"Sebentar lagi," kode Dea pada Alghi yang sejak sejam yang lalu datang untuk menjemputnya.
Walaupun, awalnya ini merupakan tugas yang Naya berikan, lama-kelamaan Alghi malah paling semangat untuk menjemput Dea di kafe. Saking semangatnya, Alghi rela menunggu hampir sejam karena telah menjemput terlalu cepat.
Sekitar tiga puluh menit kemudian, jam kerja Dea pun selesai, gadis berkacamata itu pun segera ke belakang untuk mengganti seragamnya dan menghampiri Dea.
"Maaf ya, Ghi lama."
"Santai De, aku yang datangnya kecepetan," ucap pria bernama lengkap Jericho Alghifari tersebut sambil mengacak rambut gadis yang lebih pendek darinya itu.
"Udah selesaikan?" tanya Alghi lagi yang dibalas oleh Dea dengan anggukan.
Di antara penghuni rumah, jujur saja Alghi paling kagum dengan Dea. Walaupun bertubuh kecil, Dea sangat jarang mengeluh selalu saja ada senyum yang menghiasi wajahnya. Padahal kalau dipikir-pikir tugas Dea adalah yang paling banyak.
Karena berstatus sebagai penerima beasiswa, Dea harus bisa mempertahankan nilainya agar beasiswanya tidak dicabut. Selain itu, ia juga harus bekerja untuk membiayai hidupnya. Belum lagi, Dea termasuk orang yang paling rajin membersihkan dan memasak di rumah.
Herannya, Alghi tak pernah mendengar sekali pun Dea mengeluh. Kecuali mengomeli Gio dan dirinya yang kadang lupa membereskan barang-barang yang habis mereka gunakan, dihitung.
Sangat berbeda dengan dirinya, melihat orderan online shop kak Naya yang sebun saja Alghi suka mengeluh. Padahal jika orderan yang masuk banyak, makin banyak juga pundi-pundi rupiah yang akan ia dapatkan.
"Ghi," panggil Dea saat mobil Naya yang mereka gunakan berhenti di lampu merah.
"Kenapa?" tanya Alghi sambil melirik gadis di sebelahnya.
"Itu, Kak Tara bukan?" Dea pun menunjuk motor hitam yang amat ia kenal yang juga sedang berhenti di depan mereka.
"Keknya sih iya, tapi kok sama cewek?" balas Alghi sambil memperhatikan dua orang yang berboncengan itu.
"Kak Naya, bukan?"
"Bukanlah. Kak Naya tadi lagi sibuk periksa makalah mahasiswa Pak Wijaya."
"Jadi?"
Mengerti kemana arah pikiran Dea, Alghi pun mencoba menampiknya dengan berpikiran positif.
"Siapa tau temennya."
"Iya sih, tapi masa sih temen boncengannya rapat begitu."
Alghi baru ingin membalas, ketika lampu berubah menjadi hijau dan suara klakson kendaraan di belakang mereka mulai bersahutan.
"Udah, jangan dipikirin."
Tbc....
Keywordnya makin aneh-aneh aja, jadinya random abis dah. Mana gak ada ide. Siapa sih itu yang pilih keyword. Nyusahin banget.
10 Desember 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE FOOLISH (31DWC) ✔
General FictionEntah Nayeon yang terlalu bucin atau mereka yang terlalu pandai bersandiwara. Ditulis selama bulan Desember 2019, dalam rangka mengikuti 31 Days Writing Challenge. Cover by rozeusz