Seven

9.4K 1.1K 46
                                    

"Kayla,you okay?" Aku menatap Kevin yang menatapku penuh konsentrasi,aku menghampiri adik bungsu ku itu sambil tersenyum.

"I'm okay,kid." ucapku sambil berusaha tersenyum,menutupi luka hati ku yang sangat lebar dan dalam karena perkataan dan ulah Louis tadi.

"Kau yakin?" tanyanya,aku mengangguk dan mengacak rambutnya.

"Aku sangat yakin." Ucapku. "Dimana Kylie?" tanyaku,mengganti topik pembicaraan.

Kevin hendak membuka suara namun keduluan oleh suara pintu yang terbuka,dan menunjukkan sosok Kylie yang baru datang.

"Panjang umur juga dia." gumam Kevin,aku tersenyum mendengar gumamannya itu.

"Hi Kay,Hi Kev!" sapa Kylie sambil menghampiri kami dan duduk di meja makan bersama Kevin.

"Aku akan membuat makan malam,kuharap kalian rindu makan spaghetti." ucapku menggoda kedua adikku karena aku tau betul bahwa mereka berdua suka sekali makan spaghetti.

"Kau tau tidak,Kay? temanku,Izzy,memiliki kekasih baru." ucap Kylie,ia memang suka sekali menceritakan padaku apa saja yang ia temukan,lakukan,bahkan apa yang ia dengar tiap harinya. Dan aku tentu saja tidak keberatan,aku malah senang karena itu artinya Kylie jujur padaku dan tidak menutupi apapun dariku.

"Oh ya? bagus dong." ucapku sambil tersenyum dan mulai memasak pasta favorite adikku.

"Yeah not really." ucap Kylie lagi. "Izzy hanya pura-pura pacaran dengan lelaki ini,ia cuma melakukan itu untuk membuat mantannya cemburu." ucapan Kylie membuat ku terdiam.

Karena....secara tidak langsung ia menyindirku,kan?

"I don't know how people can fake whole relationships.... i can't even fake a hello to somebody i don't like." ucapan Kylie selanjutnya membuat hatiku terasa seperti tertusuk.

Ucapan Kylie tadi memang ada benarnya,ia sangat benar..

"Well.. semua orang memiliki sudut pandang,pendapat,dan pikiran yang berbeda,Ky. Kau tidak bisa menilai mereka dari pilihan mereka.karena apa yang menurutmu mustahil,belum tentu mustahil di mata mereka." ucapku setelah aku bisa mengontrol pikiran dan emosiku .

Aku melirik Kylie yang mengangguk setuju.

"Yeah kau benar." ucapnya. "Ngomong-ngomong,apa Louis tidak kemari?" tambanhnya.

Kenapa hatiku sakit walau hanya mendengar namanya ?

"Mungkin dia tak akan kemari lagi." ucapku singkat.

Itu memang benar,aku memang tak tau apakah Louis akan kembali kemari lagi atau tidak.

Aku bahkan tidak tau bagaimana kelanjutan hubungan---maksudku bagaimana kelanjutan 'kesepakatan' kami.

"Kenapa,Kay? kalian putus? itukah sebabnya kenapa kau pulang dengan wajah yang murung tadi?" aku kembali menoleh kearah Kevin yang menatapku dengan ekspresi sedih nya,Kylie bahkan terlihat sedih.

Aku benci melihat kedua adikku bersedih..

Itu membuatku semakin sedih lagi..

"Kalian putus,Kay?" tanya Kylie memastikan,aku menghela napas dan mematikan kompor.

Tiba-tiba aku merasa tak punya tenaga untuk melanjutkan aktivitas memasakku.

"Aku tidak tau.." ucapku pelan,Kevin dan Kylie menatapku bingung. Lagi-lagi aku menarik napas dalam.

"Kami belum putus,ok? kami hanya terlibat pertengkaran." aku mencoba untuk tersenyum,menunjukkan pada kedua adikku bahwa aku baik-baik saja,namun sepertinya usahaku itu sia-sia karena aku tetap melihat ekspresi mereka yang terlihat sedih.

The proposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang