What?!

3.1K 329 98
                                    

“No calls, no texts, nothing. But I am thinking about you like crazy.”

—Renjun














Sudah ke tiga ratus empat puluh lima kalinya Huang Renjun melihat eyesmile milik seorang Lee Jeno. Ia cukup bahagia walau hanya bisa memandang dari jauh senyuman yang sudah menjadi favoritnya selama dua tahun ini.

Renjun memilih untuk menjadi 'secret admirer' Jeno karena ia terlalu bingung harus mengungkapkan perasaannya dengan cara apa.

Bukan karena orientasi seksual, tetapi hanya tidak tau caranya mengungkapkan saja. Dasar Renjun aneh.

"Huh, tampan sekali." Renjun cemberut dan menelungkupkan kepalanya pada meja kantin. Memang saat ini ia tengah berada di kantin, sendirian.

Berbeda dengan meja Jeno yang selalu ramai setiap harinya, Renjun memilih untuk menyendiri di meja paling pojok di kantin. Ia hanya tidak suka keramaian.

Ting!

Ponsel Renjun berbunyi. Dan ternyata itu adalah chat masuk dari grup tennis sekolahan nya.

Matanya membulat saat namanya terpampang sebagai daftar pemain cadangan, dan lebih lebar lagi mata Renjun saat netranya menemukan nama Lee Jeno yang berada di bawahnya.

"J-jeno?" Renjun masih menganga. Bagaimana bisa Jeno ada di daftar pemain cadangan? Padahal kemampuannya benar-benar sangat luar biasa, berbeda dengan Renjun yang masih amatir.

"Apa-apaan ini?!" Menggaruk hidungnya yang tidak gatal, Renjun masih terbengong-bengong di mejanya.

Tidak memperhatikan jika mata yang memiliki eyesmile itu memandangnya dengan senyuman merekah.

Tidak memperhatikan jika mata yang memiliki eyesmile itu memandangnya dengan senyuman merekah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jeno," Hembusan nafas Renjun terlihat sangat frustasi. Jeno lagi-lagi berangkat bersama dengan Yeji.

Dari yang Renjun dengar, Yeji adalah seseorang yang akan menjadi calon tunangan Jeno. Dan jika dilihat mereka sangatlah cocok. Sama-sama memiliki eyesmile yang menggemaskan. Renjun langsung merasa rendah diri. Pantaskah ia untuk Jeno?

"Stop! Jangan mikir yang aneh-aneh. Sebelum janur kuning melengkung, masih bisa ditikung! Semangat Renjun!" Renjun berbisik pada dirinya sendiri sambil mengepalkan tangannya. Mensugesti dirinya agar kembali memikirkan bagaimana cara ia mengungkapkan perasaannya pada Jeno.

"Pakai surat?"

"Ya kali, ini kan bukan jaman Siti Nur Baya!" Renjun memukul-mukul kepalanya dan lanjut berpikir.

Akhirnya Renjun memutuskan untuk membuka google, ia membaca satu persatu tips yang terpampang. Matanya berpindah dengan cepat dari kiri ke kanan. Tak lama, ia ketuk-ketuk bibirnya tanda berpikir.

"Langsung utarakan?"

"Tapi aku maunya ke selatan," Renjun cemberut dan menutup laptopnya dengan kasar. Ia memijit pelipisnya pelan. Hanya niat mengungkapkan saja sudah membuat dirinya pusing.

Renjun teringat dengan kompetisi tennis yang akan berlangsung dua hari lagi, ia 'kan satu posisi dengan Jeno? Kenapa tidak terpikirkan dari tadi?

Tersenyum lebar, Renjun sudah memikirkan caranya.

"Nggak suka tempat ramai," Renjun duduk terdiam di kursi ruang tunggu para pemain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak suka tempat ramai," Renjun duduk terdiam di kursi ruang tunggu para pemain. Ia cemberut karena tempatnya benar-benar ramai. Dan tak lama, pengumuman untuk segera ke lapangan pun terdengar. Dengan langkah yang terkesan malas, Renjun berjalan menuju lapangan dan duduk kembali.

Tak sadar jika disampingnya adalah Jeno.

"Huh, ramai sekali sih." Renjun melipat bibirnya karena melihat banyak sekali orang. Sesekali telinganya yang sensitif berdengung karena teriakan penonton.

Tak sengaja Renjun menoleh ke arah kirinya, dan begitu menyadari jika itu adalah bentukan dari Jeno matanya membulat dengan mulut yang terbuka lebar.

Renjun meneguk ludahnya susah payah, mimpi apa semalam dirinya? Bisa-bisanya seorang Lee Jeno mau duduk disampingnya.

Oke. Renjun mulai panik. Ia teringat dengan cara yang telah ia susun dua hari yang lalu. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat karena gugup. Tangannya ia remat sesekali.

Berdehem, ia pun mulai berbicara.

"Jeno." Kepala Jeno menoleh karena mendengar namanya dipanggil.

"Ya?"

Renjun terdiam. Bibirnya seakan kelu. Kata-kata yang sudah ia siapkan tiba-tiba sirna begitu saja. Membuat Renjun harus memutar otak agar tidak terlihat aneh di mata doi nya.

"I want to talk."

Jeno tersenyum sampai matanya menghilang. Membuat jantung Renjun berpacu dengan cepat.

"You know what?"

Jeno menaikkan alisnya, "What?"

Renjun perlahan-lahan menerbitkan senyum manisnya.

"You have the prettiest smile I have ever seen."

Jeno terdiam. Mata sipitnya terlihat berkilau, Renjun tampak terpesona sesaat. Ia tidak menyangka jika melihat senyum Jeno dari jarak sedekat ini bisa membuat Renjun hampir kehilangan kewarasannya.

Senyum favorit milik Renjun lagi-lagi terbit,

"You know what?" Renjun juga menaikkan alisnya, bingung. Karena Jeno membalikkan pertanyaan nya.

"What?"

"That smile exists because of you!"

Apakah ini nyata? Tolong tampar Renjun sekarang juga.











END.

***

Chéri [JenoxRenjun] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang