Malam itu badai hebat membuat kota seoul porak poranda. Banyak pohon tumbang bahkan listrik mati selama dua hari karena kejadian itu.
Angin yang bertiup kencang dengan petir yang terus menyambar membuat siapa saja takut untuk keluar rumah. Bahkan setiap rumah ditutup rapat tanpa ada celah sedikitpun.
Kota seoul yang terkenal ramai begitu sepi karena kejadian itu. Bahkan kucing saja tak berani keluar dari persembunyiannya.
Suara gemuruh membuat semuanya ketakutan sampai cahaya putih yang begitu terang membuat mereka yang di dalam rumah terkejut. Tak hanya putih cahaya berwarna biru, ungu, pink, kuning, hijau, violet juga ikut menyambar kota itu.
Tak ada yang tau cahaya apa itu tapi kejadian itu berhasil di abadikan oleh seorang fotografer yang tak sengaja sedang memotret hujan lebat itu lewat jendela kamarnya.
Badai itu seperti tau rasa sakit yang dipendam oleh seorang yeoja mungil. Yeoja itu menangis meraung raung akibat rasa sakit yang ia rasakan tak ada yang tau apa yang membuatnya sampai begitu.
Ia meringkuk di kamar yang gelap dengan pencahayaan dari jendela yang sedang memperlihatkan badai dikotanya.
"Wae? Kenapa harus aku"
"Takdir bodoh"
"Kenapa aku tak bisa melawan takdir itu"
"Jebal!!, jebal tteonajuseyo"
Hidupnya bukan melainkan takdirnya tak pernah semulus semua orang, ia selalu dipermainkan oleh takdir. Hidup sebagai seorang yeoja yatim piatu sejak kecil membuat ia tak pernah dapat merasakan rasa kasih sayang orang tua.
Bahkan selama disekolah ia harus dibully mati matian oleh anak anak lain. Sudah beberapa kali pakaiannya robek dan memar yang selalu ia dapatkan di sekolah.
Walau ia adalah anak orang kaya tak menutupi kemungkinan ia bahagia. Malah sebaliknya hidupnya hancur tanpa tau apa kesalahannya.
"Cukup!!!"
Lagi selalu seperti ini, dimana ia begitu benci pada takdirnya yang membuat dia begitu frustasi. Tangisnya tak membuat dirinya bisa lega hal itu malah membuat dirinya lebih merasakan sakit.
Karena tangis itu tak akan pernah berhenti kalau dia tak pernah melukai dirinya dulu. Dengan air mata yang masih mengalir diambilnya pecahan kaca yang selalu ia simpan rapi di laci naskas.
"Hiks..wae? Hisk.."
Dengan cepat ia langsung melukai tangan kirinya dengan pecahan kaca itu berkali kali hingga cairan kental berwarna merah pekat dan bau anyir membuat lantai kamarnya kotor. Bahkan pakaian yang ia gunakan sudah berwarna merah pekat dibagian lengannya.
Dirasa cukup ia langsung menaruh pecahan kaca itu di laci lagi. Lama kelamaan air mata itu berhenti digantikan dengan seringai saat ia melihat aliran darah ditangannya.
Sepertinya ia terlalu banyak kehilangan darah membuat pandanganya buram dan yang terjadi selanjutnya ia pingsan dengan keadaan mengenaskan.
Ketujuh malaikat penjaga itu berada tepat dihalaman rumah yeoja mengenaskan itu. Menggunakan jas putih dan kemeja hitam dan putih membuat ketujuh malaikat itu begitu tampan.
"Dimana kita" tanya malaikat bergigi kelinci
"Rumah yeoja itu" jawab malaikat tertua
"Bau darah, apa kalian menciumnya" sahut seorang malaikat bertubuh mungil
"Nee, benar" sahut yang lain
Tanpa menunggu mereka langsung memasuki rumah yeoja itu dan tepat di depan kamar yeoja itu mereka langsung disuguhkan oleh bau darah yang begitu pekat.
"Disini"
Setelah pintu terbuka ia menemukan seorang yeoja tak sadarkan diri dengan perngelangan tangan kiri yang masih mengeluarkan darah segar.
"Yak..cepat bantu dia sebelum dia kehabisan darah" ucap ketua dari malaikat itu
Dengan cepat ia memindahkan yeoja itu di tempat tidurnya. Tak hanya itu mereka juga memperban pergelangan tangan yeoja itu bahkan lantai dengan darah yeoja itu sudah mereka bersihkan.
Setelah dirasa cukup mereka langsung keluar dari kamar yeoja itu.
"Jadi dia orang yang dimaksud petinggi archangel" tanya malaikat mungil
"Sepertinya begitu apa kalian sudah melihat pergelangan tangan kiri yeoja itu"
"Bagaimana mau lihat jika tangan yeoja itu penuh darah"
"Ah..benar juga, sudahlah yang penting yeoja itu tak mati"
"Bicaramu sungguh jahat hyung"
"Jahat siapa dengan petinggi yang menyuruh kita turun ke bumi"
"Sudahlah kalian berisik"
Ucapan itu membuat mereka terdiam saling menghela nafas masing masing. Turun di bumi hanya dengan tugas untuk menjaga seorang yeoja membuat mereka kesal juga tapi mereka menuruti perintah petinggi archangel.
"Chael, coba kau lihat bahunya apa ada tanda sayap malaikat" ucap ketua mereka membuat malaikat yang dipanggil chael itu langsung menghilang
"Kau suruh namja bodoh itu" sahut malaikat berwajah dingin itu
"Kenapa memang"
"Sudahlah"
Mereka terdiam lagi tanpa tau apa yang tengah dilakukan salah satu dari mereka.
"Bahu ya" monolog malaikat itu
"Ketemu, benar yeoja inilah yang kita cari. Yeah...akhirnya aku bisa istirahat" senang malaikat itu membuat yeoja itu sedikit terusik dengan suaranya
"Aku harus pergi" ucapnya cepat dan langsung menghilang disaat ia melihat pergerakan kecil oleh yeoja itu
"Apa yang kau lakukan michael" ucap raphael disaat michael datang dengan senyum bulan sabitnya
"Eh..muka datar diam kau, aku punya kabar baik untuk kalian" sahut michael cepat membuat raphael kesal
"Benar ternyata yeoja itu yang harus kita lindungi" lanjut michael senang
"Jinjjayo, wah akhirnya kita terselamatkan" sahut malaikat bergigi kelici itu
"Tapi kita harus menyamar bukan" ucap uriel
"Ah..benar, kita harus terlihat seperti manusia dan nama kita juga" sahut gabriel
"Sebaiknya kita pergi" ucap raphael yang diangguki mereka
TBC
Akhirnya aku liris cerita baru lagi, he..he.. Maaf jadi banyak hutang kan aku tapi gak papa deh yang penting aku suka.Gimana nih sama part pertama cerita ini seru gak klik bintang dan komennya oke, bye..
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Guardian Angels (END)
ФэнтезиTujuh namja bertudung hitam yang tengah mencari seorang yeoja yang harus dijaganya malah terjebak oleh yeoja itu yang penuh dengan misteri. Dan hal itu membuat mereka harus lebih bersabar untuk mendekatinya. Apalagi dengan kisah ketujuh namja itu ya...