Hai!^^ Jangan lupa buat follow dan vote kalo kalian suka sama ceritaku. Oiya komen juga untuk saran, dukungan dan kritik lainnya.
Typo adalah jalan ninjaku!^^
Happy reading!
***
Agatha baru saja mengobrol dengan teman-temannya du grup chat. Biasa lah, perempyan tidak jauh dari pembahasan liptint, pelembab dan skincare lainnya.
Girls talk kalau kata Irish. Bahkan berkali-kali Agatha dibuat kesal karena kelabilan temannya. Begitu melihat diskon di olshop sebelah langsung berubah haluan. Berkali-kali mereka membahas topik dan harga barang yang sama. Liptint di olshop A lebih murah daru olshop B.
Kemudian harga aloe vera yang sedang promo karena ada paket baru, bahasan yang sudah umum terjadi. Sayangnya satu paket berisi terlalu banyak, makanya mereka berdiskusi untuk iuran saja. Jadi skincare yang mereka bawa ke sekolah di sharing pemakaiannya, kecuali liptint.
Jika Ara yang memutuskan merek barang nya, Irish yang mencari diskon di toko olshop yang tersedia. Sedangkan Katara bagian mengikut saja, lagian barang yang boleh dibawa hanya pelembab. Selain itu ia tak pandang siapa teman, yang jelas ia akan menyita barang atau make up selain pelembab wajah atau lotion. Nah Agatha mendapat bagian utama, bagian di penitipan uang dan membayar belanjaan mereka.
Baru saja selesai membahas yang tidak ada selesainya ini, Agatha mendapat panggilan telepon dari Ara.
"Iya hallo Ra? Kamu berantem lagi sama si Angga?" tanya Agatha. Memang biasanya Ara akan selalu menelpon dirinya jika sedang ribu dengan Angga.
"Tau aja deh sahabat gue ini, gue kesel sama Angga tau Tha!" sahut Ara menggebu.
"Kebiasaan kalo ngomel bisa pelan dikit ga?" Agtha mengusap telinganya saat mendengar antusias sahabatnya.
"Lo tau ga sih? Si Rika itu yang kelas Mia 1? Dia goda-godain si Angga. Pake nge iming-imingin bekel makanan. Dia sombong banget jalan dada nya di busung-busungin biar apa coba?" Ara masih bercerita dengan menggebu.
"Terus? Masa kamu biarin aja si Ra?" eitsss. Begini-begini juga Agatha benci seorang pelakor.
"Ih enggak, gue awalnya mau ngomong. Untungnya si Angga bilang ke si Rika kalo dia lebih suka jajan dikantin dan makan berdua sama gue."
Agatha memutar bola matanya malas, "Terus masalahnya dimana lagi? Bagus dong berarti si Angga lebih pilih kamu."
Ara menghela nafas seolah benar-benar sedih. "Bukan gitu Tha, gue sedih aja si Angga liatin dadanya si Rika."
Agatha ternganga, hanya karena dada?serius? Ia mengomel sejak tadi dan bercerita panjang lebar dengan menggebu hanya karena dada intinya? Benar-benar.
"Wajar lah, dia kan laki-laki ra. Ya gimana ga liatin dada si Rika kalo dia aja jalan kaya gitu."
"Nah kalo lo tau laki-laki kaya gitu. Hati-hati Tha, siapa tau Nata juga kaya gitu. Ya emang gue juga tau kalo rumornya kan Nata playboy." Ara memperingatkan.
"Apaan deh, Nata gak akan mungkin kaya gitu." tak bisa berbohong pikirannya tetap pergi kemana saja. Memikirkan semua kemungkinan.
Ara masih tak menyerah, "Tapi coba lo coba aja manjain si Nata supaya makin betah sama lo. Saran gue si, coba bawain makanan."
"Udah ya, dimatiin dulu kebelet nih." Agatha memutuskan telepon sepihak.
Gara-gara Ara saat ini ia jadi memikirkan apa Nata juga seperti itu? Apalagi kan statusnya hanya sebatas fwb. Tidak ada status yang mengikat satu sama lain.
Agtha mencoba membuka kulkas mengecek masih ada telur dan bumbu masak lainnya. Dan kebetulannya bahan-bahan masak masih tersedia.
Ia memutuskan untuk membuatkan bekal untuk Nata esok hari. Walaupun dirinya percaya Nata sepenuhnya, tapi kan selama ini belum ada hal yang benar-benar spesial dalam hubungan mereka. Seperti masih terhalang tembok karena yang mengetahui pun baru teman-teman dekat nya saja.
Nata bilang kepada Agatha biar semuanya tau dengan sendirinya saja. Kecuali untuk orang terdekat saja. Katanya jangan terlalu menggembar-gembor kan suatu hubungan, kalau sudah terlanjur diketahui banyak orang ya tinggal di jalani saja.
••••
5 menit lagi menuju bel jam istirahat berbunyi, tapi mengapa rasanya seperti berjam-jam. Agatha membereskan buku dan merapikan meja nya.
Begitu bel istirahat berbunyi, mereka berhamburan keluar menuju kantin. Ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu untuk mengisi kosongnya perut mereka.
Nata duduk di sebelah Agatha, "Kamu gak jajan? Temen-temen kamu yang lain pada ke kantin, ga ikut?"
Agatha menggeleng, ia mengeluarkan kotak bekal nya. Tapi Nata malah asik menyalakan ponselnya dan bermain game. Mengecewakan tapi untuk Nata game adalah yang paling utama. Mau bagaimana pun kamu jika menjadi pasangannya, jangan pernah iri dan berharap kamu bisa mengalahkan posisi game dalam hidup Nata.
Nata akan selalu mengatakan "Jangan iri sama game, kamu itu manusia. Jelas kamu dan game itu dua hal yang berbeda. Dan dua-duanya punya posisi penting yang berbeda." samapai sini pun Agatha mengerti, tapi gimana ya? Dirinya pun ingin diperhatikan lebih utama.
Gadis itu menatap sendu, apa-apaan ini? Harusnya kan mereka makan berdua dengan romantis. Tapi diribya malah disuguhkan romantisasi Nata dengan game.
"Kamu gak akan makan?" pancing Agatha.
Nata menggeleng, matanya masih fokus ke ponselnya.
"Aku udah masak loh, kamu yakin gak akan makan?" setelah mendengar ini Nata menolehkan kepalanya, melihat Agatha yang tersenyum dengan kotak bekal di tangannya.
Akhirnya ponsel dan game kesayangan di turunkan dari tangannya. Ia mencubit gemas pipi Agatha.
"Kenapa gak bilang sih sayang? Ya udah ayo makan. Kamu suapin aku ya" Nata menatap lembut.
Agatha mengangguk, ia membuka kotak bekalnya. Aroma rempah di nasi goreng menguar ke dalam penciuman Nata. Tak menyagka jija gadis itu bisa memasak. Ia menyuapkan nasi goreng.
"Enak, besok-besok masakin aku lagi sekalian suapin juga."
Agatha bersyukur, "Aku kira ada kurang atau kelebihan apa soalnya aku masak buru-buru banget."
Nata tersenyum, "Makasih ya, udah repot-repot masakin. Tapi kenapa inisiatif masakin hm?"
"Anu.. Kata Ara, dengan masakin kamu bisa ngurangin kamu belok ke cewe lain." Agatga menunduk malu.
Nata terkekeh, "Apaan sih? Aku gak bakal belok ke cewe lain karena kamu ga masakin aku makanan. Aku sayang kamu dan minta kita jalanin hubungan ini murni karena aku mau sama kamu." ia mengacak rambut Agatha.
Agatha menunduk malu, pipinya bersemu merah. Senang? Sudah pasti. Beruntung sekali dirinya bisa menjadi pasangan Nata.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
[ATS1] B L A C K Y ✔
Teen FictionAmazing cover by del_graphic Blacky, begitu nama populer nya. Lelaki dengan warna kulit yang sangat kental dengan ciri khas Indonesia. Terlahir di Bandung dan dan besar di Yogyakarta. Lelaki dengan banyak keahlian di berbagai bidang. Lelaki yang jug...