Opini Hati Kesepuluh

40 9 0
                                    

Beberapa menit berlalu, dan kini Alvis sudah selesai mengerjakan PR matematikanya dibantu oleh Shila.

Menurut Shila, Alvis orang yang cerdas, tetapi hanya rasa malas yang membuatnya terlihat bodoh.

"Huh..Akhirnya selesai juga." Gumam Alvis menyenderkan tubuhnya kekursi.

"Lo itu sebenarnya pinter, kalo Lo gak males, mungkin lo bisa ngerjain tugas ini sendiri." Shila memberi wejangan kepada Alvis.

"Gue? Pinter?" Tanya Alvis sambil menunjuk dirinya sendiri bingung.

"Iya." Jawab Shila tulus

Alvis sempat tertegun dengan ucapan Shila yang tulus, jantungnya berdetak lebih cepat tiba-tiba. Alvis segera menepis perasaan itu jauh-jauh.

"Yang ada pinter boong." Jawab Alvis terkekeh pelan.
Shila ikut tertawa kecil mendengar kekehan Alvis.

"Gue berkata jujur Al. Lo yang mungkin tidak terlalu peka dengan diri sendiri. Gimana mau peka dengan perasaan cewek, kalo sama diri sendiri aja belum peka?" Canda Shila

Apa ini? Apakah Shila barusan memberinya kode?
Ahh...bukan, bukan! Shila pasti sedang menyindirnya.

"Serah!" Jawab Alvis cuek.

"Lo ngapain disini?" Tanya Alvis mengalihkan topik.

"Bukanya lo udah tau dari tadi gue lagi duduk." Jawab Shila bingung, pertanyaa macam apa Alvis itu? Bukanya sedari tadi dia bersamanya duduk ditaman.

"Maksudnya ngapain ketaman, kenapa gak langsung masuk kelas?" Perjelas Alvis.

"Oh...yah...pengen aja." Jawab Shila seolah telah menemukan jawaban yang tepat sehabis berfikir.

"Iya iya..terserah Lo deh Shil." Jawab Alvis kesal menghadapi gadis berkepribadian unik macam Shila. Kadang galak, kadang dingin, kadang cerewet, pokonya banyak kadangnya.

Shila yang melihat Alvis kesal, tertawa kecil.
Alvis yang kesal baginya sangatlah lucu.

Tiba-tiba keheningan melanda mereka. Alvis dengan pemikirannya, sedangkan Shila sudah memasang earphone pada telinganya.

"Shil.." panggil Alvis karena merasa Shila tak bergeming sama sekali.

Tak ada sahutan, Alvis memutar tubuhnya menghadap Shila. Dilihatnya Shila tengah memejamkan mata, dan telinganya disumpal earphone.

Alvis memperhatikan Shila begitu intens. Bibir mungil nya yang tertutup, mata yang terpejam dengan bulu mata lentik, juga wajah yang begitu tenang.. terlihat...

Sangat manis...

Yah...Alvis akui Shila begitu manis jika seperti ini. Alvis tau, Shila adalah salah satu gadis idaman para pria. Dengan parasnya yang cantik, bagaimana bisa lelaki lain menolaknya.

Alvis segera memalingkan wajahnya, menghapus pemikiran itu.

Shila..
Shila sebenarnya tau, Alvis tengah memperhatikannya, tidakkah kalian tau? Shila menahan mati-matian agar terlihat biasa saja, tetapi entah mengapa jantungnya berdegup tak karuan karena ditatap seperti itu oleh Alvis.
Shila membiarkannya saja, berpura-pura bahwasanya dia tidak mengetahuinya, itu sungguh sulit.

"Shil.." panggil Alvis sekali lagi dengan sedikit menyenggol lenganya.

"Hmmm." Jawab Shila masih belum membuka matanya.

"Lo lagi dengerin apa sih? Serius banget?" Hanya itu yang mampu Alvis katakan untuk memecahkan keheningan diantara mereka.

"Musik." Jawab Shila mulai membuka matanya dan menatap Alvis.

"Kenapa Lo suka banget dengerin musik?" Tanya Alvis polos

Shila melepas sebelah earphone nya. Dia tersenyum ke arah Alvis, dan itu sukses membuat Alvis dag dig dug tak karuan.

"Dan kenapa Lo suka banget nge game?" Shila tidak menjawab, dia malah balik bertanya.

"Yah..karena..gue suka." Jawab Alvis bingung dengan maksud Shila.

"Sama halnya dengan gue." Jawab Shila, membuat Alvis semakin bingung.
"Gue pun suka mendengarkan musik." Perjelas Shila.

"Coba dengerin lagu ini." Ucap Shila sambil memasangkan satu earphone ke telinga Alvis.

Deg...

Alvis menatap Shila yang berada dihadapannya. Menatap manik mata coklat itu. Seperti disihir, Alvis tak bisa berkutik.

Shila pun sama, matanya menatap manik hitam milik Alvis. Dan keduanya tengah bertatapan dengan jarak yang begitu dekat.

"Shila, ini botol minu_"

"Ehh..maaf."

Suara seorang lelaki memutuskan kontak mata antara Alvis dan Shila. Keduanya nampak kikuk telah dipergoki seperti ini.

Shila melihat kehadiran sosok Faris yang sedang berdiri menjulang.

"Ada apa Ris?" Tanya Shila menormalkan nada bicaranya.

Ris? Apa dia orang yang bernama Faris? Batin Alvis.

"Ini, gue cuma mau ngembaliin botol minum Lo." Jawab Faris sambil menyerahkan botol biru milik Shila.

"Oh..thanks yah." Ucap Shila tulus sambil tersenyum.

Ada perasaan tak suka yang hinggap dalam diri Alvis ketika melihat Shila tersenyum pada lelaki yang dipanggil 'ris' itu. Mungkinkan benar jika dia Faris yang membuat gadis itu menunggunya di taman? Ahh...tidak, Shila hanya menunggu bel masuk berbunyi saja, bukan menunggu orang lain apa lagi lelaki itu.

"Kenalin, gue Faris." Tiba-tiba Faris mengulurkan tanganya tepat dihadapan Alvis yang tengah melamun.

Alvis yang melihat uluran tangan Faris, tersenyum sinis.

"Gak tanya!" Ketus Alvis

Shila yang mendengarnya langsung menyenggol lengan Alvis, dia baru tahu sekarang bahwa Faris adalah kakak kelasnya, dia bisa melihat dari simbol identitas kelas yang berada di lengan atas Faris bertuliskan 'XI MIPA2'. Dia harus menghormati orang yang lebih tua darinya.

"Maafin temen gue yah Far_ eh..kak." ralat Shila

Faris menangkap gerakan mata Shila yang tertuju pada lengan atasnya yang bertuliskan 'XI MIPA2',  Faris sedikit tersenyum.

"Santai aja." Jawab Faris santai.

"Gue balik kekelas duluan yah Shil, Lo juga cepetan masuk, bentar lagi bel bunyi." Ucap Alvis hendak pergi.

"Ehh..bareng dong!" Pinta Shila cepat.

"Yaudah buruan!" Sentak Alvis terkesan tak suka

"Wishh..santai bro, jangan galak-galak sama pacarnya." Ucap Faris menasehati

"Dia bukan pacar gue!" Bentak Alvis dan shila berbarengan.

Keduanya saling tatap, mendelik tak suka.

"Ok..ok..itu urusan kalian" jawab Faris yang melihat suasana nampak tegang.

"Cih..sok jadi penengah!" Gumam Alvis

"Gue duluan yah Far_ehh..kak."

"Makasih botolnya." Ucap Shila lalu pergi meninggalkan Faris.

"Sama-sama cewek jutek." Gumam Faris yang melihat punggung Shila dan... Lelaki itu semakin mengecil.

"Hanya butuh 1 detik aku jatuh cinta padamu, tapi butuh beribu-ribu detik untuk aku memilikimu"

________________________*****__________________

Jangan lupa vote and Coment yah😉

OPINI HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang