Entah sebuah kelebihan atau bukan, Naya termasuk orang yang mudah menyembunyikan perasaannya. Makanya tak heran jika keesokan harinya Naya telah terlihat baik-baik saja. Gadis yang biasanya sulit dibangunkan itu bahkan bangun pagi hari ini.
Melihat hal yang tak biasa itu, membuat penghuni rumah lainnya antara merasa lega dan sedih. Lega karena tak ada lagi air mata yang menghiasi pipi Naya seperti semalam dan sedih karena mereka tahu Naya menanggung segalanya sendiri.
Mereka sangat hafal di balik make up yang tumben-tumbennya Naya kenakan di hari libur itu adalah menutupi mata bengkaknya. Ada sebuah kesedihan tersembunyi di setiap senyum yang tercetak di wajah ayunya.
"Mau teh, Kak?" tawar Dea yang sedang menyeduh teh ketika Naya masuk ke dapur.
"Boleh." Naya pun menarik salah satu kursi meja makan dan duduk lalu tangannya bergerak untuk membuka tudung saji di atas meja dan menemukan secuil pun makanan di dalamnya.
"Dea belum sempat masak, Kak. Kak Naya lapar? Tunggu sebentar, ya Dea masakin."
"Eh gak usah. Kakak order aja, kamu mau sekalian?"
"Kak Naya aja. Dea belum lapar
"Oke. Berarti gado-gado enam porsi, yang lain belum makan jugakan?" Dea pun memilih untuk mengiyakan saja, percuma menolak karena tetap akan dipesankan juga.
Sambil menunggu pesanannya datang, terdengar suara motor dan pagar yang sedang dibuka. Tak lama, Gio muncul sambil bersiul.
"Gio." Mendengar namanya disebut, Gio pun langsung menghampiri Naya dan Dea di dapur.
"Kenapa, Kak?"
"Gio kamu ke mana aja semalam, kok gak pulang? Kamukan tau lagi banyak pesanan, kasian yang lain harus ngerjain semuanya."
Gio baru mau membantah karena kemarin ia telah meminta izin langsung pada Naya dan gadis itu telah mengiyakan. Akan tetapi, Gio melihat gerak-gerik Dea yang seakan melarangnya untuk membantah. Ia pun langsung paham jika terjadi sesuatu telah terjadi.
"Maaf, Kak."
"Yaudah, mandi sana terus bantuin Alghi urus pesanan."
Setelah kepergian Gio, terdengar teriakan yang memanggil-manggil nama Dea.
"Kak Dea! Kak Dea!"
Sumber suara yang berasal dari Lia itu pun semakin mendekat ke arah dapur. Penghuni rumah termuda itu pun sontak mengecilkan suaranya ketika menemukan Naya di dapur bersama Dea yang ia cari-cari.
"Kak Dea liat sepatu kets Lia yang warna putih gak?"
"Masa sepatu sendiri gak tau di mana sih? Makanya kalau punya sesuatu itu disimpan baik-baik," ucap Naya dengan ketus sekaligus menyindir adik sepupunya yang kelewat manja itu.
"Kan aku cuma nanya, Kak."
"Suka banget sih nyusahin orang."
Dea yang merasa situasinya kurang kondusif pun langsung menghampiri Lia. "Sini Kakak bantu cari." Dea pun langsung menarik Lia untuk menjauh dari Naya.
Satu hal yang mereka lupakan, jika mood Naya sedang jelek, ia akan mudah rongseng.
Tbc....
Wah yang baca sudah 1k 😭😭 padahal gaje gini ceritanya. Thank you so soo much 😘😘😘
15 Desember 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE FOOLISH (31DWC) ✔
General FictionEntah Nayeon yang terlalu bucin atau mereka yang terlalu pandai bersandiwara. Ditulis selama bulan Desember 2019, dalam rangka mengikuti 31 Days Writing Challenge. Cover by rozeusz