Entah Nayeon yang terlalu bucin atau mereka yang terlalu pandai bersandiwara.
Ditulis selama bulan Desember 2019, dalam rangka mengikuti 31 Days Writing Challenge.
Cover by rozeusz
"Tara?" Tangis Naya kembali pecah begitu mengenali pemilik tangan yang kini memeluknya. Seseorang yang sangat ia rindukan dua hari ini. Biarlah prestise dan harga dirinya sebagai seorang wanita ia sampingan untuk sementara. Terkadang, hati dapat memang mengalahkan akal dan pikiran.
"Bodoh! Apa yang kau pikirkan? Keluar dengan pakaian seperti ini dan hampir membahayakan nyawamu?" omel Tara untuk kesekian kalinya. Akan tetapi, tangannya bergerak berbeda dengan mulutnya, tangan Tara justru memeluk Naya semakin erat. Seakan, jika ia melepaskan Naya sekali lagi, gadis itu benar-benar menghilang dari hidupnya.
Sebenarnya Tara telah mengikuti Naya begitu gadis itu keluar dari rumah. Selama putus, Tara memang masih selalu ke rumah Naya, tetapi hanya di luar. Melihat sebentar lalu pergi. Kebetulan sekali, saat Tara datang tadi, Naya juga keluar rumah dan berakhir dengan dirinya menolong gadis itu.
Naya ingin mengatakan sesuatu, tetapi ditahan oleh Tara yang kini telah melepakan pelukannya. "Jangan di sini." Tara pun melepaskan jaket yang ia kenakan dan menyampirkannya ke bahu Naya agar piyama berbahan tipis yang ia kenakan tidak terlihat jelas. Lalu menuntun gadis itu menuju motor sport hitam kesayangannya.
Sementara itu, Hidan yang hendak menolong Naya pun menghentikan langkahnya sekitar dua meter dari sepasang kekasih yang kini berpelukan untuk saling melepas rindu tersebut. Hidan berdiri sambil tersenyum kecut melihat pemandangan di hadapannya.
"Ah, sepertinya aku benar-benar butuh rokok," gumamnya lalu berjalan menuju warung di dekat tempatnya berdiri.
***
Naya pikir Tara akan membawanya kembali ke rumah. Ternyata, Tara memberhentikan motornya di taman yang berada di komplek perumahan Naya. Mereka memang beberapa kali ke taman ini ketika bosan di rumah Naya, tetapi tidak ada tujuan mau ke mana.
Taman ini terbilang cukup gersang untuk dibilang sebuah taman. Hanya ada tiga pohon, yang di bawahnya ada beberapa bangku batu. Lalu lapangan tanah merah tempat bocah-bocah biasanya bermain bola.
Tara pun menuntun Naya untuk duduk di bangku batu di bawah salah satu pohon. Untuk sejenak, keduanya memilih diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Maaf." Sekalinya mengeluarkan suara, Tara dan Naya malah berucap secara bersamaan yang menimbulkan senyum di wajah masing-masing.
Tak ada lady first, kali ini Tara memilih untuk berbicara lebih dulu.
"Maaf karena terlalu lama membuatmu menunggu penjelasan dariku. Awalnya kupikir lebih baik kau tidak tahu dan menyelesaikan segalanya sendiri, tetapi semuanya malah berjalan tidak sesuai dengan rencanaku."
"Seperti yang kau tahu, mama menjodohkanku dengan Sonya yang ternyata anak mantan kekasihnya sewaktu muda dulu. Aku sudah menolak dan mengatakan memiliki kekasih, tapi entah apa yang telah Sonya katakan ke mama sampai mama sangat tidak menyukaimu."
"Cukup. Aku tak mau dengar lagi." Ada rasa sakit tersendiri di hati Naya ketika Tara membicarakan tentang Sonya. Makanya Naya memilih untuk menghentikan ucapan panjang kali lebar yang keluar dari mulut Tara. Sebagai orang yang malas berbicara panjang, ini mungkin rekor terpanjang yang pernah Naya dengar dari mulur Tara.
Tbc....
Rada maksa lagi 😅😅😅 yang penting gak bolong deh 🤭🤭🤭
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.