Opini Hati Sebelas

42 10 2
                                    


Kamu itu layaknya asap, terlihat tapi tak bisa ditangkap.

  ***

Arshila Fadila...

Gadis itu terus menghantui pikiran seorang Alvis Zikli Melviano.
Meskipun Alvis berusaha menghapus bayang-bayang Shila dengan bermain game online kesukaannya, tetapi tetap saja bayangan Shila tiba-tiba datang tanpa diundang.

Ambyar sudah malamnya kali ini!
Alvis membaringkan tubuhnya melihat langit-langit kamarnya. Berusaha merilekskan pikiran dan hatinya. Menutup mata sejenak, lalu membukanya perlahan, tapi..... Apa ini?

Alvis melihat Shila?

Gadis itu berada di depanya sekarang, tersenyum kearahnya. Senyum yang mampu meruntuhkan gemuruh luar biasa dalam dada Alvis.

Tidak.. tidak..!

Alvis segera mengucek-ucek matanya, mengerjapkannya beberapa kali, dan menormalkan pandanganya. Tadi itu hanya imajinasinya saja, sampai-sampai wajah Shila ada di langit-langit kamarnya.

Kenapa harus dilangit-langit sih? Gak ada tempat yang elit apa? Emang Shila cicak?
Gerutunya dalam hati.

Arghhh...kenapa malam ini terasa begitu menakutkan? Yah..menakutkan, karena dihantui rasa tak nyaman karena tak kunjung menemukan kepastian dari sebuah perasaan.

***

Mentari sudah nampak memunculkan sinarnya, meski hanya seberkas sinar mentari pagi, tapi tak urung membuat seorang gadis ikut merasakan percikan cahayanya.

Shila hari ini harus berangkat seorang diri, abangnya sudah berangkat pagi-pagi sekali, dia harus mengurus meeting dan menyiapkan berkasnya. Maklum saja, abangnya masih awal mengurus perusahaan, tetapi abang tidak pernah melalaikan tanggung jawabnya.

Lagi pula Shila terbiasa berangkat sendiri, sewaktu SMP Shila sering berangkat naik bus, dan sekarang baru akan terjadi lagi.

Shila menunggu bus di halte, jarak halte dari rumah lumayan dekat. Dia menunggu dengan beberapa anak dari sekolahnya dan sekolah lain, sedikit memang yang menunggu, bisa dihitung dengan jari yang jumlah nya hanya 4 orang ditambah dirinya menjadi 5 orang.

Bus yang ditunggu akhirnya datang, Shila lebih memilih mengalah masuk bagian terakhir.

"SHILAAA!" tiba-tiba suara seorang lelaki meneriaki namanya, suara itu berasal dari belakang bus.

Siapa itu? Batin Shila.
Shila memicingkan matanya, melihat seorang lelaki dengan tubuh tegap turun dari motor dan menghampirinya, lelaki itu masih memakai helmnya.

"Kak Faris." Gumam Shila saat kaca helm pria itu dibuka.

"Berangkat naik bus? Bareng gue aja yuk!" Ajak Faris saat sudah dihadapan Shila.

"Ehh..gak usah kak!" Tolak Shila sopan. Dia bukanya sok jual mahal, hanya saja Shila ingin mengenang masa-masa dimana dia berangkat naik bus, baginya menyenangkan.

"Gak papa." Jawab Faris

"Gak us_"

"Neng jadi naik gak!?" Tanya mamang supir kesal, karena Shila tak kunjung naik.

"Jad_."

"Gak mang, dia bareng sama saya." Jawab Faris menyerobot ucapan Shila.

"Ehhh.." bingung Shila

"Ngomong kek dari tadi!" Bikin orang nunggu aja!" Sewot mamang supir.

"Ehh..mang aku jad_" belum selesai mengatakan kalimatnya, mamang supir sudah melaju pergi.

Faris terkekeh pelan melihat tingkah Shila.

"Ishh...kakak tuh apa-apaan sih!" Kesal Shila

"Loh kan gue niat nya baik, lagi pula Lo bisa hemat uang jajan Lo, lumayan kan bisa beli Siomay nya Mak Tuti." Bela Faris

Iya juga.. batin Shila

"Yaudah ayok!" Ajak Shila lebih semangat.

Faris heran dengan gadis ini, tadi aja kesal tapi sekarang moodnya langsung berubah.

Keduanya naik motor Faris menuju sekolah, sepanjang jalan, obrolan lebih banyak dikuasai Faris, sedangkan Shila menjawab seadanya. Yah..itulah Shila, terkadang..

****

Ditunggu vote and comentnya

OPINI HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang