Opini Hati Keenam

51 10 0
                                    

Pagi kembali menyapa Indonesia. Seorang gadis berjalan sendiri dilorong sekolah yang nampak masih sepi. Dia memakai earphone pada telinganya, sesekali bibirnya ikut bersenandung kecil mengikuti lagu yang ia dengar.

Tujuannya sekarang adalah taman belakang sekolah 'lagi' seperti hari sebelumnya. Yahh.. kalian bisa menebak siapa gadis itu. Dia Arshila, untuk kedua kalinya Shila datang pagi-pagi sekali dan akan pergi ke taman belakang sekolah, hanya sekedar menunggu bel masuk berbunyi.

Hanya beberapa orang yang ditemui Shila, karena jam masih menunjukkan pukul 06.07 WIB. Shila berjalan pelan namun pasti, parasnya yang cantik membuat dia bak seorang model.

»*«*»*«*»*«*»

Disinilah Shila sekarang, taman belakang sekolah yang mungkin akan menjadi tempat favoritnya. Shila akan melakukan ritualnya jika sudah mendapatkan tempat yang nyaman.
10 menit lalu, Shila sudah mengeluarkan novel dari dalam tasnya dan mulai membacanya. Telinganya juga Shila sumpal dengan earphone berwarna putih miliknya.

Shila selalu nampak tenang jika sudah berkutat dengan kegiatanya, apalagi dengan suasana pagi yang sejuk menambah kesegaran dan semangat menyeruak dalam tubuh Shila. Shila slalu menyukai kedamaian dan kesunyian. Baginya, kedamaian dan kesunyian adalah salah satu hal yang tidak bisa membohongi sifat asli kita. Karena denganya kita bisa bebas mencurahkan segala keluh kesah yang kita punya tanpa harus takut larangan dari keramaian orang banyak.

Tetapi terkadang Shila juga membenci kesunyian yang kadang kala menghampirinya tanpa permisi. Ia membenci keadaanya ketika lemah, dan kunci kelemahannya ada pada kesunyian. Shila mudah tenggelam dengan pemikirannya bila sunyi sudah mulai  merasuki. Maka dari itu, Shila tidak pernah berada dalam kesunyian dengan tangan kosong. Ia selalu membawa barang-barang yang bisa mengalihkan terjadinya melamun seorang diri.

"Hai!"

Suara bariton seorang lelaki tiba-tiba mengejutkan Shila. Tubuhnya terpelonjat kaget mendengar suara berat seperti berniat mengagetkannya.
Shila memang memakai earphone, tetapi volumenya tidak ia fullkan, maka dari itu ia masih bisa mendengar dengan jelas suara yang menyapanya, lebih tepat mengejutkannya  barusan.

"Ehh..kaget yah? Maaf heheh.." ucap lelaki itu merasa bersalah sambil nyengir tak jelas.

"Hmmm." Shila hanya menjawab dengan deheman.

"Lo yang kemarin ketemu gue disini kan?" Tanya lelaki itu sok akrab.
Shila mengerutkan keningnya sembari melepas earphone yang terpasang ditelinganya.

"Lo ngrasa ketinggalan botol minum warna biru gak?" Tanya lelaki itu memperjelas maksudnya.

"Ah..iya, mana?" Tagih Shila sembari mengulurkan tangannya hendak meminta

"Apa?" Bingung lelaki itu

"Ck..botol minum gue." Decak Shila

"Ohhh...hehhe..emmm..botol minum Lo gak gue bawa, gue lupa taruh di laci." Ucap lelaki itu merasa bersalah.

"Oh..yaudah" jawab Shila enteng, toh hanya sebuah botol minum, dia bisa membelinya lagi kalaupun hilang.
Shila lalu bangkit dari duduknya, berniat pergi meninggalkan lelaki itu tanpa pamit.

"Ehh..nama lo siapa? Gua Ghifaris Altharik Maldis, panggil aja Faris."

Belum juga selangkah, lelaki itu kembali mengeluarkan suaranya bertanya.

"G nanya!" Jawab Shila jutek

"Yeuhhh...cuma ngasih tau juga, jutek amat!"
Gerutu Faris

"Jadi, nama lo siapa?" Tanya Faris untuk yang kedua kalinya.

"Emang penting yah lo tau?" Tanya Shila tajam sembari menghadapkan tubuhnya ke Faris sepenuhnya

"Botol minum lo sama gue bego! Mana tau besok gue gak ketemu lo, kan setidaknya gue tau nama lo." Kesal Faris

"Oh.." jawab Shila datar

"Jadi?" Tanya Faris sabar

"Apa?" Tanya Shila tanpa dosa

"Allahu Rabbi....Nama lo neng! nama lo!" Geram Faris mulai menunjukkan kekesalannya.

"Shila." Jawab Shila singkat, padat dan jelas.
Faris melongo mendengar penuturan gadis itu, segitu singkat, jelas dan padatnya jawaban yang diberikan gadis itu. Apa dia hanya mempunyai nama 'Shila' saja? Batinya dalam hati.
Faris menormalkan mimik wajahnya segera.

"Ok.. thanks." Jawab Faris santai.

Shila tidak berniat menjawabnya, dia asal nylonong begitu saja tanpa meninggalkan sepatah katapun lagi setelah Faris berterima kasih padanya.
Faris yang melihat itu hanya beristighfar sambil mengelus dadanya bersabar.

Kenapa lelaki itu lagi yang harus mengganggu kenyamananya? Shila berdecak kesal dalam hati. Padahal kan dia baru akan mengetahui kelanjutan tokoh utama dalam novelnya, apakah jadi ditabrak atau tidak?.

Arghhh... Shila bersungut sebal!
Dia akan melanjutkan membaca novelnya itu didalam kelas saja.

Hayyy...jangan lupa Voment yahhh😘😘

OPINI HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang