Bagian 30

6.5K 650 47
                                    

Pagi itu terlihat Putri Zetian terburu - buru, ditemani Bibi Yin dia melewatkan makan pagi dan segera melangkahkan kaki lebar - lebar ke beberapa titik dimana dia menempatkan dedaunan semalam suntuk. Bibi Yin yang terlihat kepayahan mengatakan pada pelayan untuk menyampaikan pesan pada Putra Mahkota bahwa Putri Zetian datang ke persawahan.

Sesampainya di persawahan, Putri Zetian segera menuju ke beberapa titik. Dari titik pertama hingga ketiga terlihat wajah keputusasaan pada Putri Zetian. Terlihat dari jauh Putra Mahkota dan Jenderal Zhang serta beberapa pengawal berlarian menuju ke tempat Putri Zetian. Hingga ke titik keempat wajah Putri Zetian terlihat senang, dia memeluk Putra Mahkota. Putra Mahkota yang kebingungan menjadi penasaran.

"Ada apa, Putri? Kenapa kamu terlihat sangat senang?" tanya Putra Mahkota penasaran.

"Lihat ini suamiku, aku menemukan sumber mata air disini. Daun ini menandakan bahwa dibawah kita ini sedang ada sumber mata air. Terlihat dari embun yang ada di daun ini" kata Putri Zetian sembari memperlihatkan daun yang sudah berembun.

Putra Mahkota heran, di sawah yang kering itu bagaimana bisa daun itu berembun. Setelah itu mereka menandai tempat itu dengan tongkat agar tidak lupa titik itu, mereka berlanjut ke titik berikutnya. Dan dari titik kelima hingga ke delapan semua terlihat kering, hingga pada titik terakhir yang juga membuat Putri Zetian tersenyum bahagia. Karena di titik itu juga terdapat sumber mata air, mereka kemudian menandai tempat itu dengan tongkat.

"Lalu apa yang harus kita lakukan dengan ini, Putri?" tanya Jenderal Zhang.

"Kalian kembalilah ke kota, bawa beberapa perlengkapan dan untuk menggali tempat ini serta jangan lupa bawakan tambahan beberapa pekerja kasar dan tambahan bahan makanan. Juga jangan lupa bawakan beberapa keperluan yang sudah kami catat ini. Serahkan pada menteri untuk memenuhinya, kita akan mengerjakan semua setelah kalian kembali dari kota" jawab Putri Zetian.

"Dan juga tolong sampaikan pada Raja, bahwa kami akan lebih lama untuk tinggal disini" kata Putra Mahkota.

Putri Zetian menatap wajah suaminya meminta penjelasan.

"Karena aku ingin melihat perkembangan desa ini sendiri" sahutnya lagi sambil melihat Istrinya.

"Hamba Laksanakan, Putra Mahkota" jawab Jenderal Zhang.

Mereka pun kembali ke pedesaan, terlihat Putri Zetian sangat senang dengan perkembangan rakyat di desa itu. Wajah mereka pun tak lagi sayu, mereka terlihat semakin sehat. Putri Zetian mengumpulkan rakyat desa itu. Dia meminta bantuan pada rakyat disana untuk membantunya menanam beberapa herbal untuknya. Putri Zetian akan memberikan beberapa benih yang akan mereka tanam, Putri Zetian mengatakan bahwa apabila tanaman herbal itu sudah tumbuh dengan baik mereka diminta untuk membawanya ke kota untuk dijual pada Putri Zetian dan dia juga mengatakan separuhnya lagi bisa digunakan mereka sendiri untuk menjaga kesehatan mereka.

Hingga tiba - tiba perut Putri Zetian berbunyi, yang menandakan dia lapar. Putri Zetian menatap Putra Mahkota yang juga tidak sengaja mendengarnya. Semua yang mendengar ingin tertawa akan tetapi takut kalau Putri Zetian akan marah. Putra Mahkota tertawa diiringi para rakyat yang juga ikut tertawa, terlihat Putri Zetian sangat malu dan secara langsung memeluk Putra Mahkota untuk menyembunyikan wajahnya.

"Apakah kamu terburu - buru untuk datang kemari, hingga melupakan makananmu?" tanya Putra Mahkota sambil tersenyum.

"He.. he.. he.. iya" jawab Putri Zetian.

Semua yang mendengar tertegun, betapa baiknya Putri Zetian pada mereka. Mereka pun berjanji akan menjaga amanah yang diberikan pada mereka, dan mereka akan selalu menempatkan Putri Zetian dan Putra Mahkota menjadi orang nomer satu dihati mereka.

Akhirnya Putri Zetian dan Putra Mahkota beserta pelayan dan Bibi Yin kembali menuju tenda untuk makan pagi dan beristirahat sejenak.

"Apa rencana selanjutnya yang akan kamu kerjakan, Suamiku?" tanya Putri Zetian.

"Aku ingin menggali beberapa sumur di persawahan untuk mengairi sawah, akan tetapi aku bingung apa nantinya yang akan ditanam dan dijadikan sumber penghidupan untuk desa ini. Mengingat betapa keringnya tanah disini, aku menjadi bingung apa yang harus ditanam" jawab Putra Mahkota sambil berpikir.

"Kalau untuk masalah apa yang harus ditanam, aku sudah menyiapkan semua. Nanti kerjakan selebihnya saja untuk melengkapinya dan membuat sempurna. Kita sebagai suami istri wajib saling membantu satu sama lain, dan kita sebagai seorang Putra Mahkota dan Putri Kerajaan Lin Hua wajib membantu rakyat yang membutuhkan pertolongan" kata Putri Zetian sambil memberikan semangat pada suaminya.

Semangat dan dukungan Putri Zetian membuat senyum di wajah Putra Mahkota. Dia merasa semakin ringan beban yang ada dipundaknya, Putri yang harusnya dimanjakan dan disayang di Istana justru turun tangan membantunya menangani masalah yang dihadapinya dengan berbagai macam kejutan.

Setelah selesai beristirahat mereka kembali ke pedesaan, disana Putri Zetian juga menempatkan beberapa daun dititik yang dituju untuk pembuatan sumur yang akan dipergunakan sehari - hari oleh rakyat disana.

Putra Mahkota juga tidak canggung membantu beberapa rakyat untuk membangun balai pengobatan kecil. Putra Mahkota sengaja membuat balai pengobatan agar kelak ada Tabib yang mau berkunjung. Bahkan terlintas dipikiran Putra Mahkota, dia akan menempatkan beberapa Tabib serta pelayan obat untuk ditempatkan di desa tersebut.

Putri Zetian sangat puas melihat bahwa desa tersebut semakin membaik, dari kamar mandi sampai ke kondisi fisik rakyatnya pun terlihat baik.

Dilain tempat terlihat Putri Long He merasa heran karena beberapa hari dia tidak melihat keberadaan Putri Zetian.

"Kemana perginya wanita itu? Apakah dia takut denganku?" kata Putri Long He dari dalam hati sambil tersenyum bangga.

Dari kejauhan terlihat Jenderal Zhang dan beberapa pengawal tergesa - gesa menuju ke Aula Utama, mereka melewati Putri Long He dan tidak memberi hormat karena ada hal yang sangat penting untuk disampaikan pada Raja Lin.

"Jenderal Zhang menghadap" teriak Pengawal.

"Masuk" jawab Raja Lin.

"Hormat Hamba, Yang Mulia" kata Jenderal Zhang.

"Ada keperluan apa kamu mendadak datang ke Aula? Bukankah kamu aku minta untuk melindungi Putri Zetian dan Putra Mahkota?" tanya Raja Lin.

"Hamba diminta oleh Putri Zetian untuk menyerahkan ini, Yang Mulia" jawab Jenderal Zhang.

Raja Lin menerima gulungan kertas kemudian membacanya sambil menganggukkan kepala kemudian tersenyum.

"Kemudian Putri berpesan untuk menambah jumlah pekerja kasar dan beberapa bahan makanan. Dan Putra Mahkota pun berpesan, bahwa akan lebih lama berada di Kerajaan Barat"  kata Jenderal Zhang.

"Baiklah, persiapkan semuanya jangan sampai terlewatkan satupun. Menteri Huang, di catatan ini sudah tertulis semua kebutuhan yang memang diperlukan, kamu persiapkan semuanya. Aku percaya Kerajaan Barat akan makmur dengan adanya Putra Mahkota disana" kata Raja Lin.

"Hamba segera Laksanakan, Yang Mulia" jawab Menteri Huang yang segera menerima catatannya dan berpamitan.

"Jenderal Zhang, lindungilah Putra Mahkota dan Putri Zetian sebaik mungkin. Apabila kalian membutuhkan sesuatu yang diperlukan, segeralah meminta utusan untuk datang" perintah Raja Lin.

"Hamba Laksanakan, Yang Mulia" jawab Jenderal Zhang kemudian berpamitan.

Setelah kepergian Jenderal Zhang dan Menteri Huang, senyum terlihat dibibir Raja Lin. Dia merasa sedikit berkurang bebannya karena bantuan Putri Zetian dan Putra Mahkota, dia juga ingin memperlihatkan pada Menteri yang tidak menyukai Putri Zetian. Bahwa apa yang dipikirkan mereka tentang Putri Zetian adalah salah besar, Raja Lin senang sekali. Dia teringat usulan Putri Long He yang meminta diadakannya Pasar Rakyat, Raja Lin akan segera mengadakan Pesta Rakyat selepas Putra Mahkota dan Putri Zetian kembali dari Kerajaan Barat. Raja Lin tidak sabar melihat para Menteri akan tercengang dengan kecerdasan dan kepandaian Putri Zetian nantinya.

Reinkarnasi DokterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang