Bagian 46

232 25 4
                                    

Putri Zetian menunggu pendapat Putri Yuanshun dengan hati berdebar.

"Adik, bagaimana? Apakah rasanya enak?" tanyanya penasaran.

"Baru sekarang adik merasakan masakan yang sangat lezat seperti ini, kakak. Rasanya segar enak sekali, adik pikir tadi rasanya tidak akan enak. Tapi ini sangat luar biasa enak sekali" jawab Putri Yuanshun dengan mata berbinar.

"Syukurlah kalau kamu suka, adik" ujar Putri Zetian.

Lalu mereka berdua pun memakan makanan yang sudah dibuat dengan susah payah oleh Putri Zetian. Setelahnya masakan itu dibagi rata pada para pelayan dan pengawal. Mereka semua terkesima dengan rasa yang baru saja mereka rasakan.

"Aku tidak menyangka masakan yang kakak buat sungguh sangat lezat sekali, adik belum pernah merasakan rasa yang begitu segar seperti itu." ucap Putri Yuanshun sambil memikirkan rasa masakan yang sudah dia makan tadi.

"Kakak sangat senang kalau adik menyukainya. Sejujurnya kakak saat ini sedang menginginkan memakan buah mangga muda, apakah adik bisa mencarikan buat kakak?" tanya Putri Zetian sambil membayangkan memakan buah mangga muda.

Glek

"Apakah kakak menginginkannya sekarang?" ucap Putri Yuanshun.

"Iya adik, kakak sangat menginginkannya" menjawab Putri Yuanshun dengan mata berbinar.

Terlihat Putri Zetian mengangguk dengan semangat sambil membayangkan memakan buah mangga muda. Dengan ekspresi tercengang Putri Yuanshun pun segera memahami kalau kakaknya sangat menginginkan sekali.

"Tunggu ya kak biar pada pelayan mencarikan untuk kakak. Sier coba kamu ajak beberapa orang mencari mangga muda." perintah Putri Yuanshun pada pelayan pribadinya.

"Baik, Putri" jawab Sier sambil berlalu membawa beberapa pelayan lain mencari buah mangga muda.

Setelah pelayan pergi terlihat mereka berdua saling bercerita dengan asyik tanpa memikirkan sesuatu hal.

Lain di Nanyi lain juga di Lin Hua, terlihat sang Raja mondar mandir setelah membaca surat yang dikirimkan oleh Pengawal Bayangan Raja yang diutus untuk memata matai pergerakan Permaisuri dan Putra Ketujuh.

"Suang Er, panggilkan Lian kemari" utus Raja pada pengawal bayangannya.

"Baik"

Tanpa banyak kata Suang Er langsung menghilang untuk memanggil Lian pengawal bayangan Putra Mahkota.

Setelah bertemu dengan Lian dia langsung menyampaikan amanah dari Raja Lin Hua.

Wajah tegang terlihat pada Pengawal Lian, dia terus berlalu untuk menyampaikan hal itu pada Putra Mahkota.

"Lian menghadap Putra Mahkota" kata Lian.

"Ada apa Lian?" tanya Putra Mahkota dengan muka bertanya tanya.

"Yang Mulia Raja memanggil Hamba untuk menghadap ke Istana, Putra Mahkota" kata Lian.

Putra Mahkota lalu menghentikan semua pekerjaannya dan segera mengganti pakaian yang dikenakannya dengan baju serba hitam.

"Ayo berangkat, Lian" ucap Putra Mahkota.

Lian segera mengangguk lalu mengikuti Putra Mahkota yang pergi secepat kilat agar segera sampai ke Istana.

Sesampainya di Istana Kerajaan Lin Hua, Lian segera menuju ke ruang kerja Baginda Raja Lin Hua.

"Baginda Raja, ini Hamba Lian" kata Lian di jendela.

Raja Lin Hua segera bergegas membuka jendelanya, terlihat dua orang disana segera masuk ke Ruang Kerja Raja Lin Hua.

Raja Lin Hua tersenyum, sesuai perkiraannya Putra Mahkota pasti ikut Lian.

"Hormat pada Ayahanda" ucap Putra Mahkota.

"Anakkku, ayahanda ada yang ingin dibicarakan denganmu" sahut Raja Lin.

"Ada apa ayahanda terlihat seperti gusar?" tanya Putra Mahkota.

"Ayahanda tidak habis pikir dengan jalan pikiran Permaisuri dan Putra Ketujuh, mengapa mereka sangat berambisi untuk menghancurkan Kerajaan ini?" jawab Raja Lin dengan sedih.

"Haaahh...." Putra Mahkota mengehela napas.

"Jadi ayahanda sudah tahu akan rencana pemberontakan yang akan dilakukan oleh Permaisuri dan Putra Ketujuh?" tanya Putra Mahkota.

Terlihat Baginda Raja Lin Hua mengangguk dengan pelan sambil memikirkan rencana pemberontakan itu.

"Ayahanda tidak perlu khawatir, apapun yang akan dilakukan oleh mereka hamba akan selalu mengawasi dari jauh. Putri Tian juga sudah mengetahui rencana ini, maka dari itu Hamba sudah mengatur berbagai cara untuk menggagalkan rencana tersebut" kata Putra Mahkota dengan tegas.

"Putri Tian sudah mengetahui hal ini?" tanya Raja Lin terkejut.

"Betul Ayahanda, bahkan dengan rencana Putri Tian lah kita bisa menghancurkan pasukan yang dibangun oleh Putra Ketujuh" jawab Putra Mahkota.

"Sangat luar biasa sekali Putri Zetian, wajar negara Nanyi sangat makmur. Ternyata Nanyi memiliki seorang Putri yang sangat luar biasa. Sungguh Ayahanda sangat bersyukur memiliki menantu seperti dia." ujar Raja Lin.

Putra Mahkota tersenyum mendengar perkataan Ayahandanya.

"Belum tahu saja Ayahanda, bagaimana sejatinya Putri Zetian. Orang yang pantas mendampingiku untuk membangun Negara ini. Aku sungguh bangga memiliki seorang istri sepertinya" ujar Putra Mahkota dalam hati.

Putra Mahkota memang sangat mencintai Putri Zetian sejak pandangan pertama, dia bahkan sudah memikirkan masa depannya dengan Putri Zetian.

Perempuan pertama yang berani membantunya dalam kesulitan, tidak takut dengan darah dan sangat cakap mengobati luka.

Sungguh sangat bersyukur seorang Putra Mahkota mendapatkan seorang Putri yang sangat cantik, cerdas dan sangat berani.

Dalam keheningan malam entah berapa lama ayah dan anak itu berunding.

Terlihat dari ruang kerja melesat dua bayangan hitam meninggalkan istana.

"Ayahanda menyerahkan semua ini padamu Putra Mahkota. Ayahanda hanya ingin kamu dan Putri Zetian yang memimpin Negara ini. Dua sejoli yang tidak egois dan hanya memikirkan diri sendiri, dua sejoli yang hidupnya hanya diperuntukkan untuk rakyat dan keluarganya. Ayahanda percaya kalian bisa menyejahterakan rakyat Negara ini" tatap Raja Lin melihat bayangan yang menghilang dikegelapan malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Reinkarnasi DokterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang