Sihoon rasanya hampir gila. Saat dijam kerjanya yang super sibuk getaran ponsel disaku celananya meminta perhatian. Getar pertama ia coba abaikan, tak berselang lima menit ponselnya kembali bergetar dan disadari oleh Wooseok yang kebetulan ada disebelahnya.
"Angkat saja dulu, kupikir itu sedikit mendesak Sihoon."
Sihoon menurutinya. Berjalan terburu memasuki bilik staf lantas mendapati nama Hangyul dilayar ponselnya. Perasaan Sihoon berubah tak enak.
"Hal--"
"Bisa kah kau datang? Seonjoo-- sakit dan terus mengigau namamu. Tolong Sihoon-- aku tak bisa melakukan apapun." Potong sosok dibalik telepon itu panik meski suara beratnya dibuat setenang mungkin. Sihoon mendadak gelisah, menarik napas lantas menghembuskannya. Mencoba untuk tak ikut panik dan berakhir berantakan.
"H-ubungi dokter lebih dahulu. Aku--aku akan segera datang."
Dengan wajah luar biasa panik Sihoon mengetuk ruangan Jintae. Menghadap sang bos untuk meminta ijin undur diri lebih cepat. Tidak peduli bagaimana gajinya nanti puterinya lebih utama.
Usai berhasil mengantongi ijin, Sihoon tak lagi bisa bersabar bahkan hingga Wooseok yang meneriaki namanya pun Sihoon abai.
"Kau datang?"
Hangyul terlihat lemas. Masih mengenakan kaus putih yang terlihat kusut beserta celana tidurnya. Nampaknya pria itu benar-benar didera panik bahkan tak sempat membasuh wajah.
"Seonjoo?"
Sihoon mengikuti langkah ayah puterinya hingga sampai dihadapan pintu kayu kokoh bertuliskan nama gadis kecilnya.
"Lebih tenang, setelah dokter datang memeriksa keadaannya. Maaf aku sangat panik saat ia terus mengigau memanggilmu." Tutur Hangyul.
Kakinya melangkah mendekati sosok kecil yang bergelung dalam selimut. Membawa telapak tangannya menuju kening puterinya yang terlelap. Rambut madunya terlihat basah, wajahnya sedikit banyak memerah dan deru napasnya terdengar berat. Sihoon menatapnya sendu, membelai pipi gembil gadis kecilnya yang terasa hangat. "Paman disini baby-- cepat sembuh hm?" Bisiknya lirih.
Untuk sesaat Hangyul merasakan jika ia terasa asing ditengah interaksi puterinya dengan sosok manis yang tak lain ibu dari Seonjoo. Pemandangan seperti demikian membuat dadanya sesak. Hangyul hanya tak menyangka jika akibat dari perbuatan tanpa pikir panjangnya justru membuat sang puteri jatuh sakit.
"Boleh kupinjam dapurmu? Aku ingin membuatkannya bubur. Kau juga-- pasti belum makan, akan kubuatkan makan siang." Tanpa mendengar persetujuan Hangyul, Sihoon terlihat terburu meningalkan kamar Seonjoo.
"Seonjoo, sudah mengetahuinya."
Sihoon membatu ditempat. Dadanya berdegup kencang. Menunggu kalimat selanjutnya yang akan Hangyul ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smiling Flower ; Lee Hangyul + Kim Sihoon ✔
FanfictionLee Hangyul konglomerat yang menginginkan keturunan tanpa terlibat status pernikahan. Sementara Kim Sihoon pemuda yang tak biasa hidup dalam kemiskinan, menginginkan kehidupan nyaman tanpa niat berusaha keras. Hingga satu tawaran menggiurkan menggod...