja bingung wk semoga paham ya :')))

selamat membaca!

Smiling Flower ; Lee Hangyul + Kim Sihoon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang