"Apa?! Balik sana!"
Sudah beberapa menit lalu, Shilla turun dari boncengan motor Alvis. Tetapi, lelaki itu belum juga pulang, asik duduk sambil menatapnya. Shilla geram.Alvis membuka helmnya, tersenyum lebar "Jaketnya mau di bawa?"
Melirik ke bawah, ternyata gadis itu belum melepas jaket Alvis di pinggangnya.
Shilla memberikan jaket itu kasar. Alvis belum juga bergeming, hanya menerima jaket dan kembali menatap Shilla lekat.
Gadis itu melotot garang "Apa lagi?!"
"Ada yang kurang." Ucapnya serius
"Apa?!"
Mimik wajah Alvis berubah serius "Kiss by nya mana?" Ucapnya polos, layaknya seorang ayah yang meminta Kiss by dari anaknya saat akan berangkat kerja.
"Gak ada!" Dongkol, Shilla membalikkan badannya hendak pergi.
Alvis menarik pergelangan tangan Shilla "ehh.. bentar. Gue mau kasih tau, balas Budi buat gue."
"Apa?!" Sewot Shilla
Alvis nyengir "Lo harus jalan bareng gue setiap weekend."
Shilla melotot tak percaya "kok gitu?! Enak di elo, gak enak di gue itu mah. Gak mau!"
"Pilihannya cuma dua sih. Jalan bareng gue setiap weekend, atau....."
Alvis menjeda kalimatnya, Shilla mendengar serius dengan kening berkerut.
Lama, Shilla kesal sendiri "Apa?!!"
"Jadi pacar gue?"
****
Senangnya..
Seperti baru menang lotre bermiliar-miliar dari Chiki murah, rasanya tak menyangka.
Alvis terus saja tersenyum sambil menerawang. Bayangan wajah gadis itu, terus saja terputar, membuat tak bisa berhenti tersenyum. Mungkin, sebentar lagi mulutnya akan robek sampai telinga saking lamanya ia menarik sudut bibir berlawanan.Akhirnya, setelah penantian dan doa-doa panjang nya, hari ini terkabul. Meski tak sesempurna keinginannya, karena yang ia tuju adalah jalanya. Jalan menuju kesempurnaan.
Semakin lebar, sudut bibirnya saling menarik kencang. Bahkan, hanya membayangkannya saja, dia benar-benar geli tak kuasa menahan senyum.
Bidadari macam apa yang sedang ia pikirkan sekarang?
Ah, bahkan gadis itu lebih menawan dari bidadari-bidadari di fantasinya.Senyumnya, matanya, bibirnya, tingkahnya, segalanya tentang dia...
Alvis jadi ingin cepat-cepat bertemu besok.Pemikiran itu membuat Alvis terkikik geli, bahkan sampai berbalik badan kasar. Membuat ranjang yang ditidurinya seakan-akan ingin ambruk.
"Alvis! Kamu itu dari tadi di panggil gak nyaut-nyaut!"
Alvis beringsut duduk saat kakinya di geplak keras. Mengusap-usap bekasnya, Alvis menatap pelakunya cemberut.
"Sakit Mi. Ada apa sih?"
Ratu berkacak pinggang, mendekatkan wajah, menatapnya curiga. Alvis memalingkan wajahnya.
"Kenapa pipi kamu merah?"
"Hah! Apasih, orang enggak." Panik, Alvis memegang kedua pipinya. Enggan menatap Ratu, sang mami. Gawat saja kalau ketangguan.
Ratu menarik dagu anaknya "Terus ini apa? Merah-merah gini? Blushing kamu?" Sambil menunjuk-nunjuk pipi Alvis.
"Orang disini gerah, panas Mi."
"AC nyala, di luar hujan. Bohong banget!"
Bloon! Bloon! Bloon!
Rasanya Alvis ingin jadi bantal saja.
Atau buang saja dirinya ke rawa-rawa.Maminya ini, kalau sudah kepo pasti sangat menyebalkan. Segala ini itu, di tanyakan sampai akar-akarnya. Alvis malu, kalau dia benar-benar ketangguan sedang memikirkan seorang gadis, apalagi sampai membuatnya blushing. Double malu ini mah.
"Aduhh..Mi, sebenarnya mami ada apa sih? Alvis mau BAB nih."
Alibi bagus Alvis, pikirnya.
"Ada temen-temen kamu di depan."
Ratu menunjuk keluar dengan dagunya, rautnya sudah kembali bersahabat. Meski aura intimidasi masih terasa di kamarnya."Yang mana satu?"
Alvis mengaduh, sekarang tangannya yang di geplak sang mami."Sombong banget kamu! Lupa sama temen sendiri. Sekarang siapa lagi yang sering dateng, kalau bukan trio ambyar?!"
Mulai, maminya mulai menghujat teman-teman barunya. Alvis mungkin sudah salah pilih, kenapa juga dia bisa berteman dengan mereka? Bahkan sang mami sampai menobatkannya sebagai Trio ambyar saking tidak jelasnya tingkah temannya.
Mereka itu abstrak, kata Mami."Iya, ntar Alvis turun."
Maminya menggangguk, tapi belum juga beranjak."Kenapa?" Tanya Alvis bingung
Ratu tersenyum lebar "Mami mau lihat calon mantu mami yang buat kamu sampe blushing. Gak mau tau, besok harus ada!"
Mampus! Mati saja Alvis sekarang.
Rasanya dia benar-benar akan BAB berdiri.****
ARGHHH
Sudah setengah jam semenjak selesai makan malam, Shilla melakukan hal yang terus di ulang-ulang.
Belajar
Bolak-balik
Lalu tiduran
Terus saja begitu.
Hingga sekarang, dia berakhir di balkon kamarnya. Berdiri termenung, menatap ke atas.
Sebagian hatinya berkata benar, dan sebagian lagi... Menyesal.
Kenapa dia harus menyesal?Tak di pungkiri, setelah sekian lama menutup hati, ada sosok lelaki yang berhasil datang bertamu. Perlahan tapi pasti, Shilla takut hatinya mulai terbuka. Bukan ingin melawan takdir, hanya saja dia ingin lebih tegas dengan perasaannya sendiri. Dia takut, usahanya selama ini, berakhir sia-sia karena kecerobohannya.
Mengulangi kesalahan yang sama pasti akan membuatnya lebih terpuruk dan menjauh dari dunia.
Hari-hari selanjutnya, pasti akan terasa berbeda. Mungkin, lelaki itu akan lebih mengisi waktunya. Memenuhi kekosongan hatinya. Atau mungkin..
Mengecewakan kembali seperti masa lalunya. Dia takut, menaruh harap lebih.
Semoga, hatinya tak selemah dulu.
********
Shilla pacaran sama Alvis?
😂Ayo main tebak-tebakan
Shilla sama Alvis jadian gak sih?
Yang jawabannya bener, dapet kiss dari aku:v
//Kiss online..huhuhu😘😂Aku tunggu jawabannya di kolom coment 😂
Yang kepo, waiting yah🥴
Waitingin author pasti di kasih kepastian kok, tenang aja:)//Kepastian bakal gandeng yang laen..ueueue;)
Jangan lupa vote and coment nya yah🥰🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
OPINI HATI
Teen FictionShilla yang mempunyai trauma kisah cinta di masa lalu di pertemukan dengan seorang Alvis, lelaki yang tidak pernah mengalami jatuh cinta. Bagaimana kisah mereka? Akankah Shilla menemukan cinta sejatinya?