Shila perlahan membuka matanya yang masih berat. Objek pertama yang ia lihat adalah langit-langit sebuah ruangan yang berwarna putih.
"Shil.." panggil suara berat seorang laki-laki
Shila menggerakkan kepalanya kesamping, dilihatnya Wildan duduk seorang diri disebuah kursi yang disediakan UKS.
"udah mendingan?" Tanya Wildan
"Hmmm"
Shila memperhatikan sekitarnya, hanya ada dirinya dan Wildan disini. Dimana Alvis?, Shila mencoba mengingatnya.
Dan,Ahhh..ya, Shila baru ingat. Alvis pergi menemui pak Wayan sebelum kesadaran nya benar-benar hilang ditelan teriknya panas matahari.Pasti Wildan yang membopongnya kesini, karena yang ia tahu lapangan masih sepi karena masih KBM waktu itu. Paling hanya satu dua orang yang lewat, dan itu membuat ia semakin yakin jika Wildan yang membawa nya ke UKS.
Wildan memperhatikan Shila yang menatapnya lurus. Bukan, bukan dirinya yang ditatap, melainkan sebuah tirai dibelakang tubuhnya. Merasa aneh, Wildan membuka suaranya.
"Makasih yah."
Belum sempat berucap, Shila lebih dulu berkata. Dan perkataan itu membuat dirinya bingung. Makasih untuk apa?
"Bu_"
"Loh.. udah bangun? Dikasih minum dulu itu temennya."
Lagi, seseorang memotong perkataanya yang belum usai. Wildan dan Shila melihat seorang pelaku, seorang kakak kelas dengan rambut di kuncir kuda tengah membuka tirai dibelakang tubuh Wildan. Mereka tahu, kakak kelas itu adalah petugas PMR, jelas dilihat dari pakainya.
"Ah.. iya, gue lupa!" Wildan bangkit dari duduknya, beralih mengambil air minum.
Shila mencoba duduk, meski kepalanya masih sakit dan perutnya perih. Tetapi tak sesakit tadi saat dilapangan. Shila dibantu oleh Kakak petugas PMR itu, dengan Wildan yang memegangi gelas minum Shila.
"Oh ya, kata kakak ini lo maag. Jadi, yaudah dibeliin bubur, nih Lo makan yah." Wildan menyerahkan kresek putih berisi beberapa bubur itu ke Shila.
"Gue kekelas duluan, kak nitip temen gue yah?"
"Oke" kata kakak petugas PMR
Sebelum benar benar pergi, Shila kembali memanggilnya "Wildan!"
Wildan menoleh kebelakang, menunggu gadis itu melanjutkan kalimatnya.
"Sekali lagi, makasih ya."
Wildan segera mengangguk dan kembali melanjutkan langkahnya. Tanpa Wildan sadari, Wildan telah salah mengartikan ucapan terima kasih Shila.****
Bel pulang berbunyi nyaring, seluruh siswa bersiap untuk pulang. Satu persatu, teman kelas Alvis keluar kelas menyisakan beberapa siswa didalam, termasuk dirinya dan Disha.
Alvis mendekati Disha yang sedang membereskan barang-barang Shila, karena gadis itu tidak masuk sama sekali setelah kejadian terciduk mencontek oleh Bu Kitri, padahal Shila tak bersalah, tetapi Bu Kitri tetaplah Bu Kitri, guru perempuan yang terkenal akan kedisiplinnya terhadap aturan.
Mengingat hal itu, rasa bersalah tiba-tiba menghampirinya lagi."Sha, lo mau nganterin tasnya Shila?" Alvis membantu Disha memasukan barang-barang Shila ke tas nya.
Disha melirik Alvis sekilas "iya, kenapa?"
"Biar gue aja"
Disha memicingkan matanya "yaudah, gue nitip salam, nih" Disha menyerahkan tas Shila kepada Alvis
KAMU SEDANG MEMBACA
OPINI HATI
Teen FictionShilla yang mempunyai trauma kisah cinta di masa lalu di pertemukan dengan seorang Alvis, lelaki yang tidak pernah mengalami jatuh cinta. Bagaimana kisah mereka? Akankah Shilla menemukan cinta sejatinya?