Huang Renjun

3.2K 326 61
                                    

I'm always here, Renjun.

-Jeno
















Depresi.

Mungkin itu yang sudah menguasai diri Renjun sekarang. Ia membenci dirinya sendiri. Ia benci keadaannya yang lemah saat menghadapi cacian orang tuanya. Ia benci.

"Kenapa aku harus dilahirkan?" Satu goresan cutter menghiasi lengan Renjun.

"Kenapa juga aku harus hidup? Seperti penting saja." Dua goresan perlahan muncul.

Renjun mendengus.

Hanya karena nilai sains nya mendapat A-, Renjun di hina habis-habisan oleh Ayahnya.

Dikatai sebagai anak yang tak berguna, ditampar dan bahkan bukunya di robek. Dan Renjun benci dirinya yang hanya diam membisu tanpa bisa melakukan apapun. Bahkan hanya untuk menggerakkan bibirnya.

Ia pun terus menggoreskan cutter itu pada lengan dan juga tangannya. Luka yang masih basah kemarin, ikut mengeluarkan darah lagi. Tak apa. Renjun menyukai itu.

Ia menyukai bagaimana sensasi saat cutter itu menembus kulitnya. Terasa nikmat sekaligus menenangkan. Renjun sudah memeluk depresi sejak enam bulan yang lalu. Saat tiba-tiba Ayahnya kembali dan membawa istri dan juga anak barunya setelah lama menghilang. Mengambil alih semua harta milik Bundanya yang enam bulan lalu meninggal.

"Mau bercerita?" Jeno-kekasih Renjun- bertanya karena ia melihat gelagat Renjun yang aneh semenjak tadi pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau bercerita?" Jeno-kekasih Renjun- bertanya karena ia melihat gelagat Renjun yang aneh semenjak tadi pagi. Udara sangat panas, tetapi Renjun memakai hoodie yang menenggelamkan tubuh mungilnya.

Saat ini sudah jam pulang sekolah, Jeno menemukan Renjun tengah berdiri di rooftop sekolahan. Ia susul dengan berlari secepat angin, Jeno takut jika Renjun nekat melompat. Ia tau jika kekasihnya mengalami tekanan karena 'kesempurnaan' yang Ayahnya berlakukan. Tetapi Jeno tidak pernah tau jika Renjun sudah sampai ke tahap cutting-menyakiti dirinya sendiri-.

"Nilaiku sains A-,"

"Ayah menampar ku dan mengatakan jika aku anak yang tidak berguna."

Jeno terkejut.

"Apa aku setidak berguna itu Jen?" Renjun tetap berkata tanpa memandang wajah Jeno. Tatapannya lurus ke depan.

Jeno tidak mengatakan apapun, tetapi ia mendekat dan langsung merengkuh tubuh Renjun. Ia mengusap lembut punggung Renjun yang terlihat rapuh.

"Kamu sudah melakukan yang terbaik, Renjun." Jeno berbisik.

Membuat Renjun memeluk balik tubuh Jeno. Perlahan, tangis yang ia tahan sejak tadi tumpah begitu saja. Ia menangis pilu, membuat hati Jeno sangat teriris.

 Ia menangis pilu, membuat hati Jeno sangat teriris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chéri [JenoxRenjun] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang