Tara baru tiba di rumah Naya mengernyit akan penampakan ruang tamu rumah kekasihnya yang agak berantakan dari biasanya. Ada tisu yang berceceran di lantai dan Naya yang tampaknya sedang menenangkan Sonya di sampingnya.
Tanpa perlu di persilakan, Tara langsung duduk di sofa singel yang bersebelahan dengan yang Naya duduki.
"Dia kenapa?"
Ssttt. Naya menaruh jari telunjuknya di depan bibir tanda agar Tara tak usah bertanya.
Saat mendengar suara tangis yang tertahan, mulut Tara tidak dapat menahan untuk tidak berkomentar. "Cengeng banget."
"Tara!" tegur Naya tidak enak, mulut kekasihnya ini memang kadang tidak difilter. Mengeluarkan apa pun yang ingin ia katakan, tanpa memikirkan perasaan orang yang mendengar ucapannya. Apalagi pada Sonya yang dari awal mereka kenal, entah kenapa memang tak pernah akur.
"Iya. Iya. Aku diem." Tara pun memilih memainkan ponselnya dan mengabaikan kedua orang itu.
Tak lama, Sonya yang mulai tenang menghapus sisa-sisa air matanya dan berdiri. "Maaf aku ganggu. Aku mending pulang aja."
"Pinter. Tau diri."
"Tara!" Yang ditegur pun mengangkat kedua tangannya seolah berkata 'terserah'. Melihat kekasihnya telah diam dan fokus lagi pada ponselnya, Naya pun kembali memperhatikan Sonya yang tampak sedikit oleng.
"Kamu gapapa? Pulangnya naik apa?"
Sonya tersenyum tipis akan perhatian sahabatnya ini, "Aku gapapa kok. Paling naik grab."
Akan tetapi, yang namanya Naya mana tega melihat sahabatnya pulang sendiri dalam keadaan sedih plus oleng karena habis menangis. Naya pun kembali mengganti fokusnya pada kekasihnya yang sepertinya tengah bermain game.
"Kenapa?" tanya Tara yang peka sedang diperhatikan.
"Bisa antar Sonya balik gak?"
"Ogah."
"Naya, gak usah. Aku bisa balik sendiri kok."
"Tuh denger."
"Tara plis, gak kasian apa liat Sonya oleng gitu. Kalau dia pingsan di jalan gimana?"
"Ya jatuh. Lagian aku naik motor."
"Antarnya pake mobil aku aja, gimana?"
Tara tampak berpikir sejenak dan akhirnya memasukkan ponselnya ke dalam kantong lalu berdiri.
"Demi kamu."
***
Beberapa jam kemudian, penghuni rumah pun mulai pulang satu persatu, termasuk Dea dan Gio yang terakhir tiba. Begitu masuk rumah, keduanya pun langsung menghampiri Naya yang kebetulan sedang makan soto ayam di dapur.
"Kak Naya!"
"Kalian udah pulang? Mau soto gak? Tadi kakak beli lebih."
Gio yang tak bisa menolak makanan gratis pun langsung mengambil mangkuk, sedangkan Dea menarik kursi di depan Naya.
"Kak Naya tau gak? Tadi aku lihat Kak Tara sama Kak Sonya." Ketidakakuran Tara dan Sonya, memang telah menjadi rahasia umum, apalagi bagi penghuni rumah. Makanya Naya tak dapat menahan senyumnya mendengar nada penasaran di pertanyaan Gea.
"Tau, itu Kakak yang suruh."
"Kok bisa?" Gio yang telah memasukkan sotonya ke mangkuk pun kini ikut bergabung di meja makan.
"Tadi Sonya lagi gak enak badan dan kebetulan Tara ada di sini. Makanya Kakak minta tolong Tara anterin."
"Dan, Kak Tara mau?"
"Iyalah, buktinya kalian lihat mereka berduakan?"
Benar juga sih kata Naya, tetapi yang mereka lihat tadi sepertinya berbeda. Entah kenapa, tiba-tiba saja Dea merasa tengara buruk.
Baru ingin mengutarakan tengara yang ia rasakan, Gio yang duduk di sampingnya malah menggeleng. Penghuni rumah yang sebaya dengannya itu seolah melarangnya untuk mengatakan sesuatu yang dapat merusak mood Naya yang tampak bagus hari ini.
Tbc....
Kim Sojeong/Sowon as Sonya Aldera
Lee Byoung Gon as Sergio Putra
3 Desember 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE FOOLISH (31DWC) ✔
Genel KurguEntah Nayeon yang terlalu bucin atau mereka yang terlalu pandai bersandiwara. Ditulis selama bulan Desember 2019, dalam rangka mengikuti 31 Days Writing Challenge. Cover by rozeusz