Sleep Tight

3.7K 313 100
                                    

Play mulmed juseyo~







Hari ini menjadi kali ke 16 Huang Renjun menjalani kemoterapi nya di rumah sakit. Dia sakit. Leukimia.

Sudah 8 bulan ini ia bertahan dengan rasa sakit yang setiap harinya menggerogoti tubuh mungil nya. Renjun kuat karena dukungan dari keluarga, teman dan juga kekasih nya yang sekarang tengah tersenyum di salah satu kursi tunggu rumah sakit. Dia Lee Jeno.

"Hey." Renjun menyapa dengan bibir yang masih pucat.

"Pulang?" Renjun mengangguk.

Memang hari ini Renjun sudah diperbolehkan pulang. Setelah 2 hari yang lalu melakukan kemoterapi. Dan Jeno yang kebetulan sedang libur dari perkuliahan nya pun dengan senang hati menjemput kekasihnya. Orang tua Renjun juga tidak keberatan sama sekali.

"Mau makan sesuatu, sayang?" Renjun menengok kearah Jeno yang sedang menyetir.

"Aku ingin ice cream. Apa boleh?" Renjun menatap Jeno dengan binar permohonan.

Jeno yang tidak tega langsung mengiyakan.

"Aku ingin rasa vanilla, topping Oreo ya Jeno."

"Anything for you, honey." Renjun memerah. Dia sangat suka dengan perlakuan manis Jeno terhadapnya. Tetapi seketika dia ingat dengan keadaannya yang bisa dikatakan tengah sekarat. Dia takut jika dirinya pergi, Jeno akan bersedih. Dia tidak mau melihat Jeno bersedih.

"Melamun lagi kamu." Renjun tersentak.

"Ini pesanan mu, babe."

"Terimakasih." Jeno mengusak rambut Renjun dengan lembut. Tetapi ketika ia menarik tangannya, banyak sekali rambut Renjun yang tersangkut di jari tangannya. Jeno langsung memasukkan tangannya kedalam saku mantel yang dikenakan nya. Tidak ingin Renjun mengetahui bahwa rambut yang dulunya sangat tebal dan sering Jeno buat berantakan sekarang hanya dengan usapan kecil bisa rontok sebanyak itu.

"Jeno!" Renjun menyentuh bahu Jeno dengan sedikit kasar.

"Ah iya? Kenapa? Ada yang sakit?"

"Kau melamunkan apa? Aku panggil 4 kali tidak menjawab." Memanyunkan bibirnya karena kesal, Renjun sukses membuat Jeno gemas.

"Tidak ada, aku hanya melihat mu memakan ice cream dan terlalu terpesona dengan wajah manismu itu."

"Jeno apa sih." Renjun mencubit lengan kekar Jeno.

"Renjun, jika merasa sakit kamu harus bilang ya ke aku atau jika aku tak ada bilang ke Mama dan Papa. Jangan memendamnya sendirian." Jeno mengelus punggung tangan Renjun yang penuh dengan bekas tusukan jarum.

Yang hanya dibalas oleh Renjun dengan senyuman.

Bukan apa-apa Jeno mengatakan itu, Renjun awal divonis sakit sama sekali tidak memberi tau orang tuanya. Tiga bulan Renjun berhasil menyembunyikan nya. Tetapi setelah dirinya mengalami mimisan hebat di kampus, akhirnya Jeno mengetahui penyakit yang telah diderita oleh Renjun.

Jeno hancur saat itu juga.

Tetapi jika dirinya hancur, bagaimana dengan Renjun yang menanggung rasa sakit itu? Jeno sadar, dia harus kuat juga untuk Renjun. Dia harus menyemangati Renjun apapun yang terjadi.

"Jeno, ayo pulang."

"Pakai dulu mantelnya."

"Oke!"

Akhirnya mereka berdua pulang ke kediaman Renjun. Setelah Jeno berhasil menidurkan Renjun, ia dipanggil oleh kedua orang tua Renjun.

"Sepertinya, usaha kemoterapi kita tidak membuahkan hasil Jen."

Chéri [JenoxRenjun] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang