dua puluh satu

1.6K 288 43
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sihoon terkekeh gemas melihat bagaimana rupa gadis kecilnya yang berlumuran tepung diwajah hingga mengotori sedikit dari rambutnya. Namun diluar dari kegemasannya, Sihoon terpukau bagaimana Seonjoo terlihat begitu antusias membantunya membuat cookies.

Dibersihkannya pipi beroleskan tepung tersebut dengan selembar tisu basah. "Paman, cookiesnya boleh untuk papa?"

Sihoon mengangguk tak menjawab banyak. Omong-omong hampir satu pekan keduanya tinggal bersama, dan Hangyul telah menghubunginya semalam jika kemungkinan esok pagi ia akan tiba.

"Besok papa pulang, Seonjoo senang?"

Si rambut madu tersenyum lebar masih menaruh fokusnya pada adonan dan cetakan berbentuk bintang. "Senang. Tapi, nanti paman Sihoon sendirian disini."

Sihoon terdiam cukup lama. Kemungkinan untuk bertemu dengan puterinya mungkin tak akan sulit untuk kedepannya, itu pun jika ayah dari putetinya mengijinkan Sihoon menemuinya.

"Seonjoo tinggal dengan paman saja." Jawabnya ragu.

Senyuman lebar serta binar indah si kecil menatapnya lugu. "Eung! Bertiga dengan papa! Papa, Seonju dan paman Sihoon!"

Hatinya tercubit. Bukan seperti itu maksud Sihoon sebenarnya tetapi mengapa puterinya itu justru berkata demikian? Maksud Sihoon sebenarnya mungkin terdengar lancang, tetapi ia ingin sekali mengambil Seonjoo dari Hangyul. Meski terdengar gila, Sihoon mungkin saja bisa membawa gadisnya pergi sejauh mungkin.

Membelai surainya lembut Sihoon kembali berujar. "Seonjoo sayang sekali ya pada papa?"

"Seonju juga sayang paman Sihoon! Sayang seperti papa."




























▪ smiling flower ▪















































Kaki panjangnya berhenti diunit nomor seratus enam puluh tiga. Menekan belnya sekali, menunggu si pemilik rumah menyambutnya. Lelah rasanya setelah ia habiskan hampir satu pekan penuh dengan bergelut alot dengan kolega yang sangat sulit menemui titik kesepakatan. Jujur saja Hangyul kelelahan, ia butuh istirahat penuh sesegera mungkin. Namun langkahnya justru berhenti diunit apatermen kecil dimana puterinya berada.

Setelah menunggu hampir lima menit, pintu terbuka. Menyuguhi pemandangan Sihoon yang nampak mengantuk dengan setelan piyama berwarna navy. Rambutnya sedikit banyak berantakan sama halnya dengan Hangyul yang justru meninggalkan jasnya dimobil begitu saja. Lagi pula ini pukul satu pagi, siapa yang peduli penampilan orang?

"Maaf, penerbanganku delay dan harus membangunkan tidurmu."

Sihoon menggeleng mempersilahkan Hangyul memasuki rumah kecilnya yang rapi. "Seonjoo-- dikamarku. Itu pakaiannya dan beberapa barang-barang yang kami bawa kau bisa membawanya lebih dahulu." Suara serak Sihoon dapat memberitahu Hangyul seberapa lama ia telah terlelap.

Smiling Flower ; Lee Hangyul + Kim Sihoon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang