Opini Hati Delapanbelas

33 6 0
                                    

Prok...prok...prok...

Suara tepuk tangan mengagetkanya. Shila memutar tubuhnya...

"Kak Faris" gumam Shila menangkap kehadiran Faris yang tersenyum manis.

Faris mendekati Shila dengan tangan dimasukkan ke kantong jaketnya "ngapain?"

Itu bukan Faris yang bertanya, Shila bertanya sebelum Faris mengeluarkan suaranya membuat Faris tersenyum geli.

Terlihat raut jutek yang biasa Shila perlihatkan terukir diwajah cantiknya.

Faris mendudukkan dirinya disamping Shila "Nonton lo." Jawab Faris santai

Shila memandang tak suka ke arah Faris "Gue bukan tontonan!" Tak ada nada sopan meskipun Shila tau Faris kakak kelasnya. Toh dulu Faris menyuruh nya bersikap santai, maka berarti dia tak perlu pencitraan bukan?

Faris terkekeh pelan "Ya maaf, gue lancang."

Tak ada jawaban dari Shila, dia merasa sedikit tak suka aktivitas nya diganggu. Ingin mengusir, apa haknya mengusir Faris? Ini kan tempat umum. Siapa saja boleh datang dan pergi sesuka hati.

Faris menatap Shila dari samping "Gue sering merhatiin lo main gitar diam-diam, maaf" akunya jujur.

Mendengar itu, Shila hanya bernapas pasrah. Ini juga salahnya yang bermain gitar ditempat umum, resikonya yah harus rela menjadi tontonan orang banyak. Tapi bukankah rooftoop ini selalu sepi? Jadi Shila merasa disini tempat yang aman.

"Yah." Hanya itu yang mampu Shila ucapkan

"Gue suka.."

Shila menatap Faris cepat, terkejut sekaligus bingung. Ucapan Faris masih terdengar menggantung.

Faris terkekeh melihat ekspresi Shila "Sama permainan gitar lo." Sambungnya kemudian tertawa renyah, tetapi terkesan sebuh ejekan di telinga Shila.

"Kenapa? Lo ngira gue suka sama lo yah?" Goda Faris.

Shila mendengus kesal "kalo ngomong gak usah digantung, bikin orang salah paham."

Faris tak menggubris ucapan Shila "Coba Lo liat ekspresi terkejut dicampur bingung Lo itu, bikin orang mau ngakak apalagi Lo kan jutek." Canda Faris sambil tertawa puas mengingat wajah Shila.

"Diam gak!" Kesal Shila yang mendengar Faris terus tertawa karena berhasil mengerjainya.

"Hahhaha."

"Kak diem!"

"Diem kak!!"

Shila semakin kesal karena Faris tak kunjung berhenti menertawakannya, dirinya merasa malu karena sudah salah kira. Sebisa mungkin rasa malu itu ia tahan agar tak terlihat oleh Faris.

Merasa jengah, Shila bangkit pergi meninggalkan Faris.

"Mau kemana?" Tanya Faris setelah meredamkan tawanya

"Kemana aja, asal jangan sama orang gila baru kayak kakak." Ucap Shila asal.

"Gue ikut!" Pinta Faris sudah berada disamping Shila mensejajarkan langkahnya

"Gak!"

"Iya deh gue minta maaf, ikut yah?"

"Gak!"

"Gue orang baru dijakarta."

Shila menghentikan langkahnya, lalu menatap Faris sebentar seolah tak percaya.

Shila menaikkan satu alisnya "Terus?"

"Gue butuh Lo, buat ngenalin Jakarta ke gue."

****

"Katanya gak tahu jakarta, tapi kok tahu disini ada pasar." Cibir Shila

Shila mengikuti perintah Faris untuk mengenalkannya pada Jakarta, kota metropolitan yang padat akan manusianya.

Di perjalanan tadi, Faris sudah menceritakan semuanya, padahal tak ada niatan untuk Shila mengetahuinya.

Faris melirik Shila disampingnya "Gue tahu, karena gue sering lewat sini."

Keduanya berjalan beriringan di sore yang padat manusia, menapaki jalanan pasar yang masih aktif akan kegiatannya. Shila tak keberatan jika harus dibawa kepasar, dirinya memang sering kesini untuk mengisi perut sebelum ke rooftoop.

"Kalau udah tau, ngapain pake alasan pengen dikenalin?" Bukanya tak senang memberitahu dunia Jakarta kepada Faris, dirinya juga tak ada kerjaan jika saja Faris tak mengajaknya, paling-paling dia akan ke kantor ayahnya untuk bertemu bang Atha.

Faris menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "Alibi aja sih, biar ada Temenya." Jawab Faris dengan cengiran yang membuat Shila memutar bola matanya jengah.

"Lo pernah naik delman?" Tanya Faris

"Belum."

Faris tersenyum bodoh "Gue juga belum."

"Kalo gitu, ayo kita cari delman."

"Mau apa?"

"Kita naik delmanlah!" Jawab Faris gemas

"Ngg_"

"Ayok!" Sebelum Shila menyelesaikan protesnya, Faris langsung menarik tangan Shila cepat tanpa meminta persetujuannya terlebih dahulu.

Shila hanya bisa memandang lengannya yang terus di genggam Faris. Tanpa sadar bibirnya tersenyum kecil. Matanya beralih menatap punggung tegap dihadapan nya, ia yang masih terkejut dengan perilaku Faris yang tiba-tiba membuat dirinya seperti kambing diseret majikanya, hanya berada di belakang.

Dengan berani, langkahnya ia sejajarkan dengan Faris, dengan tangan yang masih di gandengan Faris. Tak ada penolakan dalam dirinya.

"Biarkan hatiku beropini sesukanya, asalkan jangan menaruh hati pada seseorang seenaknya." Batin Shila

*****

Author balik lagi nih, maaf yah nunggu lama. Author lagi sibuk soalnya, jadi jarang up.

Ikuti terus cerita author yah, jangan lupa terus dukung Author dengan pencet bintang.

Jika ada yang ingin ditanyakan, silahkan tinggalkan coment.

Byyy...



OPINI HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang