Langit Jakarta masih tetap sama-hitam dan gelap. Bukan cahaya bintang yang menghiasi. Namun, gemerlap lampu kota dan kendaraan yang menerangi. Di dalam sebuah ruang di gedung apartemen yang menjulang tinggi, beberapa anak manusia tengah bersenda gurau dan saling melempar tawa. Di sana, Bima dan Radit tengah serius menatap layar televisi dan stick play station di tangan masing - masing, tak jarang terdengar teriakan Bima yang bisa mengguncang apartemen.
"Oalah, cuk! Jingan! Playerku gak gelem obah!" Teriaknya sambil membanting keras stick playstation yang ia pegang.
(Ya ampun, cuk! Playerku nggak mau gerak!)
Radit hanya tertawa terpingkal melihat Bima yang sudah misuh - misuh karena selalu kalah.
"Lo nya aja yang nggak bisa," celetuk Mark yang dibalas lemparan bantal oleh pemuda asal Surabaya itu.
Keanu perlahan mendekati Juna yang sedari tadi hanya diam memperhatikan Mark bermain gitar.
"Jun?"
"Hm," Jawabnya tanpa menatap Keanu.
Keanu hanya menghela napas pelan, di tangannya terdapat sepasang pakaian yang Keanu tahu siapa pemiliknya. Sejujurnya, ia sudah ingin meninju wajah Juna saat ini. Namun, ia sedang tak ingin mengubah suasana yang menyenangkan ini menjadi suasana yang mencekam. Ia tak ingin mengecewakan teman - temannya yang rela datang berkumpul untuk menghiburnya, tetapi malah mendapati Keanu marah - marah.
"Kemarin-"
Belum sempat Keanu melanjutkan perkataannya, sebuah dering telepon milik Juna memotong paksa kalimatnya.
"Bentar, ya"
Juna berdiri melangkah pergi, menatap lama ke arah ponsel yang sedang menampilkan nama seseorang yang beberapa waktu terakhir ini jarang ia temui dan ia sapa. Getar itu berhenti seiring Juna mendudukkan dirinya pada sofa depan televisi. Tak berselang lama, ponsel yang ada dalam genggamannya kembali bergetar-menampilkan nama yang sama dan foto yang sama.
Yerina is calling....
"Mantan lo telepon tuh, angkat aja. Nggak usah gengsi," tegur Bayu yang duduk di sebelahnya sembari menikmati sebungkus besar popcorn dan sekaleng soda.
Juna masih saja diam menatap ponselnya yang terus saja bergetar hingga dering itu berganti dengan senyap-sama sekali tidak ada niat untuk menghubungi kembali pun juga mematikan ponselnya.
"Angkat ajalah, Jun kalo Yerina telepon, siapa tau penting 'kan? Putusnya udah lama, masih aja punya dendam," sahut Bima tanpa melepas pandangannya dari layar playstation.
Juna tetap berada pada pendiriannya, sama sekali tak memiliki niat untuk menghubungi lagi dan tetap menatap kosong layar ponselnya yang mulai meredup. Tidak seperti tadi, ponselnya masih tetap saja senyap walau lima menit berlalu. Sampai tiba - tiba saja ponselnya kembali menyala dan bergetar.
Yerina is video calling....
"Angkat aja, udah tiga kali berarti penting"
Dengan malas - malas ia mengangkat panggilan video Yerina. Pemuda itu berusaha menampilkan senyum terbaiknya ketika layar polos ponselnya mulai berganti dengan wajah cantik gadis berambut sebahu itu.
"Kamu sibuk, ya? Sorry kalo ternyata aku ganggu"
Juna tersenyum, kemudian menggelengkan kepalanya. Ekspresinya benar - benar berbeda jauh dari sebelumnya, wajah kaku dan marah itu berubah menjadi raut yang tenang dan penuh senyum.
Ia hanya ingin menciptakan kesan bahwa dirinya baik - baik saja tanpa Yerina.
"Enggak kok, Yer. Kenapa tiba - tiba telepon?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Anagapesis
Teen Fiction//toxic relationship// Di dunia hitam dan putih Keanu, Athara Senja Arutala adalah pemilik warna kelabu. Namun, di hidup warna - warni Tara, Keanu adalah pemilik warna hitam. Seperti dua mata pisau, perasaan tidak dewasa yang mereka sebut cinta itu...