delapan belas

1.5K 325 46
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Senyuman indah dan atmosfer ceria yang ia sebarkan mampu membuat orang-orang disekitarnya ikut senang. Beberapa pelanggan pun telah mengenalnya dengan baik jika si pegawai kedai itu sangatlah ceria dan supel. Itu yang menjadi salah satu alasan Sihoon menjadi primadona di sana.


"Sihoon-ie sedikit tip untukmu. Hari ini pun seperti biasa eh? Sangat ceria." Kekeh pria baya tersebut sembari menepuk-nepuk punggung Sihoon.


Masih memegang baki, Sihoon terkekeh tipis. "Terimakasih paman."



Dirangkulnya tubuh kurus yang lebih muda berbisik kecil mencoba untuk menggodainya. "Bagaimana dengan kekasihmu? Apa ada kemajuan? Apa kalian akan menikah?"


Sihoon terbahak disisinya. "Paman, sudah berapa kali ku katakan Sunho hyung bukan kekasihku. Lagi pula ia terlalu tua untukku!" Bisiknya kemudian lantas terbahak bersama. Diantara banyak pelanggan tetap ia memang sangat dekat dengan Sehwan, pria berusia kurang lebih seperti ayahnya itu menyikapi Sihoon bak anak sendiri.



"Hyung-nim, berhenti mengajaknya bergosip dan lekaslah pulang istrimu menunggu dirumah. Dan Kim Sihoon kembali bekerja lanjutkan bergosip kalian dilain kesempatan."



Kim Jintae selaku pemilik kedai menegur keduanya meski tak ada kemarahan disana. Omong-omong, bosnya dan paman Kim memang dekat.


"Sihoon-ie meja nomor enam belum mendapatkan menu."


"Ya-- aku datang. Selamat datang di Jint kitchen, silahkan menunya-- kalian dapat menekan bel jika telah siap me-- mesan.." Sihoon rasa jantungnya baru saja berhenti beroperasi. Tangannya mengepal erat. Mengapa takdir seakan selalu memainkannya?




"Aku ingin neapolitan pasta tanpa tabasco, omurice dan parfait. Ada lagi yang Seonjoo inginkan?"



Gadis kecil bersurai panjang menggeleng. Ketika tatapan keduanya bertemu, Hangyul terdiam. Sihoon? Benarkah yang ada dihadapannya ini Kim Sihoon?


Sang peramu saji tersenyum mengambil kembali menu. "Ingin sedikit mengingatkan jika omurice kami sedikit pedas untuk anak-anak--"


"Tidak, Itu untukku. Lagi pula aku mengerti yang terbaik untuk puteriku." Sambut Hangyul tak ramah. Sihoon menggigit lidahnya diam-diam. Ia dibuat tak berkutik dengan penegasan Hangyul perihal putrinya-- Sihoon tahu! Ia sangat tahu jika Hangyul lah yang membesarkan putrinya. Tetapi, tidak seharusnya Hangyul berbicara seolah menyudutkan Sihoon.


Beriringan dengan kepergian Sihoon, gadis kecil berpipi tembam itu menegur sang ayah. Seonjoo tak mengerti mengapa ayahnya seolah kesal dengan samchon yang tempo hari ia temui. "Kenapa papa jahat dengan samchon tadi?"


Pertanyaan polos putrinya membuat Hangyul terhenyak. Kenapa? Kenapa ia berucap demikian kepada Sihoon-nya? Bahkan Hangyul pun tak mengerti.

Smiling Flower ; Lee Hangyul + Kim Sihoon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang