33. Yang patah tumbuh, yang hilang berganti

1.4K 90 1
                                    

Home; a place where you are always welcome and surrounded by those who love you

Home; a place where you are always welcome and surrounded by those who love you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**********
"Disya?"

"Ma"

Sonia buru - buru meletakkan cangkir teh dan bukunya pada meja lalu berjalan mendekati putri satu - satunya itu. Tangis gadis itu pecah kala pelukan Sang Mama menyapa tubuh mungilnya.

"Maafin Disya, Ma. Maaf," lirihnya di tengah - tengah tangisannya. Gadis itu merasa bersalah karena mengatakan kalimat menyakitkan pada Mamanya sendiri—Apalagi membawa - bawa perselingkuhan ayahnya sebagai pembenaran dan menyudutkan Sonia.

"Mama juga minta maaf. Nggak seharusnya mama mukul kepala kamu. Pasti sakit, ya?"

Sonia mengusap lembut kepala Disya. Manik mata obsidian yang ia turunkan pada Keanu itu menyorot khawatir ke arah gadis itu. Memang benar Disya tinggal di rumah mantan suaminya yang mana artinya, kehidupan Disya terjamin sempurna. Namun, tetap saja ia merasa khawatir jika Saras tak menjaga Disya sebaik ia menjaga anak kandungnya.

"Kamu udah makan? Mama hari ini kebetulan masak tumis cumi, kamu suka cumi - cumi 'kan? Ayo kita makan bareng - bareng!—bentar mama telepon abang dulu"

Ada sedikit kecewa di hati gadis remaja itu ketika Sang Mama menyebutkan makanan favoritnya dengan salah.

"Ma, Disya alergi cumi - cumi. Bang Keanu yang suka cumi - cumi," cicitnya.

Sonia yang mendengar itu pun menoleh. Raut wajahnya menunjukkan kaget bercampur kecewa. Ia merasa kecewa pada dirinya sendiri karena lagi - lagi ia tak begitu mengenal Disya, bahkan ia sendiri juga merasa tak begitu mengenal Keanu.

Ia tak benar - benar mengenal siapapun yang ada di rumah ini.

"Maaf ya, Dis. Mama nggak tau," sesalnya dengan sorot mata menahan kecewa

"Tapi kamu suka sup daging 'kan? Mama juga buat itu atau kamu mau yang lain? Biar mama masakin," tawarnya dengan sorot mata yang sudah berganti dengan sorot ceria. Binarnya begitu cerah hingga menyalurkan energi positif pada Disya. Memang benar kata orang, kebahagiaan dan kesedihan bisa dengan mudah menular kepada orang lain.

"Nggak papa, Ma. Aku suka sup daging, kok. Suka banget malah"

"Syukurlah kalau gitu. Mama telepon abang kamu dulu, ya? Biar bisa makan bareng. Sekarang kamu taruh tas kamu dulu, mandi, sama ganti baju, okay?"

Disya hanya mengangguk dan tersenyum. Sejauh ini, ia melihat Sang Mama memiliki aura yang berbeda dari hari - hari sebelumnya. Bertahun - tahun ia tinggal bersama Sonia, baru kali ini ia melihat wanita itu tersenyum selepas ini dengan tatapan yang bahagia pula—tidak seperti senyumnya ketika berada di fase maniac.

AnagapesisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang