Bagian 5

20.8K 1.8K 43
                                    

Pagi ini Kerajaan Nanyi terlihat sangat sibuk, pelayan terlihat kesana kemari mempersiapkan beberapa persiapan untuk kedatangan Putra Mahkota.

Aula utama sangat ramai mempersiapkan kedatangan Putra Mahkota, Selir Pertama berjalan mondar mandir memerintah pelayan agar mengerjakan dengan teliti dan rapi.

Paviliun Putri Tian terlihat seperti hari biasa, Putri Tian tetap dengan kegiatannya bercocok tanam di pagi hari dan segera membersihkan diri dengan baik memakai baju yang sudah disediakan dan tidak lupa memakai giok pemberian lelaki yang sudah ditolongnya ditengah hutan.

Putra Mahkota sudah datang mereka menyambutnya dan tak lupa para wanita di Kediaman Kerajaan Nanyi melirik Putra Mahkota mengharap sang Putra Mahkota melihat ke mereka. Di tengah Aula sudah duduk sang Raja, Selir Pertama dan Putri Wu Yuanshun.

"Selamat Datang Putra Mahkota, mari silahkan duduk" sambut Sang Raja.

"Terima Kasih Raja Li Zhi" jawab Putra Mahkota sembari duduk.

"Panggilkan Putri Tian untuk segera ke Aula Utama" perintah Sang Raja ke para pengawal.

Pengawal lalu pergi untuk menjemput Putri Tian di Paviliun, tetapi mereka berpapasan ditengah jalan.

"Hormat Putri, Paduka Raja memerintahkan Putri Zetian untuk segera pergi ke Aula Utama" kata pengawal itu.

"Baik, aku akan segera kesana" jawab Putri Tian.

Sesampainya di Aula.

"Putri Wu Zetian sudah datang" teriak pengawal.

Putri Wu Zetian berjalan ke dalam Aula Utama lalu menghadap sang Raja.

"Hormat Hamba Ayahanda, maafkan keterlambatan hamba. Karena penyakit hamba sedikit kambuh karena itu hamba terlambat menghadap" tunduk Putri Wu Zetian ke Ayahanda nya.

"Berdirilah, upacara pembatalan pernikahanmu akan segera diumumkan" jawab Sang Raja.

Sebelum Putri Wu Zetian berdiri, tiba-tiba Putra Mahkota berkata dengan lantang.

"Siapa yang akan membatalkan pernikahanku dengan Putri Wu Zetian?" kata Putra Mahkota.

Semua orang didalam Aula Utama terkejut mendengar perkataan Putra Mahkota, karena sepengetahuan mereka Selir Pertama memberi kabar bahwa Putra Mahkota akan membatalkan Pernikahannya dengan Putri Wu Zetian.

Putri Wu Zetian memberanikan diri mengangkat wajahnya karena merasa familiar dengan suara Putra Mahkota. Putri Tian terkejut melihat Putra Mahkota adalah lelaki yang ditolongnya malam itu di tengah hutan.

"Bukankah Putra Mahkota yang berkata akan membatalkan pernikahan dengan Putri Zetian? Selir Pertama memberitahukan kepada Hamba" jawab Sang Raja dengan rasa terkejut.

"Tidak pernah sedikitpun saya mengatakan itu?" jawab Putra Mahkota menyelidik.

"Saya baru saja mendengar ini dari Raja Li Zhi, dan saya tidak pernah berkata akan membatalkan pernikahan itu" lanjut sang Putra Mahkota.

"Maafkan Hamba Yang Mulia Putra Mahkota, Hamba mendengar dari Menteri Kerajaan Lin Hua bahwa Yang Mulia Putra Mahkota akan datang ke Kediaman Nanyi untuk membatalkan pernikahan ini dengan Putri Zetian" sahut Selir Pertama dengan gemetaran.

"Maaf kalau Hamba lancang Yang Mulia Putra Mahkota, apabila Ayahanda mengatakan untuk melakukan Upacara Pembatalan Pernikahan ini maka hamba atas nama Putri Wu Zetian menyetujui permohonan Ayahanda" sela Putri Zetian dengan lantang.

"Hamba mohon undur diri dari Upacara ini" sahut Putri Zetian dengan rasa amarah yang sangat besar.

Setelah berkata seperti itu Putri Zetian pun langsung pergi meninggalkan Aula Utama menuju ke Paviliunnya sendiri. Putri Zetian merasa terhina dengan apa yang terjadi di dalam Aula Utama, begitupun dengan Putra Mahkota. Dia merasa dipermainkan di Aula Utama sehingga dia gagal mendapatkan Putri Zetian yang entah mengapa dia menyukainya.

"Raja Li Zhi, saya menghormati Anda sebagai Raja di Kerajaan Nanyi. Tetapi mengapa Anda mempermalukan saya di Kerajaan Anda? Anda tidak pernah menanyakan ke saya langsung, tetapi membuat keputusan yang melukai hati saya" ujar Putra Mahkota dengan amarah besar.

"Dengan ini saya akan memberitahukan pada semua orang di Kerajaan Nanyi. Kalau saya tidak akan pernah menikah dengan Putri dari Kerajaan Nanyi selain Putri Wu Zetian. Saya undur diri." sahut Putra Mahkota dengan lantang lalu meninggalkan Aula Utama dengan amarah yang luar biasa.

Raja Li Zhi terkejut dan benar-benar marah besar. Dia merasa dipermainkan oleh Selir Pertama dengan mengatakan bahwa Putra Mahkota akan datang untuk membatalkan pernikahannya. Dia jadi merasa bersalah terhadap Putri Wu Zetian. Sang Raja menghukum Selir Pertama dengan menurunkan jabatannya menjadi Selir biasa, dan melepas semua kekuasaannya di Istana Kerajaan Nanyi. Selir Pertama menangis memohon ampunan ke Sang Raja, dia merasa ketakutan seandainya dia dihukum maka anaknya akan kehilangan warisan di Kerajaan Nanyi. Apa yang sudah diupayakan hilang seketika itu juga.

Putra Mahkota pergi ke paviliun Putri Tian untuk berbicara dengan Putri Tian, Putra Mahkota sudah mulai merasakan sayang ke Putri Tian.

"Putra Mahkota datang berkunjung" teriak pengawal di luar paviliun.

Putri Zetian kaget mendapati Putra Mahkota sudah berdiri dihadapannya yang sedang bercocok tanam.

"Salam hormat, Yang Mulia" kata Putri Zetian.

"Berdirilah Putri Tian" sahut Putra Mahkota.

"Ada apa Putra Mahkota berkunjung ke Paviliun hamba?" tanya sang Putri.

"Aku hanya ingin memastikan apakah benar keputusanmu di Aula Utama tadi sudah kamu pikirkan?" tanya Putra Mahkota.

"Kalau Putra Mahkota berkehendak untuk membatalkan pernikahan ini apa mau dikata? Hamba hanyalah seorang perempuan, dan tugas hamba hanyalah menerima keputusan yang Yang Mulia berikan" jawab sang Putri.

"Aku tidak pernah memberikan keputusan itu, kalaupun aku memberikan keputusan itu tidak mungkin juga aku memberikan giok yang aku peruntukan untuk calon permaisuriku kelak" sahut Putra Mahkota.

"Giok? Jadi Yang Mulia sudah tahu kalau hamba ini adalah calon istri Paduka di hutan malam itu?" tanya Putri Tian.

"Iya aku sudah tahu kalau itu kamu" jawab Putra Mahkota.

"Jadi Paduka sengaja memberikan giok ini untuk mengikat hamba menjadi calon permaisuri?" tanya sang Putri.

"Iya, aku sengaja memberikannya untuk membuktikan bahwa hanya kamu lah yang pantas menjadi calon permaisuriku" jawab Putra Mahkota.

"Hehehe terima kasih Yang Mulia" kata Putri Tian.

"Jangan panggil Yang Mulia, panggil yang lain saja" sahut Putra Mahkota sedikit kesal.

"Baik, hamba akan memanggil Yang Mulia dengan Pangeranku" goda sang Putri.

"Hahaha ya begitu lebih bagus, baiklah Putriku aku pamit dulu untuk kembali ke Kerajaan Lin Hua. Terima kasih atas pengobatanmu kemarin, aku sekarang merasa lebih baik." kata Putra Mahkota.

"Baiklah, selamat jalan Pangeranku. Hati-hati dijalan, jangan lupa selalu minum teratur obat yang aku berikan padamu" sahut sang Putri.

Lalu pergilah Putra Mahkota dengan senyum yang merekah dan tidak lupa juga senyum terukir juga di bibir Putri Zetian.

Reinkarnasi DokterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang