"Louis..." isak gadis di depanku ini,ia memelukku,membuatku berdiri kaget dan melongo karena perbuatan tiba-tiba nya itu.
Setelah kesadaranku terkumpul,aku pun memegang bahu El dan menariknya menjauh dari pelukanku.
"Kau kenapa?" Tanyaku,El kembali menangis. "Bolehkah aku masuk dulu?" Tanyanya,aku mengangguk,mengajaknya masuk dan kemudian menutup pintu rumahku. Aku menuntunnya menuju ruang tengah rumahku dan membantunya duduk di sofa.
"Kau kenapa? Apa kau sakit?" Aku tidak bisa menghentikan rasa khawatirku ini. Aku sangat khawatir pada Eleanor,bagaimanapun,dan walaupun dia sudah menyakitiku,aku tidak bisa berhenti perduli padanya karena aku masih mencintainya.
"Orang tua ku bertengkar lagi,Louis.aku tidak tahan mendengar nya dan kemudian aku lari dari rumah." isaknya,ia kembali memelukku,dan aku menarik napas panjang.
Mimpi apa aku semalam hingga Eleanor datang kemari,bahkan ia memelukku.
Ragu-ragu dan sangat perlahan,aku meletakkan tanganku di punggungnya dan mengusap punggungnya,berusaha menenangkan gadis ini seperti dulu.
"Kau lari dari rumah,dan kemari?" Tanyaku,ia mengangguk di pelukanku.
"Ya,Lou. aku tidak tau lagi harus kemana selain kemari.." aku terdiam mendengar jawabannya.
"Bukankah kau punya kekasih? Kenapa tidak kau lari ke kekasihmu?" Ucapanku ini mungkin terdengar jahat,tapi aku tidak bisa menahannya. dan ucapanku ini,walaupun terkesan kasar dan jahat,tapi ucapanku ini mengandung kebenaran.
Kenapa Eleanor malah lari padaku saat ia mempunyai kekasih?
"Aku sudah putus dengannya,Louis. he's a jerk." isaknya,aku menggertakkan gigi mendengar ucapannya. apa yang lelaki itu lakukan pada El sehingga El bisa berkata seperti itu?
"Apa yang dia lakukan padamu?" Tanyaku.
"Aku memergoki dia....dengan gadis lain." ia semakin terisak,dan isakannya membuatku semakin marah.
"He doesn't deserve you." bujukku.
"I know,maafkan aku,Louis." isaknya lagi,aku terdiam karena inilah pertama kalinya Eleanor meminta maaf padaku.
"Louis? Kenapa diam? Apa kau tidak mau memaafkan aku?" Ia melepaskan pelukannya dan menatapku dalam,aku menatap mata indah nya dan menggeleng.
"Aku memaafkanmu,El.. jangan khawatir." aku memasang senyum ku,membuat El tersenyum,ia mengusap air matanya dan kembali memelukku.
Aku diam,dan kemudian kembali memeluknya.
Tak bisa kupungkiri,aku senang ia kembali ke dalam pelukan ku lagi.
Namun... entah kenapa,getaran yang ku rasakan saat bersama El tidak sekuat dulu.
"Aku rasa,orang tua ku akan berpisah." ucap Eleanor,memecahkan keheningan.
"Kau tidak boleh berpikir seperti itu.." hiburku. Ia menggeleng.
"Tidak,Lou. aku rasa,mereka kali ini akan bercerai. dan...aku tidak tau apa yang harus kulakukan nantinya." Eleanor kembali menangis,dan aku mengusap punggung nya lembut.
"Kau sudah dewasa,kau sudah besar. dan jika mereka memang berpisah,kau bisa memilih untuk hidup sendiri jika memang kau tidak bisa memilih satu dari mereka." hiburku,Eleanor melepaskan pelukannya dan menatapku.
"Apa aku bisa tinggal bersamamu,Lou?" Ucapannya membuat jantungku terasa seperti berhenti berdetak.
"What? I mean..... I don't know,El.. i have a girlfriend,remember?" Gumamku tak yakin,Eleanor menghapus air matanya dan mendengus.
"But she's a fake girlfriend." ucapannya membuatku terdiam seribu bahasa. Menyadari kediamanku,Eleanor menghela napas. "Tenang saja,Lou. aku tidak akan membocorkan masalah itu. dan... please,Lou? Aku tidak tau lagi harus seperti apa.. ijinkan aku tinggal bersamamu untuk sementara saja,setelah aku siap,aku akan tinggal sendiri.." ucap El,aku terdiam,menimbang-nimbang dan akhirnya mengangguk.
Aku tidak akan bisa menolak permintaan nya..
Yes,i'm a sucker for Eleanor Calder.
Hey that's rhymes!
"Thank you,Louis!" Eleanor kembali memelukku. "Aku sangat membutuhkanmu,Lou." gumamnya,aku tersenyum mendengar ucapannya.
Aku suka saat ada orang yang mengatakan padaku bahwa ia membutuhkan aku.
Aku merasa berguna.
Untuk beberapa saat,kami tetap seperti ini. duduk di sofa dengan El yang berada di pelukanku.
"Lou?" Gumam El di dadaku.
"Ya?" Jawabku.
"Apa kau tadinya mau pergi?" Aku merengut mendengar ucapannya.
"Kenapa memangnya?" Tanyaku.
"Kau memakao blazer,kau mau pergi ke acara formal?" Ucapannya membuatku terpekik kaget. aku bahkan reflek berdiri dari dudukku dan membuat El menjauh dariku,aku menatap kearah jam dinding yang menunjukkan pukul delapan lebih lima menit.
"Holy shit i'm late!" Seruku panik. Kay pasti akan sangat marah! Bagaimana bisa aku lupa janjiku padanya?!
"El,aku pergi dulu ya,aku ada janji dengan Kayla,aku---"
"But,Lou...i need you now.." aku menatap Eleanor yang berdiri dan aku bisa melihat matanya yang berkaca-kaca.
"El..don't cry..."
"Aku tidak akan menangis jika kau tidak meninggalkan aku,Lou.. aku sangat membutuhkan mu sekarang,jangan tinggalkan aku.." isaknya.
"Tapi aku sudah terlanjur janji pada Kay."
"Apa Kay jauh lebih penting daripada aku,Louis?" Teriaknya,membuatku terdiam. "Apa sekarang ini kekasih pura-pura mu itu jauh lebih penting dariapada aku?" Teriakan histerisnya membuat ku merasa bersalah. Aku menarik napas dan berjalan mendekati Eleanor,lalu memeluknya.
"Aku tidak akan meninggalkanmu.." gumamku,ia mengeratkan pelukannya padaku.
"Thank you,Lou.." bisiknya. Aku hanya mengangguk dan terus memeluknya.
Malam itu,aku menemani Elenaor hingga ia tertidur di pelukanku,setelah sebelumnya aku menyempatkan diri untuk mengirimi pesan yang berisi permintaan maaf untuk Kay.
Dan saat ini,aku menatap Eleanor yang terlelap dengan perasaan dan pikiran yang berkecamuk di benakku.
****
What
The
Hell
Are
You
Doing
El?!
Vote,comment please ;)

KAMU SEDANG MEMBACA
The proposal
Fiksyen PeminatLouis yang baru saja putus dari kekasihnya sedang dirundung musibah. Ia mendapat berbagai gosip tak sedap sehingga management memutuskan agar louis mempunyai 'kekasih pura-pura' yang akan membantunya mengurangi gosip-gosip itu. Tapi apa jadinya jika...