Opini Hati Kesembilan

35 9 0
                                    

Alvis sengaja datang pagi-pagi sekali, dia harus menemui Shila untuk meminta pertolongan. Persetan dengan harga dirinya karena meminta tolong dengan seorang wanita. Dia manusia, dan manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan.

Tak lama, dia melihat sosok gadis yang sedang dicarinya masuk ke taman belakang sekolah.
Mau apa dia? Batin Alvis.
Tak mau ambil pusing, Alvis segera mengikuti Shila.

Mengedarkan pandangannya, menyapu semua taman, dan menemukan sosok yang dicari tengah duduk kursi bawah pohon membelakanginya.

Senyum jahil muncul dari parasnya yang tampan. Alvis berjalan perlahan agar tak menimbulkan suara. Mendekati Shila yang membelakanginya dan mengulurkan tangannya ke bahu Shila.

Satu..

Dua...

Tiga...

Hap...

Apa yang gue lakuin? Batin Alvis bingung.
Tadinya dia berniat mengejutkan Shila, tapi kenapa malah menutup matanya?..

Mungkin karena tadi sempat berfikir bahwa tak baik mengejutkan orang, siapa tahu Shila punya penyakit jantung..ah ngaco!

"Ck...apaan sih!" Decak Shila kesal.
Shila lalu meraba tangan yang menutupi matanya. Merasakan tangan kekar nan besar hinggap menyentuh kulit wajahnya.

Tak salah lagi, ini pasti...

"Lepasin Faris!" Ucap Shila geram

Alvis yang mendengar itu dibuat bingung. Siapa Faris? Batinya

"Ini gue Alvis Shil!" Entah mengapa setelah mendengar nama 'Faris', moodnya langsung turun. Hatinya merasa tidak suka Shila menyebut dirinya 'Faris'. Perasaan apa ini?
Mungkin dia hanya tak rela di samakan dengan orang lain yang jelas-jelas belum ia ketahui. Pikirnya.

"Eh..Alvis." Shila terkejut mendapati Alvis dibelakangnya. Ia kira itu adalah perbuatan Faris, pria menyebalkan yang selalu mengganggu waktu menyenangkannya di taman.

"Maaf gue kira_"

"Iya gapapa." Jawab Alvis cepat, ia tak mau lagi disamakan dengan pria bernama 'Faris' itu.

"Ada apa?" Tanya Shila bingung.

Ohh.. iya, Alvis sampai lupa tujuanya kesini.

"Gue boleh nyontek PR matematika gak?" Tanya Alvis to the point dengan muka berharap tanpa tahu malu.

"Enak aja!" Jawab Shila spontan, dia jadi kesal dengan Alvis.

"Ayolah Shil, gue rela dateng pagi_"

"Supaya bisa leluasa nyontek sama gue, gitu?!" Sahut Shila sewot.

"Heheh..iya." jawab Alvis sambil nyengir tak berdosa.

Alvis rela datang pagi, karena dia tau Shila slalu datang pagi kata teman-temanya, tetapi Shila tidak pernah langsung masuk kekelas. Entah kemana dia pergi. Tapi, setelah melihat Shila disini, Alvis bisa menafsirkan bahwa gadis itu selalu menunggu bel masuk di taman.

"Bolehkan?" Tanya Alvis berharap

"Gak!" Jawab Shila ketus

"Entar gue traktir siomay Mak Tuti deh."

"Gak!"

"Lo boleh nambah 1kali."

"Gak!"

"Nambah sepuasnya ok?".

"Nggak!!"

"Gue ajak Lo jalan-jalan gimana?"

"Emm...." Shila nampak berfikir, membuat Alvis sedikit senang.

"Gak!" Jawab Shila menjatuhkan kebahagiaan Alvis.

"Huh..ok, Lo mau apa gue turutin."

"Gue masih mampu!" Ketus Shila

"Mau lo apa sih!? Apa lo mau gue pacarin?" Tanya Alvis spontan karena terlalu geram dengan sikap Shila yang menolak semua penawaranya.

Pertanyaan apa ini Alvis? Gerutu Alvis dalam hati.

"Hah!" Shila terkejut dengan pertanyaan Alvis.

"Ehh..gak! Jangan anggap serius." Ralat Alvis cepat, dia menampol mulutnya sendiri gemas.

"Ok..dari pada lo nyontek, sini gue ajarin. Biar lo tahu caranya, bukan hanya tau hasilnya." Sindir Shila. Shila menawarkan diri untuk mengajari Alvis. Menurutnya ilmu itu harus dibagi, karena ilmu juga sebagian dari titipan yang sewaktu-waktu bisa diambil kembali oleh Sang Pemberi Ilmu.

"Tap_"

"Gue ajarin atau gak sama sekali!" Ancam Shila serius.

Apa-apaan ini, biasanya kan di wattpad yang berkata demikian adalah lelaki, kenapa jadi malah perempuan yang berkuasa?

Tak punya pilihan lain, Alvis menyetujui untuk di ajari Shila.

Keduanya mulai mengerjakan tugas Matematika, lebih tepatnya Alvis. Shila hanya membantu mengajari.


Jangan lupa klik bintang dipojok kiri⭐

OPINI HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang