Tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk tiba di rumah sakit yang tadi disebutkan oleh orang yang meneleponnya. Naya baru saja ingin menanyakan di mana Sonya dirawat, tetapi seorang perawat keluar dengan terburu-buru menuju meja resepsionis di mana Naya hendak bertanya.
"Keluarga pasien Sonya Aldera yang kecelakaan tadi sudah datang?"
"Sepertinya belum. Kenapa?" jawab petugas di balik meja resepsionis.
"Ais. Pasien butuh darah, tetapi stok darah golongan A sedang kosong. Kalau mereka sudah datang, tolong hubungi aku." Perawat itu telah berjalan kembali ke UGD, tetapi dengan cepat Naya menghadangnya.
"Aku teman Sonya. Kebetulan golongan darah kami sama. Ambil darahku saja."
Perawat tersebut menatap Naya sejenak sebelum bernapas lega. "Syukurlah. Sekarang ikut aku."
Naya akan menyusul perawat itu, tetapi tangannya ditahan oleh Tara. "Apa yang kamu lakukan?" Ada amarah di kalimat Tara, Naya pun menarik napas panjang untuk menghalau emosinya.
"Tara, ini bukan saatnya untuk egois."
"T—tapi." Tahu Tara akan melarangnya, Naya pun dengan paksa melepas tangannya dari cengkeraman Tara dan menyusul perawat yang telah berjalan lebih dulu tersebut.
***
Setelah mendapat transfusi darah, kondisi Sonya pun mulai stabil—tapi belum siuman—ia pun telah dipindahkan ke ruang perawatan. Sudah tiga jam lebih Naya dan Tara di rumah sakit, tetapi keluarga Sonya belum juga menampakkan diri.
"Nay, ayo pulang," ajak Tara karena kasihan melihat Naya yang tampak kelelahan menunggu apalagi tadi ia baru saja melakukan donor darah.
"Gak, aku di sini aja. Kasian Sonya sendiri." Kali ini Tara memilih untuk tak berdebat, ia hanya menarik kursi di samping Naya agar gadis itu dapat bersandar di bahunya.
Beberapa jam kemudian, Sonya mulai siuman dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah Naya dan Tara yang sedang tertidur di samping tempat tidurnya.
Tiba-tiba saja rasa bersalah menghujam perasaan Sonya. Naya, gadis itu selalu saja seperti ini, menemaninya di saat sakit dan di masa susahnya. Hal yang harusnya dilakukan oleh orang tuanya yang kini malah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Padahal Sonya sudah berusaha untuk meredam suaranya, tetapi hal itu tetap saja berhasil mengusik tidur Naya.
"Sonya kenapa? Ada yang sakit?" tanya Naya dengan khawatir yang membuat Sonya menangis semakin kencang.
"Sebentar. Aku panggilin dokter dulu."
"Naya, maaf. Maafin aku," ucap Sonya yang membuat Naya menghentikan langkahnya.
"Aku bodoh banget, hanya karena iri sampai nyakitin sahabat sebaik kamu. Maafin aku ya, Naya."
Mau tak mau, air mata Naya ikut merembes. Tara yang baru bangun pun terkejut melihat tetesan air mata yang mengalir di pipi Naya.
"Apa lagi yang kamu lakuin ke Naya?" tanya Tara kesal pada Sonya.
"Tau tidak kalau bukan Naya yang mendonorkan darahnya, kamu mungkin masih sekarat." Tak ingin Tara mengatakan lebih banyak, Naya pun berusaha menenangkan pria itu dengan memeluknya.
"Sudah. Tara, sudah. Sonya gak ngapa-ngapain kok."
"Tapi ini?" Tara menunjuk air mata Naya.
"Ini bukan gara-gara Sonya."
"Terus?"
"Maaf," ucap Sonya menghentikan tanda-tanda perang yang sepertinya akan berkibar di tengah sepasang mantan kekasih tersebut
"Gampang banget kamu bilang maaf."
"Maaf, sebagai permintaan maaf, aku bakalan batalkan pertunangan kita."
"Serius?" tanya Tara untuk memastikan ucapan Sonya memang benar.
"Iya. Lagian aku juga gak suka cowok trempamen seperti kamu." Kali ini Naya tertawa akan ucapan Sonya dan tingkah Tara yang mencebik.
Sungguh pemandangan ini berhasil memugas perasaannya. Ia tidak menyangka keputusannya untuk datang tadi justru akan melengkapi kebahagiaannya hari ini.
End....
Akhirnya tamat juga 😭😭😭 sadar banget ini cerita banyak kurangnya, apalagi dari segi plot dll., tapi bersyukur bisa tamatin. Makasih banyak buat teman-teman yang udah ikutan challenge ini, apalagi yang sudah bertahan sampai akhir 💜💜💜
Terima kasih juga buat kalian yang setia baca ceritaku 💜💜💜💜💜💜31 Desember 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE FOOLISH (31DWC) ✔
General FictionEntah Nayeon yang terlalu bucin atau mereka yang terlalu pandai bersandiwara. Ditulis selama bulan Desember 2019, dalam rangka mengikuti 31 Days Writing Challenge. Cover by rozeusz