What is best for the child is not always
what is most convenient for the parent-Bonnie bedford
*******
Suara denting piring saling bersahut - sahutan. Di lingkaran meja makan itu, sama sekali tidak ada yang membuka pembicaraan, masing - masing dari mereka sibuk menikmati makanan di piring mereka. Kehidupan keluarga Keanu memang selalu seperti ini, tidak ada saling sapa hangat, tidak ada obrolan ringan ketika malam atau sore, tidak ada saling tukar cerita atau hanya bercanda sekilas. Apalagi setelah papanya pergi dan mamanya didiagnosis mengalami gangguan mental bipolar, sangat sulit bagi mereka untuk bercengkerama."Disya, kamu kuliah di kedinasan aja, ya? Mama punya kenalan guru bimbel yang bagus banget. Temen mama tahun kemarin anaknya—"
Suara bantingan sendok pun terdengar, memaksa Sonia untuk berhenti berbicara. Keanu menghentikan aksi makannya, ia sama sekali tidak membuka suara, hanya menunggu apa yang akan dilakukan adiknya setelah ini.
"Ma, aku nggak pengen kuliah di STAN. Aku mau ambil musik di ISI"
Sonia mengangkat kepalanya, garpu dan sendok yang tergenggam di tangannya pun ia taruh secara kasar ke piring. Raut wajahnya yang tadi biasa saja, kini terlihat marah dan kesal.
"Mau jadi apa kamu nanti?! Musik nggak menjamin kamu sukses! Kenapa kamu susah banget diatur?! Kamu lihat abang kamu—"
"—abang! Abang! Abang! Iya! Banggain aja terus anak kesayangan mama itu!" Sentak gadis remaja itu. Keanu sama sekali tak memiliki niat untuk menyela, ia sudah terlalu lelah untuk menjadi penengah. Ia tahu ia salah, tetapi ia juga manusia, bukan malaikat yang terus bersabar ketika dihadapi permasalahan yang begitu kompleks.
"DISYA!"
"Apa?! Emang bener 'kan kalau bang Keanu anak kesayangan mama? Setiap kali ngobrol sama temen - temen mama selalu aja nama Bang Keanu yang disebut sambil pamer gimana pinternya dia. Aku? Mama selalu bilang kalau aku manja lah, nggak pinter lah, nggak pernah nurut lah! Emang aku nggak sepinter abang, nggak senurut abang, nggak sebaik abang, tapi bisa nggak mama ngelihat potensi aku sekali aja? Bisa nggak mama biarin aku nentuin pilihan aku sendiri? Bisa nggak mama percaya sama aku? Ini untuk masa depan aku, Ma Yang ngejalanin itu aku bukan mama!"
Keanu terus memandangi Disya dengan tatapan sendu dan iri. Ia iri pada Disya yang bisa mengutarakan apa yang ia pikirkan pada sang Ibu, ia iri pada Disya yang bisa memilih jalannya sendiri, sedangkan Keanu selalu menurut dengan apa yang mamanya inginkan. Selama ini, hidupnya ia dedikasikan penuh untuk sang mama. Ia merasa memiliki tanggung jawab penuh untuk menjaga mamanya agar selalu bahagia. Keanu selalu menuruti semua keinginan mamanya, apapun itu. Mamanya ingin ia menjadi juara umum, ia belajar mati - matian. Mamanya ingin ia kuliah di jurusan teknik, ia mengambil jurusan teknik walau cita - citanya bukan itu. Keanu sama sekali tak bisa mengutarakan apa yang ia inginkan, apa yang ia pikirkan, apa yang ia rasakan. Bahkan di rumah ini, ia tak bisa mengeluarkan segala emosi. Ia tak bisa marah, karena ia harus menjadi penengah dan penenang ketika terjadi keributan. Adiknya yang masih labil dan ibunya yang mengidap gangguan mental, Keanu harus bisa menjaga mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anagapesis
Teen Fiction//toxic relationship// Di dunia hitam dan putih Keanu, Athara Senja Arutala adalah pemilik warna kelabu. Namun, di hidup warna - warni Tara, Keanu adalah pemilik warna hitam. Seperti dua mata pisau, perasaan tidak dewasa yang mereka sebut cinta itu...